Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PADA saat para pengusaha lain pusing tujuh keliling terjerat utang gara-gara krisis ekonomi, Trihatma malah terbang kian tinggi. Lahan-lahan murah diborongnya. "Orang lain tidur, kami malah kerja," katanya kepada Bagja Hidayat dari Tempo di Senayan City.
Anda masuk sepuluh orang terkaya versi Forbes. Tanggapan Anda?
No comment.
Menurut Forbes, kekayaan Anda Rp 8,3 triliun....
Itu hitungan mereka. Aku bingung. Mereka memang tanya aset saya berapa. Saya katakan saya tak hafal satu-satu. Cara menghitungnya seperti apa, aku juga tidak tahu.
Bagaimana membangun Agung Podomoro?
Kami berhasil karena kami fokus. Podomoro memulai bisnis sejak 1969. Sudah 35 tahun kami tak berpaling ke bisnis lain. Sehingga kami bisa menghayati bisnis ini dan paham produk apa yang betul-betul diminati konsumen.
Selama 35 tahun tak pernah surut?
Kami mengalami krisis berkali-kali. Dari berbagai krisis itu kami ambil pelajaran bahwa fokus itu menjadi pilihan yang tepat. Kami bisa melewati krisis dengan baik. Setiap krisis selalu menciptakan peluang.
Maksudnya?
Waktu krisis 1997, kami banyak membeli tanah yang harganya murah. Nah, saat ekonomi recover, kami bangun gedung di atasnya. Ini saatnya menjual.
Betulkah Anda berbisnis tanpa utang?
Dari dulu saya konservatif. Hati-hati. Semua harus dihitung.
Jadi, tak punya utang?
Punya, tapi minimal. Sangat aman. Kalau utang bunganya mahal jangan lama-lama bayarnya. Kalau pinjaman dolarnya banyak, nanti tak bisa bayar. Barangkali itu juga yang menyebabkan Agung Podomoro bisa lolos dari krisis. Sebelum krisis kebetulan saya tidak banyak pinjam uang. Selama 35 tahun, kami tak pernah failed. Tak pernah telat bayar gaji karyawan, ha-ha-ha....
Ada pengalaman pahit dengan utang?
Tidak. Kalau bisa memang jangan berutang, kecuali kalau sangat terpaksa. Itu pun harus dihitung cashflow-nya, karena utang harus dikembalikan. Bank dibutuhkan tapi cuma untuk bridging (pinjaman sementara) dan kepepet saja.
Siapa orang yang paling berpengaruh terhadap karier Anda?
Ayah. Dia juga konservatif. Orang dulu itu disiplinnya luar biasa. Visinya jauh ke depan. Bagi saya, Ayah itu sekaligus guru dan teman.
Kini sudah berapa proyek yang dikerjakan?
Yang sedang dibangun mungkin sekitar 30. Saya tidak sendiri. Saya banyak bermitra dengan teman lain. Di Kapuk, misalnya, saya bikin proyek bersama Pak Anthoni Salim dari Indofood. Membangun Kelapa Gading, Mangga Dua Square dengan Pak Aguan (Sugianto Kusuma). He is my best partner.
Tak tergoda ke bisnis lain?
Belum. Kami masih fokus ke properti, tapi tidak tahu nanti.
Apa proyek prestisius yang pernah digarap?
Tanjung Duren Park itu luasnya 20 hektare. Itu bakal jadi Agung Podomoro City. Yang baru mau diluncurkan mungkin lebih besar dari The Pakubuwono Residences. Tapi masih rahasia.
Wah, Pakubuwono saja sudah mentereng....
Tapi untungnya kecil, lho. Cuma 10 persen. Saya juga akan membangun rumah murah. Dari dulu kami tak mau high profile. Yang penting kerja giat, baik.
Anda konservatif tapi progresif....
Ya, tapi tetap ada hitung-hitungannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo