Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Setya Novanto: Kalau Bisa Buktikan, Saya Beri Rp 1 Miliar

13 Maret 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI terlihat lelah dengan mata memerah, Setya Novanto tetap tersenyum ketika berkunjung ke kantor Tempo pada Rabu pekan lalu. Ia baru pulang dari Bandung hari itu. Setya berangkat subuh dari Jakarta dan kembali tengah hari. "Meskipun memakai nguing-nguing, Bandung-Jakarta tetap tiga jam," katanya, merujuk pada bunyi sirene mobil pengawal Ketua Dewan Perwakilan Rakyat.

Setya datang untuk mengklarifikasi kehebohan berita sepanjang pekan lalu yang menyebutnya mengatur megakorupsi kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) senilai Rp 2,3 triliun. Menurut dakwaan jaksa, seperti dikutip Koran Tempo, Setya menerima Rp 540 miliar. "Setelah membaca dakwaan, saya pikir lebih baik ke Tempo saja," ujarnya, lalu tertawa.

Anda kok sudah membaca dakwaan, padahal baru dibacakan jaksa di pengadilan besok....

Tadi ada edaran seperti itu. Saya penasaran, saya minta saja dan dikasih. Ya, saya baca.

Versi dua lembar atau lengkap?

Dua lembar. Ya, kami cukup berdoa. Makanya, saya pikir-pikir, saya ke Tempo saja.

Nama Anda disebut dalam dakwaan korupsi proyek KTP elektronik ini....

Saya baca di Koran Tempo mengenai siklus pendanaan, saya terima Rp 540 miliar. Kaget saya membacanya. Saya berdoa, saya tidak pernah menerima dana tersebut. Rupanya (informasinya) dari pertemuan antara Andi Narogong (Andi Agustinus), Anas Urbaningrum, Muhammad Nazaruddin, dan saya yang akan membagikan uang sejumlah sekian, sekian. Kapan saya bertemu dengan Anas dan Nazaruddin, apalagi membicarakan e-KTP?

Anda dekat dengan Nazaruddin?

Enggak juga, kenal biasa saja.

Apa yang Anda ingat mengenai proyek e-KTP?

Waktu itu, saya menjadi Ketua Fraksi Partai Golkar. Saya menyampaikan apa yang saya tahu dan saya dengar. Sebagai ketua fraksi, saya hanya menerima laporan bulanan. Nah, sepanjang untuk kepentingan nasional dan kepentingan masyarakat, apalagi e-KTP bisa berguna untuk paspor dan bisa untuk identitas korban pengeboman, buat saya itu baik.

Bagaimana dengan anggaran?

Ada juga pertanyaan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi soal anggaran. Selaku ketua fraksi, masalah anggaran diserahkan kepada Komisi II. Di setiap komisi ada anggota Badan Anggaran dan dilaporkan ke sana.

Sewaktu proses penganggaran, Anda mendapat laporan dari anggota Fraksi Golkar di Komisi II?

Saya menjelaskan bahwa dalam proses anggaran saya tidak ikut campur. Kalau rapat, waktunya selalu pendek karena ada sebelas komisi, belum lagi badan-badan.

Dalam dakwaan disebutkan ada Rp 150 miliar untuk Partai Golkar....

Tangan dua, nih. Demi Allah, demi Tuhan. Ini bisa difoto, nih. (Setya Novanto mengacungkan telunjuk dan jari tengah membentuk tanda "v".)

Banyak orang menyebut proyek e-KTP itu proyek Golkar....

Saya belum pernah mendengar. Sebab, kalau ada usul proyek dari pemerintah, tidak bisa hanya satu fraksi.

Menurut KPK, proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun dikorupsi Rp 2,3 triliun....

Waduh, enggak tahu. Duitnya mau ditaruh di mana? Kalau dikumpulin, bisa segedung ini. Saya enggak mengerti, itu urusan penyidik.

Beberapa anggota DPR mengembalikan uang suap yang mereka terima ke KPK....

Kalau boleh tahu, siapa yang mengembalikan uang? Itu mengembalikan dari mana?

Menurut Anda, anggota fraksi lain menerima suap proyek itu?

Lihat saja di persidangan. Saya juga sempat bertanya (kepada teman-teman), "Ada enggak lu terima? 'Enggak ada, Beh'."

Anda sudah melihat berita acara pemeriksaan para saksi dan tersangka, ya?

He-he-he..., kita saling rahasia.

Kalau melihat dakwaan, Anda menjadi calon tersangka begitu dekat....

Wah, ini sudah mau menjadi hakim.

Soalnya, di awal proyek pada 2010, Anda disebut bertemu dengan Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Diah Anggraeni untuk membahasnya....

Enggak, enggak pernah. Penyidik juga bertanya, tapi saya sudah mengklarifikasi. Nanti bisa lihat pengakuan mereka. Saya berusaha menghindari pertemuan-pertemuan itu. Dulu juga diisukan bertemu ini, bertemu itu, enggak ada semua. Jadi ini ocehan Nazaruddin saja. Kebenarannya akan terlihat, apakah pertemuan itu ada.

Anda juga disebut bertemu dengan Irman dan Sugiharto, dua pejabat Kementerian Dalam Negeri, yang menjadi terdakwa korupsi ini...

Ya, saya juga baca. Silakan ditanya kepada yang bersangkutan. Yang jelas, saya sudah mengklarifikasi.

Kabarnya, di ruang penyidikan KPK, Anda dan mereka sempat dikonfrontasi?

Sempat dipertemukan juga. Saya enggak kenal dengan mereka.

Anda kenal dengan Irman?

Sudah saya sampaikan dan enggak (pernah bertemu).

Sewaktu pelantikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan pada 2013, benarkah Anda menitipkan pesan untuk Irman lewat Diah Anggraeni? (Dalam dakwaan disebutkan Setya meminta Irman mengaku kepada penyidik bahwa ia tak mengenalnya.)

Tanya saja Bu Diah kebenarannya bagaimana.

Apakah penyidik menanyakan soal itu?

Saya enggak berani menjawab.

Dalam dakwaan, Anda disebutkan bertemu dengan Irman pada 2015 ketika ia dilantik menjadi pelaksana tugas Gubernur Jambi....

Saya lupa lagi kejadian itu. Saya enggak ingat karena sudah sama-sama ramai naik pesawat.

Kabarnya, Anda memuji Irman dalam pertemuan itu?

Nanti tanya ke Pak Irman.

Dalam dakwaan, peran Andi Agustinus sangat sentral dan ia menyebut Anda yang menentukan anggaran e-KTP....

Tanya ke Andi langsung.

Penyidik mengkonfirmasi pernyataan Andi ini sewaktu Anda diperiksa?

Enggak ada. Lebih bagus ditanyakan ke Andi. Mudah-mudahan apa yang disampaikan tidak seperti yang dituduhkan.

Anda sering bertemu dengan dia?

Dengan Andi memang pernah. Sudah saya sampaikan bahwa dia menemui saya untuk urusan jual-beli kaus.

Kaus apa?

Dulu saya Bendahara Umum Golkar. Waktu itu ada acara. Dia menawarkan kaus. Kami enggak cocok dalam harga. Apalagi dia menyampaikan kaus impor yang harganya mahal. Nanti kita lihatlah pengakuan Andi.

Sejak kapan Anda mengenal Andi?

Bukan mulai kapan. Tapi saya di acara Golkar, Andi datang.

Bukankah keponakan Anda, Irvanto Hendra, bekerja di perusahaan Andi?

Enggak. Enggak ada keponakan saya bekerja di sana.

( Dalam riwayat hidup calon legislator Pemilihan Umum 2014, Irvanto Hendra mencantumkan riwayat pekerjaan sebagai anggota staf PT Murakabi Sejahtera, milik Vidi Gunawan, adik Andi Agustinus, salah satu peserta tender e-KTP.)

Beberapa orang menyebut sering melihat dia di ruang Fraksi Golkar di DPR....

Saya boleh tahu orang Golkar yang mana? Kalau orang Golkar, saya tertarik, tuh, mumpung menjadi ketua umum.

Banyak orang menyebut Anda dekat dengan dia karena sesama pengusaha, termasuk sewaktu pengadaan baju hansip....

Yang ini saya baca di Tempo. Saya heran sama Tempo. Saya disebut terlibat hansiplah, mobil inilah, kok tidak pernah bisa dibuktikan. Kalau bisa buktikan, saya beri Rp 1 miliar.

Padahal dia pernah memborong majalah Tempo ketika memberitakan soal Anda sebagai bandar anggaran berbagai proyek di DPR....

Waduh, bukan saya berarti.

Tapi atas perintah Anda.

Ha-ha-ha, waduh....

Oke, jadi menurut Anda, semua isi dakwaan korupsi e-KTP ini tidak benar?

Ada yang saya enggak mengerti. Apa pun yang ada dalam dakwaan kita lihat perkembangannya di sidang karena di sana akan ketahuan persisnya bagaimana.

Bagaimana mungkin keterangan dari orang berbeda-beda bisa klop?

Nanti lihat di persidangan. Kalau itu, susah saya jawab.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus