MUNGKIN ini termasuk "berita baik". Mungkin ia pejabat yang
jujur. Umurnya di atas 63. Rambutnya menipis, memutih. Duduk
dengan tenang di kursi rumah dinasnya, ia tak memberi kesan
sebagai orang yang telah dimanja oleh pelbagai kesempatan baik.
Perutnya belum bergelambir lemak. Cara berpakaiannya masih
seperti dulu: tak terlampau rapi, hanya bersih, dengan hem tanpa
warna, pantalon yang tak mengkilap, sandal plastik.
Dan ia adalah pemegang jabatan penting di suatu departemen yang
terkenal "basah". Seorang wartawan yang kepingin menulis sebuah
"berita baik" suatu hari menemuinya. Ia berbicara dengannya satu
setengah jam. Tapi waktu si wartawan pulang ia ragu, benarkah
ini tokoh jujur yang dicarinya -- dan hendak ditampilkannya.
Bagaimana para pembaca akan percaya, bahwa si pejabat adalah
orang bersih? Bagaimana pembaca akan yakin bahwa ia tak pernah
memberi kans buat diri (atau keluarganya) untuk kaya karena
posisinya kini? Bagaimana?
Ia memang bisa melukiskan betapa bersahajanya pakaian si tokoh.
Betapa dekorasi dan perlengkapan rumahnya tak meriah. Atau bahwa
mobilnya di garasi cuma satu, kendaraan dunas. Atau tentang
isterinya yang tak seperti ornamen tebal yang kerlap-kerlip,
yang anehnya pandai bicara soal "kesederhanaan hidup". Atau
bahwa ia tak punya anjing yang seharga Rp 3 juta lebih, yang
menggonggong dengan bau parfum.
Tapi pembaca konoh bukanlah sekumpulan makhluk yang gampang
percaya. Banyak di antara mereka lebih tahu (ketimbang si
wartawan) tentang rahasia kekayaan Pak Anu dkk yang tersebar di
sana-sini. Banyak pula yang mafhum kenapa hal-hal yang busuk itu
tak pernah dikemukakan di koran. Maka bila tiba-tiba si wartawan
menampilkan seorang tokoh, dengan pujian "bersih", akan ada yang
bertanya: "Apa sudah diselidiki betul bahwa ia tak punya hasil
korupsi yang tersembunyi?".
Apa boleh buat. Nampaknya seorang pejabat oleh khalayak
cenderung dianggap bobrok" dulu sebelum ia dibuktikan "bersih",
sebagaimana sejumlah orang lain bisa dianggap "Gestapu" atau
"subversi" -- dan ditahan -- sebelum mereka bisa dibuktikan
bukan
Tapi itulah suasana yang berlaku. Titik bahaya dari korupsi tak
cuma bisa dilihat pada prosentase kebocoran uang, tapi juga dari
menipisnya kepercayaan kepada bersihnya aparatur negara secara
keseluruhan. Dalam situasi itu, seorang wartawan mungkin harus
melakukan investigative reporting -- bukan untuk membongkar
penyelewengan, melainkan buat menampilkan tauladan kebersihan.
Dan si orang bersih yang mau ditampilkan mungkin justru takut,
berbisik: "Saya menolak komisi Lockheed, mas, tapi itu harap
jangan ditulis . . . off-the-record".
Lalu ia menawarkan amplop.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini