Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Si musang, mafioso terakhir

Kisah seorang mafioso, jimmy fratianno, satu-satunya tokoh atas dari cosa nostra yang membelot. (sel)

3 April 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LOS Angeles, 1941. Di bawah cahaya temaram bola lampu yang telanjang di kamar pengap itu, 50 orang lelaki mengitari meja panjang dengan wajah kaku bagaikan tembok. Di atas meja tersilang sepucuk pistol dan sebilah pisau. Johny Roselli memperkenalkan tokoh-tokoh dunia hitam itu kepada Jimmy Fratianno, sang "kandidat". Di ujung meja berdiri Jack Dragna, pendek kekar dengan kaca mata berbingkai tanduk, mengingatkan Jimmy akan tampang seorang bankir. Di sebelah kirinya berdiri Tom Dragna, dan di kanannya Momo Adamo. "Jimmy, Jack Dragna adalah boss dalam 'keluarga' kita," kata Roselli memecah kesunyian. "Momo Adamo underboss, dan Tom Dragna consigliere. " Jimmy terpaku. Tiba-tiba Jack Dragna mengacungkan tangan, dan memerintahkan semua hadirin berpegangan tangan. Ia kemudian berbicara dalam bahasa campuran Sisilia-Italia yang cepat, yang hanya bisa ditangkap Jimmy secara garis besar. "Kita berkumpul petang ini untuk melantik lima anggota," kata Jack mengawali pidatonya. "Masing-masing Jimmy Fratianno, Jimmy Regace, Charley Di'ppolito, Louic Piscopo, dan Louie Dragna, anak kandung Tom." Lalu Jack mengarahkan pembicaraannya kepada Jimmy Fratianno. "Jimmy, anda sejak saat ini menjadi anggota keluarga terhormat Cosa Nostra. Anda tentu tahu, kami hanya menerima para lelaki dengan keberanian dan ketaatan luar biasa. "Anda datang dalam keadaan hidup. Anda hanya bisa keluar sebagai mayat. Sejak saat ini anda harus menempatkan Cosa Nostra di atas segala-galanya. Di atas keluarga, negara, bahkan di atas Tuhan! Jika kami memanggil anda, anda harus datang sekalipun ibu, istri, atau anak anda sedang berada di ranjang kematian!. "Ada tiga pantangan yang harus anda taati tanpa bertanya. Jangan membocorkan rahasia serikat ini, jangan mengusik anak istri sesama kita, jangan melibatkan diri dengan narkotik. Melanggar salah satu pantangan ini berarti mengundang kematian tanpa pengadilan maupun peringatan." Jimmy kemudian diminta mengacungkan jari tengah tangan kanannya ia tak sadar apa yang terjadi, sampai Jack Dragna menusuk jari tengah itu dengan sepotong kawat. Darah segar membersit keluar. "Darah ini menjadi lambang kehadiranmu di tengah keluarga kita," seru Jack Dragna dengan wajah takzim. "Kita semuanya menjadi satu sampai mati!" Ia berhenti sejeak, kemudian melangkah maju, merangkul dan mencium Jimmy pada kedua belah pipi. "Jimy," katanya bagai menahan haru. "Kau kini salah seorang di antara kita. Kau kini seorangamiconostr, seorang Soldato dalam fumigli kita. JIKA kau ingin memperkenalkan seorang anggota kepada anggota lain yang belum saling mengenal, kau harus mengatakan 'Amico nostra: Artinya: sahabat kita. Tapi bila kau memperkenalkan seorang bukan anggota kepada anggota, kau harus mengatakan 'Sahabat saya'. Tanpa terasa upacara khidmat itu usai. Suasana hening berganti suara percakapan dan bisik-bisik di sana-sini. Tapi Jimmy Fratianno masih tercenung. Ia belum berhasil menghapus kesan 'kudus' dari upacara 'pembaptisan' yang baru dijalaninya. Ia kini menjadi anggota sebuah serikat purba dengan ketertutupan luar biasa. Menjadi pewaris dan pemilik kekuatan luar biasa yang sejak puluhan tahun mengguncangkan masyarakat Amerika. Menjadi seorang mafioso-cita-cita yang sudah dipendamnya sejak lama. Adegan di atas tak akan ditemukan di dalam novel Mario Puzzo The Godfather, kendati karya itu begitu hidup melukiskan sisi dalam serikat mafia. Adegan itu dipetik dari huku The Last Mafioso susunan Ovid Demaris, yang sebelumnya pernah menulis 6 buku, di antaranya The Green Felt Jungle dan Captive City yang bercerita tentang organisasi kriminal. "Menulis buku ini merupakan petualangan tersendiri bagi saya," kata Ovid dalam pengantar bukunya yang terbit pertama kali Januari tahun lalu. Setelah tiga puluh tahun menjadi 'pengamat' dunia kriminal dan menulis berdasarkan sumber tangan kedua, "untuk pertama kalinya saya merasa berada di dalam dunia hitam itu, dan memandang keluar." Sampai saat ini, agaknya, Jimmy Fratianno--sumber Ovid Demaris - merupakan "satu-satunya tokoh cabang atas Cosa Nostra yang membelot." Ini adalah sebuah kisah nyata dengan tokoh dan nama yang nyata. Hanya ada sebuah nama palsu, "Cindy" -- dengan identitas yang tetap jelas. Untuk menolong pembaca mengingat nama-nama itu, Ovid mencantumkan lampiran "Dramatis Personae" pada bagian akhir. Siapakah Jimmy Fratianno? Newsweek menamakan tokoh ini "sumber keterangan yang paling penting selama dua dekade terakhir." Seorang kapten polisi Los Angeles 20 tahun yang lalu menyebutnya "pelaksana hukum mafia tertinggi di Pantai Barat." Pendeknya, "segala akal licik dan aksi berdarah mafia diketahui orang ini," kata The New York Times Book Review. Paling tidak Jimmy (yang dijuluki "musang") Fratianno terlibat dalam sebelas pembunuhan. Prestasi itu mengangkat karirnya ke jenjang aporegime, semacam komandan pasukan dbaaajtm serikat mafia yang tak mengenal. Tapi tatkala seorang saingan berusaha menyingkirkan Jimmy dengan peluru, sang "musang" terkesima. Ia kemudian sampai pada pilihan luar biasa, menyerah kepada FBI dan mengungkapkan sisi dalam mafia yang selama ini hanya diketahui orang melalui tebak -tebakan. HAMPIR dua juta kata mengisi pita rekaman Ovid Demaris dalam mempersiapkan buku ini. Ia tak hanya mewawancarai Jimmy, melainkan juga sahabat-sahabat dan sanak saudara tokoh tersebut. Banyak sumber tak sudi menyebutkan nama. Di antara 'referensi' Ovid terdapat agen FBI, jaksa, kolumnis dan pengarang, pengacara hukum, pengusaha, petugas pemeriksa pemerintah. Inilah pula untuk pertama kalinya pemerintah AS memberi kesempatan seorang penulis berjumpa dengan saksi penting, sebelum perkara diajukan ke pengadilan. "Hal ini terutama membuktikan," kata Ovid, "betapa para penuntut dan agen-agen FBI mempercayai keterangan Jimmy Fratianno." Sebuah keuntungan bagi Ovi. "ingatan Jimmy luar biasa." Ia mengetahui setiap detil yang bahkan sudah dilupakan orang. "Ia dapat menyebutkan nama-nama dari enam puluh tahun lalu, dan menuturkan sebuah peristiwa menit demi menit." Proses persiapan buku ini memakan waktu dua tahun. Untuk meyakinkan diri sendiri, kadang-kadang Ovid meminta Jimmy mengulangi kembali cerita yang dituturkannya beberapa bulan lalu. Ternyata dasar cerita itu tak berubah, kecuali detil yang lebih jelas pada cerita yang belakangan. Jimmy Fratianno dilahirkan 14 November 1913, di sebuah kota kecil dekat Napoli, Italia. Dalam usia empat bulan ia dibawa ibunya menyusul sang ayah yang sudah lebih dulu berada di Cleveland, AS. Pada 1915 lahir seorang adik perempuannya yang diberi nama Louise. Tiga tahun kemudian lahir seorang adik lelakinya, Warren. Faratianno memang ditunjang oleh latar belakang klasik para mafioso Amerika. Dia salah seorang imigran Italia yang tinggal di Distrik Murray-Mayfield Road, yang biasa dijuluki "Bukit". Bagi penduduk sekitarnya, wilayah itu dikenal sebagai "Italia Kecil". Pada umur enam tahun ia menyaksikan tiga orang ditembak dengan senapan mesin di jalanan. Ia masih ingat reaksinya ketika itu: "Ya, Bunda Kudus Yesus!" Kondisi di "Italia Kecil" Cleveland pada masa itu memang tak dapat dikatakan cerah. Oleh bahasa dan adat istiadatnya, kaum imigran Italia bagai terpulau di tengah masyarakat Amerika yang sudah agak mapan. Untuk mendapatkan upah yang tak seberapa, para pendatang itu harus bekerja keras, Kenyataan ini diperburuk oleh kebiasaan berkeluarga besar yang mengakibatkan hadirnya lebih banyak mulut untuk disuapi. Beberapa orang tak sudi menjadi kuli, dan mencoba hidup berwiraswasta. Dalam kelompok ini termasuk Antonio Fratianno, ayah Jimmy - yang kini mendapat nama baptis Aladena. Ia berusaha sebagai kontraktor kecil-kecilan, dan dikenal sebagai crang yang tenang, namun sangat keras mengatur rumah tangganya. JIMMY Fratianno tak dapat melupakan suatu hari di tahun 1916 tatkalaayahnya membeii seekor kuda dan sebuah kereta. Ketika itu mereka sudah pindah ke East 125th Street di kota yang sama. Tetangga pada keluar rumah dan berlomba-lomba memuji kuda dan kereta yang beratap terpal itu. Ketika sang ayah dipaksa keadaan menjual "simbol status" tersebut, Jimmy menangis menggerung-gerung. Antonio adalah ayah yang keras dan suka menghukum. Pukulan cambuk sudah tak asing lagi bagi anak-anak itu. Pada Jimmy, hukuman itu membangkitkan semacam perlawanan. Tambah banyak dipukul, anak itu makin sulit diatur. Ia bahkan tampak semakin yakin pada diri sendiri, dan berniat menempuh hidup dengan cara yang khas. Di sekolah ia terkenal sebagai pengkelahi, bahkan berani menonjok guru. Akhirnya ia dikirim ke Sekolah Thomas Edison, yang kesohor sebagai "sekolah anak nakal". Di sekolah ini ia bersahabat dengan Louis "Babe" Triscaro, yang kelak menjadi benggolan penghubung,antara Jimmy Hoffa dan Mafia Cleveland. Sejak kecil ia pintar mencari duit. Kadang-kadang ia bekerja membantu ayahnya, lain kali mencuri buah-buahan yang banyak dijual di pinggir jalan. Ada seorang polisi yang sering mengintai Jimmy mencuri buah. Suatu hari Jimmy tak sabar lagi. Polisi itu dia lempari dengan tomat busuk, tepat kena di wajah. Seorang pejalan kaki tua yang melihat anak itu berlari mengelakkan kejaran polisi, terkagum-kagum. "Coba lihat musang itu," katanya memberi komentar. Sejak saat itu polisi mencatat julukan "musang" bagi Jimmy Fratianno. Nama baptisnya bahkan hampir tak pernah iagi diingat orang. Pada usia 16 ia menjadi petinju amatir dengan nama Kid Weasel, alias "Kid Musang". Di bidang ini ia sempat memenangkan trophy kelas berat-ringan Collingwood Community Center. Pada usia 18 ia dituduh memperkosa seorang janda berusia 25 tahun. Perkara itu tak diajukan ke pengadilan, karena sang janda kemudian mengaku tuduhan itu tak benar. Ia hanya ingin memeras ayah Jimmy. Tapi tak urung nama Jimmy sang "Musang" mulai masuk agenda polisi. BEBERAPA hari setelah ia merayakan ulang tahun ke-19, terjadilah peristiwa yang banyak menentukan arah hidup anak itu. Pada suatu malam terang bulan yang dingin, ia bersama seorang teman asyik bermain Ice skating di Taman Elysium. Ia trampil dalam ptrmainan ini, bahkan menjadi pujaan gadis-gadis lanta ran kebolehannya. Pada malam yang naas itu pula ia terpikat pada seorang gadis yang sedang berjalan jalan bersama tiga gadislain dan lima pemuda bertampang Polandia. Entah bagaimana duduk perkaranya, ketika meninggalkan taman itu Jimmy dihadang lima pemuda tadi. Ia tak ingat apa-apa, kecuali pukulan dan tendangan yang menghujani tubuhnya dari segala penjuru. Sebuah kaki bersepatu bot menendang mukanya tepat di hidung. Terdengar suara tulang yang patah, darah yang memancut, dan rasa sakit yang sampai ke ubun-ubun. Jimmy berguling di tanah, berusaha melindungi perut dan dadanya dari hajaran bertubitubi itu. Ia sadar setelah berada di ru mah sakit, dengan tubuh memar dan tulang hidung patah. Setelah hidung itu didandani, ia dianjurkan menjalani operasi plastik. Jimmy tak peduli. Yang teringat hanya satu: pembalasan dendam. Bersama seorang sahabat, Anthony "Tony Dope" Delsanter yang memi liki tinggi badan enam kaki, sang "Mu sang" mulai keluar sarang mengintai penganiayanya. Mereka berhasil menemukan empat dari lima pemuda itu. Palam kegelapan malam, ketika masing-masing terpisah, berlangsunglah pembantaian balas dendam itu. Jimmy mengamuk bagaikan babi luka. Keempat pemuda itu dibuat remuk redam: patah hidung, tanggal gigi, pecah rahang, bocor kepala. Bahkan orang yang diduga Jimmy menendang hidungnya dulu ia patahkan tulang lengannya. Semua pemuda itu harus diangkut ke rumah sakit. Pemuda kelima menghilang, kendati Jimmy terus mencarinya selama setahun penuh. Pada usia 20 tahun Jimmy mulai menarik perhatian lingkungannya. Diajak bekerjasama oleh Jack Haffey dalam sebuah usaha konstruksi. Jimmy kemudian membuka sendiri usaha pengangkutan dengan beberapa truk. Ia mulai tampak muncul di klub Italia-Amerika, yang dikelola Tony Milano, kelak underboss Mafia Cleveland. Pada saat itu jabatan boss dipegang "Big Al" polizzi. Benggolan lain yang cukup penting adalah Johny De-Marco dan "Johny King" Angersola, beserta saudara-saudaranya Fred dan George. Jimmy juga mulai mengenal tokoh-tokoh bandit Yahdi,yang biasanya dinamakan Sindikat Cleveland. Di antara mereka terdapat Louis "Lou Rhody" Rothkopf, Moe Dalitz, Morris Kleinman. Para Yahudi ini mengatur perjudian di Cleveland, Newsport, Covington, dan Kentucky. Semuanya dengan 'restu' Mayfield Road Gang pimpinan Big Al. Tokoh lain dari Sindikat Cleveland ini adalah Ruby Kolod, Sam Tucker, kemudian kemanakan Lou Rhody bernama Bernard "Bernie" Rothkopf-kelak presiden direktur Grand Hotel MGM di Las Vegas. Sejak masa muda Jimmy merasa, ada semacam serikat rahasia Italia yang bermain di belakang layar!. Ia memang tak tahu secara pasti, tapi yakin serikat itu lebih kuat ketimbang sindikat Yahudi maupun Irlandia. Pada masa itu,istilah "Mafia" dan "Cosa Nostra" belum beredar, di kawasan "Italia Kecil" sekalipun. Nasib Jimmy mujur terus, baik di bidang usaha maupun perjudian. Pada masa itu pula ia berjumpa dengan calon istrinya, Jewel Switzer. Pertemuan itu terjadi di French Casino. Jewel sedang ranum-ranumnya, gadis 18 tahun berdarah campuran Irlandia-Jerman. Rambutnya pirang, matanya biru, bukan tipe calon menantu yang ideal untuk para orang tua Italia. Pada 1 Agustus 1936 mereka pergi ke Bowling Green untuk menikah. Dua bulan kemudian Jewel hamil. Pengalaman di meja judi memberi "ilham" baru pada Jimmy dan beberapa rekan. Pada musim panas 1936, mereka sampai pada kesimpulan, bahwa merampok perjudian lebih baik daripada mengadu untung di meja judi. Bersama Tony Dope Delsanter, yang menghabiskan masa kanak dan remajanya di rumah penitipan anak nakal, Jimmy mulai merancangkan aksi. Sasaran pertama mereka ialah sebuah rumah poker. Tanpa samaran apa-apa Jimmy dan Tony Dope masuk ruangan dengan tenang, mengeluarkan revolver, dan melucuti sembilan orang yang sedang mengitari meja. Mereka mendapat uang tunai US$ 5.800 dan sejumlah permata. Sasaran mereka berikutnya ialah La Rock-Licavoli. Kali ini mereka datang dengan wajah ditutupi kaus sutera, bersenjatakan senapan pendek, dan meloncat ke atas meja perjudian. "Ini adalah perampokan," kata Jimmy berteriak. "Cepat menghadap dinding, kalian semua haram jadah!" Dua ratus orang mematuhi komando itu tanpa perlawanan. Jimmy dan rombongannya menyikat $ 70.000. Merasa memiliki kekuatan, Jimmy mulai memeras. Langkah ini kemudian yang membuat ia berkenalan dengan penjara untuk pertama kalinya. Ceritanya bermula dari Joe Deutsch, seorang pengusaha yang terlambat membayar "uang keamanan" kepada Jimmy. Ketika Jimmy menelepon Deutsch untuk menagih, dari seorang sana terdengar jawaban, "Dengarkan, Bung, aku akan membayar kapan aku mau. Tidak bisa lebih cepat." Jimmy naik pitam. Selama beberapa hari ia gelisah terus. Kepada rekannya Tony Dope dan McSweeney ia bercerita akan memberi pelajaran kepada Joe Deutsch. Ia mulai menyusun rencana. Niat itu terlaksana pada suatu malam Minggu. Pada saat lampu merah menyala di suatu perempatan jalan, mobil Buick Jimmy yang sudah diberi nomor palsu tepat berada di belakang mobil Deutsch. Tiga orang dalam Buick itu masing-masing bersenjatakan revolver 38. Pada saat itulah Jimmy dan rekan-rekannya keluar dari mobil dan menghampri mobil Deutsch. "Joe, ayo keluar," kata Jimmy kalem. "Dan jangan coba main gila kalau mau selamat." Tapi Joe Deutsch telanjur melihat pistol Jimmy. Ia berteriak. "Hantam mulutnya," pekik Jimmy kepada Tony Dope. Ia kemudian mendengar hentakan gagang pistol yang jatuh bertubi-tubi ke atas kepala Joe dan melihat darah muncrat baai pancuran. Darah itu membasahi seteran gabardin kelabu Jimmy yang baru. LAMPU berganti hijau, dan Tony Dope sudah membersihkan kantung Joe Deutsch yang tak sadarkan diri. Mereka mendapatkan US$ 1.600 dan menghindar cepat-cepat. "Jeritan haram jadah itu bisa membangunkan orang mati," kata Mc Sweeney menggerutu. Jimmy tertawa. "Biar saja," katanya, "asal jangan membangunkan polisi." Justru pada saat itu sebuah mobil patroli polisi mendahului kendaraan mereka dan memberikan isyarat untuk berhenti. Mereka tertangkap, tanpa kesempatan mengelak. Pakaian yang berdarah, pistol-pistol, dan Joe Deutsch yang ditemukan dalam keadaan pingsan dengan kepala bocor, merupakan bukti yang sangat kuat. Jimmy dikirim ke penjara untuk delapan tahun. Jewel memekik ketika mendengar hakim menjatuhkan keputusan itu. Sementara itu mereka sudah mendapat seorang putri, Joanne, yang lahir 24 Juni 1937. Kedua orang tuanya menitikkan air mata, begitu pula saudaranya, Warren. Tapi Jimmy menolak bersalaman dan berbicara dengan mereka sebelum melangkahkan kaki ke penjara. Pada saat memasuki gerbang penjara itulah Jimmy teringat petuah seorang bajingan tua yang pernah didengarnya beberapa tahun lalu. "Ingat satu hal," kata nasihat itu, "jangan menampik kenyataan. Manfaatkan waktu, usahakan santai. Lupakan sanak saudara, lupakan keluarga, lupakan para sahabat di luar. Anggap mereka tak pernah ada. Jangan khawatir apa-apa. Jangan menghitung hari, buanglah almanak dari dinding. Berusaha tidur sebanyak-banyaknya, dan bermimpilah tentang bintang-bintang film yang seksi. Libatkan diri dengan kegiatan penjara. Jangan mau digertak sesama tahanan. Kalau perlu, hantam mereka. Berikan pukulan menentukan, sehingga tak ada lagi yang berani menggertakmu. Ikuti kegiatan olahraga. Jangan jijik melihat kecoak, kutubusuk, atau tikus kakus. Jangan berbaikan dengan kerani penjara, mereka toh tak bisa berbuat apa-apa. Bila ada kesempatan belajar, ikuti. Banyak orang yang hancur di penjara, tapi kalau kau mengerti cara bertahan, kau bisa keluar dengan selamat." Jimmy mengingat baik-baik petuah ini, semacam guide book ke belakang jeruji besi. Jimmy bebas 1945. Seorang rekan memberinya petunjuk, "jika anda sempat ke Los Angeles, jumpailah seorang Johny Roselli. Sampaikan salamku kepadanya." Baru dua setengah tahun kemudian, September 1947, Jimmy Fratianno berjumpa untuk pertama kalinya dengan Johny Roselli, di rumah Dago Louie. Roselli tampil dengan kesan menyenangkan. Berpakaian rapi dan bertingkah laku tertib, siapa menyangka kalau tokoh ini pada masa mudanya sudah mempunyai hubungan akrab dengan Al Capone yang legendaris itu? Setelah Al Capone masuk penjara--kemudian dihukum mati di kursi listrik--Roselli berada di bawah komando Frank Nitti, boss Chicago yang baru. Roselli kemudian ditugaskan di California, menjadi pelindung bisnis pacuan kuda. Ia juga "ahli hubungan perburuhan" dalam industri film. Setelah Agustus 1947, Roselli berabung dengan Jack Dragna, boss Mafia Los Angeles. Roselli pula yang pertama kali menerangkan kepada Jimmy seluk beluk organisasi Cosa Nostra, setclah "pelantikan" yang khidmat itu. Serikat ini "sejenis Angkatan Bersenjata khusus," kata Roselli memulai keterangannya. "Ada boss yang bertindak sebagai jenderal dan panglima, ada underboss yang posisinya ditentukan situasi permafiaan, ada consigliere, penasihat yang mengetahui ihwal di dalam dan luar organisasi. Kemudian ada ccporegime yang bertugas sebagai komandan pasukan. Dan akhirnya soldati, para serdadu. "Semua soldcto sederajat, meski ada tokoh tertentu lebih dihargai ketimbang tokoh lain lantaran prestasi. Setiap serdadu membawa nama "keluarga"nya ke mana pun ia pergi di seantero Amerika. Anggota sebuah "keluarga" tak bisa diusik tanpa sepengatahuan bossnya. Kecuali pada keadaan "perang". "Ada sebuah "komisi" yang terdiri dari boss sepuluh "keluarga". Mereka terdiri dari lima boss "keluarga" New York, ditambah para boss Buffalo, Phila delphia, Cleveland, Detroit, dan Chicago. Tak ada boss yang berhak merasa lebih kuat dari boss lainnya. Komisi ini bertugas menyelesaikan sengketa yang mungkin timbul di antara "keluarga". Komisi tidak berhak campur tangan dalam urusan intern "keluarga". Bila umpamanya Jack Dragna ingin menghukum salah seorang anggotanya, atau orang luar dalam wilayah kekuasaannya ia tak perlu meminta izin siapd pun. jika ada "keluarga" lain terlibat, baru komisi mengambil langkah. Kalau boss memerintahkan, kau harus membunuh orang tanpa menuntut bayaran. Perintah itu akan kau terima dari caporegime, dan jangan se,ali-kali mengajukan pertanyaan dungu. Kau tak akan dibayar satu sen pun untuk pekerjaan demi "keluarga". Itu merupakan kewajibanmu sebagai anggota. Tapi ada satu hal yang patut kau ingat. Dengan mengetahui kedudukanmu sebagai anggota "keluarga", orang akan bergidik memandangmu. Tak ada yang berani memandang enteng, apalagi menjatuhkan tangan. Serikat ini bertaraf nasional. Kita dapat melakukan banyak hal yang tak mampu dilakukan siapa pun juga." KONTRAK pertama Jimmy terjadi pada 1949. Ia harus menghabisi Frank Niccoli, anak buah Mickey Cohen yang dimusihi Jack Dragna. "Eksekusi" itu akan dilakukan dengan "permainan tali Italia," cara pembunuhan dengan darah dingin yang sungguh kejam. Pagi itu Frank Niccoli memarkir mobilnya di depan rumah Jimmy di California, pada suatu hari libur yang lengang. Jimmy sementara itu sudah menikah kembali dengan Jewel, yang sempat menceraikannya ketika sang "Musang" mendekam di penjara. Frank tak sadar masuk perangkap. Apalagi melihat sambutan Jimmy yang hangat seraya menawarkan sebotol bir. Sambil tersenyum immy bertanya, "Apa kabar Mickey Cohen?" Rumah sepi. Jimmy sudah mengirim istri dan anak-anaknya ke luar kota. Ia mulai merayu Frank Niccoli untuk meninggalkan Mickey, tapi percakapan itu tak lebih dari sekedar basa-basi. Pada saat yang sudah ditentukan bel pintu berdering. Dengan gaya acuh tak acuh Jimmy membuka pintu, dan mendapatkan Joseph Dippolito. Dengan perawakan pegulat kelas berat, Joe Dip memenuhi pintu. Di belakangnya tampak Sam Bruno, dan Nick Licata serta Carmen Carpinelli di kejauhan. "Halo, Joe, kebetulan," seru Jimmy berlagak kaget. "Mari berkenalan dengan Frank Niccoli. Kedua orang itu berjabatan tangan. Belum sempat menyadari duduk perkara, Joe secepat kilat memutar tangan Niccoli. Nick Licata maju seraya mengulurkan seutas tali. Jimmy menyambut tali itu seraya berkata, "Aku yang akan mengerjakan." Dengan tali di tangan Jimmy menghampiri Frank Niccoli yang tidak berdaya. "Frankie, permainan anda tamat sampai di sini," katanya. Tali itu melilit ke leher Frank, dan ujungnya yang lain dipegang Sam Bruno. Dengan segenap kekuatan Jimmy dan Sam menarik tali itu, sampai Frank perlahan-lahau rubuh ke lantai. Matanya melotot, bagai menyaksikan teror yang terlalu dahsyat. "Sialan, haram jadah ini mengencingi karpet baruku," kutuk Jimmy sambil memandang celana Frank yang basah. "Mereka selalu terkencing," sahut Sam Bruno kalem. "Kadang-kadang mereka bahkan terberak." Mayat Frank dimasukkan ke dalam karung, dan ditanam di "pekuburan" para korban mafia yang tak diketahui. Kontrak demi kontrak dilaksanakan. Dan anehnya, petugas hukum tak pernah berhasil mengajukan dia ke depan pengadilan. Martabat Jimmy di kalang an Mafia Los Angeles semakin menanjak. Pada awal 1952 Cosa Nostra Los Angeles kembali melaksanakan upacara pelantikan. Enam orang dilantik sebagai anggota baru: Angelo Polizzi, Charley 'Bats" Battaglia, Carlo Locata, Joe Dippolito, Joe LiMandri, dan Joe Adamo. Setelah upacara selesai, sementara para hadirin menikmati segelas anggur, Jack Dragna melambaikan tangannya kepada Jimmy dan menunjuk sebuah kursi kosong di sampingnya. "Jimmy, duduklah di sini," kata sang boss. Jimmy terkesima. Semua mata tertuju kepadanya ketika ia berdiri dan melangkah ke kepala meja. Ia sempat melirik Nick Licata, seorang soldeto yang ambisius. Wajah Licata tampak diwarnai rasa cemburu. Bisa dimengert!, "masa kerja" nya lebih panjang ketlmbang Jimmy. Jimmy duduk di sebelah Dragna. Sekali lagi sang boss mengacungkan tangan, sebagai isyarat menenangkan hadirin. Kemudian ia berbicara dengan suara yang datar, "Aku akan menjadikan J immy Fratianno seorang cporegime . . . ada yang keberatan? Tak seorang pun angkat bicara. Dragna tersenyum dan menyalami Jimmy. "Selamat," katanya. Ia mengangkat gelas, setiap orang menikmati anggur yang disajikan. Ketika itulah Nick Licata mengacungkan tangan. Dragna datang mendekatinya. "Aku tak mau di bawah siapa pun juga," kata Nick dengan suara gemetar menahan murka. "Aku hanya menyediakan diri di bawahmu." Sang boss tersenyum. "Bisa diatur," katanya, "kau tetap di bawah perintahku." Pada 1954 untuk kedua kalinya Jimmy Fratianno masuk penjara. Ia terjebak melakukan ancaman melalui telepon. Pengusutan yang dilakukan FBI kemudian menampilkan sejumlah bukti yang dapat mengirim Jimmy ke penjara. Ia bebas 1960. Dan keadaan sudah banyak berubah. Sementara itu Jack Dragna sudah mati. Mafia Los Angeles dipimpin dua orang yang paling tidak disukai Jimmy: Frank de-Simone dan Nick Licata. Satu-satunya orang yang dapat dipercayai adalah Johny Roselli. Pertemuan kembali denan Roselli tidak saja hangat dan membangkitkan nostalgia, tapi sekaligus juga membuktikan pada Jimmy betapa jauhnya sudah mafia berkembang. Roselli misalnya sedang terlibat mempersiapkan kontrak CIA untuk membunuh pemimpin Kuba Fidel Castro. "Jembatan" antara Roselli dan CIA adalah seorang bckas agen FBI bernama Robert Maheu. Rencana pembunuhan ini memang tak pernah berhasil. Roselli sendiri kemudian bahkan terbunuh di tengah persaingan dan permusuhan antarmafia yang kian panas. Mayatnya ditemukan di dalam drum yang terapung di Teluk Biscayne, Miami. *** Sampai saat pembelotannya, Jimmy Fratianno tetap disegani di kalangan mafioso Ameriko. Dan anehnya, ia bebas bergerak ke sana ke mari. Bergaul di kalangan jetset, berfoto bersama Frank Sinatra dan Dean Martin. Bahkan bersahabat dengan beberapa pejabat resmi A5. Pembelotannya memporak-porandakan mafia Amerika. Berkat kesaksiannya sejumlah tokoh dunia hitam berhasil dijebloskan ke belakang jeruji besi. Di antaranya terdapat Frank "Funzi" Tieri (boss New York, Louis "Louie Dome" Pacella (soldato "keluarga" Genovese dan sahabat karib Frank Sinatra), Rudy Tham (benagolan San Francisco), Mike Rizzitello (capo Los Angeles), dan Dominic Brooklier (boss Los Angeles). "Pada malam Jimmy Fratianno menurunkan kesaksiannya," kata Ovid Demaris, "tak seorang pun boss mafia bisa lelap tertidur." Fratianno mungkin contoh yang unik dunia Cosa Nostra. Ia bagai "berkhianat" sepenuh hati, dengan segala keterbukaan. Hal ini sungguh jarang terjadi pada seorang mafioso dengan 'reputasi' begitu tinggi. Ia menjelaskan apa yang selama ini hanya dugaan. Ia bercerita lentang Menachem Begin, Howard Hughes, Frank Sinatra, Dean Martin, dan banyak tokoh lain yang masih hidup. Ia bercerita tentang Al Pacino, bintang yang mereka tentukan untuk film The Godfather, film yang menjengkelkan banyak mafioso itu. Dan Jimmy Fratianno sekaligus contoh yang khas. Ia datang dari zaman Cosa Nostra sejati, dari zaman mafia klasik, tatkala para imigran Italia di Amerika mulai mengukuhkan kehadiran mereka melalui serikat rahasia yang menakutkan. "Mungkin akan ada orang lain yang menggantikannya," kata Ovid Demaris, "tapi mafioso" jenis Fratianno sudah tak mungkin lahir lagi." Ia sungguh mafioso terakhir, The Last Mafioso. Ia juga mungkin bisa dinamakan The Singing Mafioso, mafioso yang menyanyi--dan menyingkapkan sisi gelap dunia hitam itu ke tengah pembaca. Sementara itu, sang "Musang" masih menanti hukuman yang tetap akan dijatuhkan. pemerintah AS atas dirinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus