Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Pesan-pesan Filosofis Lucy

Karena narkoba di dalam perutnya pecah, Lucy menjadi manusia super. Otaknya bekerja melebihi otak manusia biasa.

8 September 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA beberapa kiat yang sepatutnya Anda ikuti agar lebih nikmat menonton Lucy. Pertama, jangan tertawa nyinyir saat menyaksikan banyak peristiwa mokal dialami Lucy (Scarlett Johansson). Kedua, jangan mempercayai bahwa manusia sesungguhnya hanya 10 persen menggunakan otak dari total kapasitas yang ada, meski teori itu dijelaskan meyakinkan oleh Profesor Norman (Morgan Freeman) di film ini.

Lebih baik berfokus pada akting Scarlett Johansson. Inilah pertama kalinya Johansson mendapat peran utama menjadi jagoan berkekuatan super yang doyan menembak-nembak penjahat. Tomboi dan menggoda. Sekelebat ia mengingatkan kita pada tokoh Lara Croft dalam film Tomb Raider (2001), hanya ini versi blonde alias pirang.

Film garapan sutradara Prancis, Luc Besson, ini bercerita tentang seorang gadis biasa bernama Lucy yang terjerumus dalam sindikat peredaran narkotik. Ketika berada di Taipei, Taiwan, ia dijebak oleh Richard (Pilou Asbæk), pacarnya semasa liburan, untuk mengantar sebuah koper misterius kepada Mr Jang (Min-sik Choi). Lucy tak mengetahui bahwa Mr Jang adalah mafia narkoba asal Korea Selatan yang bengis dan kejam.

Mr Jang menceburkan Lucy ke dunia peredaran narkoba. Ia membiusnya, membelek perutnya, dan memasukkan satu kilogram narkoba jenis baru ke dalamnya. Narkoba itu bernama CPH4. Dihirup sedikit saja orang normal bisa mendadak gila. Bersama tiga korban lain, Lucy diminta ber­angkat ke Eropa untuk mengirim paket narkoba yang tersimpan di dalam tubuh mereka. Di tengah jalan, ketika Lucy disiksa oleh salah seorang penyekapnya, bungkusan narkoba dalam tubuhnya koyak.

Narkoba itu masuk ke pembuluh darah hingga ke otak, membuat Lucy menjadi manusia super. Otaknya bekerja melebihi otak manusia biasa, yang umumnya menggunakan 10 persen dari total kapasitas yang ada. Narkoba jenis baru itu membuat Lucy menjadi jagoan yang tak goyah ditembus peluru. Ia balik memburu para penjahat yang menyeretnya ke dunia peredaran narkoba.

Besson menggunakan cara yang tak biasa dalam membangun ketegangan film. Adegannya senantiasa loncat ke sana-kemari melampaui batas ruang dan waktu. Seperti adegan di awal, ketika Lucy masuk perangkap Mr Jang, Besson menampilkan adegan cheetah yang sedang mengintai mangsa di balik ilalang kering savana ­Afrika.

Adegan itu dipasang silih berganti dengan adegan Lucy masuk ke lobi hotel tempat ia akan bertemu dengan Mr Jang. Dan, begitu Lucy dibawa gerombolan mafia Korea, si cheetah berhasil menancapkan taringnya di leher mangsa. Rusa yang jadi mangsa kelojotan sebagaimana Lucy panik ketika diseret belasan anak buah Mr Jang. Penonton jadi bertanya, apa yang akan terjadi pada Lucy? Akankah dia mati seperti rusa di cengkeraman cheetah tadi?

Besson juga menyelipkan sedikit pesan filosofis di sekujur film. Apa arti keberadaan manusia? Apa yang membuat manusia bertahan? Sutradara yang telah menggarap puluhan film itu pun menyisipkan adegan-adegan sejarah penciptaan. Tapi jangan bayangkan Besson akan meniru gaya puitis Terrence Malik dalam film Tree of Life (2011) ketika berbicara tentang penciptaan dan makna hidup manusia. Gaya Besson amat berbeda. Dialog-dialognya tidak kontemplatif. Cenderung aneh. Tapi itu memang gaya Besson.

Toh, akting Johansson, yang kali ini terlihat garang menenteng pistol ke mana-mana, memang keren. Adegan kejar-kejaran mobil di jalanan Prancis, walau klise, juga yahud. Dan terutama perpindahan-perpindahan adegan yang tak terduga itu yang membuat penonton betah.

Ananda Badudu


Lucy

Sutradara: Luc Besson

skenario: Luc Besson

Pemain:Scarlett Johansson, Morgan Freeman, Min-sik Choi

Produksi: Canal+, Ciné+, EuropaCorp, TF1 Films Production

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus