Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 255, Duren Sawit, Jakarta Timur menggelar simulasi kegiatan sekolah tatap muka yang digabung dengan kelas online. Sistem ini mereka sebut kegiatan belajar mengajar atau KBM hybrid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua Komite Sekolah SMPN 255 Jakarta Timur Aulia Prima Kurniawan mengatakan simulasi ini adalah upaya orangtua mempersiapkan sekolah tatap muka. Sebab, menurut dia, sekolah negeri di Ibu Kota masih memiliki keterbatasan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Secara realistis kita harus sama-sama menyadari dan menerima bahwa persiapan dan pelaksanaannya kelak sangat mungkin tidak akan semudah yang dibayangkan saat ini, terutama untuk sekolah-sekolah negeri yang mengandalkan BOS dan BOP," kata dia di lokasi, Selasa, 30 Maret 2021.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menargetkan vaksinasi terhadap tenaga pendidikan bisa segera selesai. Tujuannya agar sekolah tatap muka bisa segera dilakukan pada awal semester kedua. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim lantas menargetkan semua sekolah sudah memulai pembelajaran tatap muka pada Juli 2021.
Aulia berujar, pembelajaran tatap muka di sekolah negeri bergantung pada ketersediaan dan kecukupan standar pelayanan minimum (SPM) yang didefinisikan Kementerian Pendidikan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Hal ini berbeda dengan sekolah swasta yang dapat menggelar pembelajaran tatap muka secara mandiri.
Sementara itu, proses pendidikan di masa pandemi Covid-19 terdisrupsi. Input pembelajaran kepada murid pun berbeda dengan era sebelum pandemi. Namun, standar penerimaan peserta didik baru (PPDB) dan masuk kuliah tidak berubah.
"Tidak bisa kita kemudian buat ada fase, di mana SMP dalam hal ini, tidak berjalan dengan baik," ucap dia.
Dalam simulasi hari ini, pihak sekolah menyediakan sembilan meja dan kursi belajar di dalam sebuah ruangan kelas. Peran siswa di sekolah digantikan oleh orangtua murid.
Murid SMP 255 Jakarta Timur berinteraksi dengan guru dan orangtua murid melalui aplikasi Zoom Meeting. Dari pantauan Tempo, terdapat satu layar yang menampilkan peserta didik di Zoom.
Layar ini tak ditempatkan di depan papan tulis, melainkan mengarah ke pintu ruangan. Layar tampak buram, suara murid yang menjawab pertanyaan guru juga tak terdengar jelas.
Salah seorang siswa yang bergabung di Zoom tiba-tiba menginterupsi sang guru. "Maaf bu suaranya tidak terdengar jelas," ucap anak laki-laki itu.
Pendingin ruangan atau air conditioner (AC) kelas ini juga dinyalakan. Jendela dan pintu ditutup rapat. Guru juga terlihat hanya fokus berdiskusi dengan murid di Zoom Meeting.
Kepala Sekolah SMP 255 Jakarta Timur Kwatrin Askarini menyampaikan, jumlah orang di dalam kelas tatap muka akan dibatasi maksimal 50 persen dari total siswa. Setidaknya satu kelas hanya bisa diisi 18 murid.