Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau masyarakat Ibu Kota untuk melakukan social distancing atau mengurangi interaksi sosial dalam dua pekan ke depan. Tujuannya, agar orang yang sehat tak tertular virus corona alias Covid-19 yang sedang mewabah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Social distancing menjadi "istilah baru" dalam perbendaharaan kata publik akhir-akhir ini. Pada dasarnya, social distancing atau menjaga jarak sosial adalah upaya melindungi orang sehat tetap sehat dengan memisahkan mereka dari yang sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini merupakan strategi kesehatan masyarakat yang bertujuan memperlambat penyebaran patogen infeksius seperti virus. "Yakni menjaga jarak antarwarga, mengurangi perjumpaan, menghindari kontak fisik, menjauhi tempat-tempat berkumpul orang banyak," kata Anies, Ahad lalu.
Pemerintah boleh saja mengimbau. Namun sejauh mana efektivitasnya dalam mencegah penyebaran virus corona, bergantung pada kesadaran setiap individu. Demikian menurut para peneliti di University of Oxford, Inggris, dan Utrecht University di Belanda, setelah pemerintah Inggris "sedikit terlambat" mengantisipasi wabah corona.
Dalam tulisan terbaru di The Lancet, jurnal pengobatan umum, pada pekan lalu, para peneliti mengatakan pengembangan vaksin virus corona masih berlangsung. Setidaknya butuh satu tahun atau lebih sebelum vaksin itu dapat diproduksi secara massal.
Karena itu, membatasi interaksi sosial adalah tindakan penting dengan kunci perilaku individu. Ini termasuk isolasi diri dan karantina awal, mencari nasihat medis jarak jauh, dan tidak menghadiri pertemuan besar atau pergi ke tempat-tempat ramai.
Social distancing bisa menjadi solusi mencegah penyebaran wabah saat ini, tapi hubungan sosial juga tetap penting. Semua orang cemas terhadap virus corona. Yang paling rentan terhadap virus ini adalah orang tua. Di sisi lain, mereka juga paling rentan terhadap isolasi.
Jika dibiarkan berlama-lama menyendiri dan kesepian akibat "terisolasi", risikonya adalah krisis kesehatan mental mereka bisa terganggu. Kesepian mungkin juga malah memicu mereka mengabaikan rekomendasi kesehatan dari pemerintah.
"Keseimbangan harus dicari berapa lama mereka dapat bertahan dalam kesepian di satu tempat," kata penulis penelitian, Hans Heesterbeek, dari Departemen Ilmu Kesehatan Kependudukan di Universitas Utrecht.
Heesterbeek melanjutkan, menjaga jarak sosial tidak harus menghilangkan interaksi manusia. Banyak orang beranggapan teknologi online merusak tatanan sosial. Ironisnya, alat yang sama sekarang menjadi peluang terbaik untuk menyatukan masyarakat.
Komunitas online bukanlah hal baru. Orang yang menderita penyakit langka, misalnya, sering tidak mengenal siapa pun secara langsung yang berbagi perjuangan mereka. Mereka pun mengatasi isolasi melalui pesan online.
Social distancing, menurut Ine Indriani, psikolog klinis Rumah Sakit Jakarta Eye Center, untuk saat ini bisa dilakukan tanpa merusak hubungan sosial masyarakat. Social distancing bukanlah isolasi diri secara total seperti pada penyembuhan pasien gangguan jiwa.
"Kita memiliki teknologi, komunikasi bisa tetap dilakukan, misal melalui WhatsApp atau media sosial," ucap Ine, kemarin. "Social distancing tak berpengaruh terhadap kondisi kejiwaan secara sosial. Zaman sekarang interaksi sosial tak selalu harus bertemu secara fisik."
Pada masa normal, interaksi sosial bisa dilakukan tanpa ada hambatan. Dalam kondisi seperti sekarang, teknologi bisa menjadi jembatan interaksi sosial. Pertemuan ataupun rapat perusahaan bisa dilakukan secara virtual, begitu pula dengan proses belajar-mengajar.
"Social distancing menjauhkan diri dari risiko tertular dan menulari Covid-19. Ini adalah solidaritas untuk menjaga jarak secara sosial guna melindungi individu yang lebih rentan," ucap Deirdre Hollingsworth di Big Data Institute, University of Oxford. SCIENCE DAILY | WASHINGTON POST | AFRILIA SURYANIS | FIRMAN ATMAKUSUMA
Social Distancing, Menyendiri Bersama-sama
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo