Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Soewondo tetaplah Soewondo si paranormal. Meski meringkuk di tahanan Polda Metro Jaya, kemampuan itu ternyata tetap digunakannya. "Banyak rekan sesama tahanan di sini yang minta konsultasi pada saya," katanya. Tidak hanya itu, seorang petugas menuturkan sebagian rekannya bahkan ikut pula memanfaatkan keahlian itu.
Kehadiran tersangka skandal Bulog itu memang punya arti tersendiri bagi kamar tahanan di Polda Metro Jaya. Di sisi lain, munculnya Soewondo juga menyisakan sejumlah tanda tanya bagi masyarakat. Benarkah ia sengaja dimunculkan untuk menghapus jejak kalangan Istana dalam kasus Bulog? Pernyataan bahwa Soewondo sama sekali tidak mengenal Presiden Abdurrahman Wahidmeski akhirnya dibantahsempat menguatkan dugaan itu.
Kejujuran Soewondo untuk menyibak kabut misteri skandal penyalagunaan uang Yanatera Rp 35 miliar memang sedang ditunggu publik. Namun, melihat berbagai pernyataan yang selama ini dilontarkannya kepada pihak penyidik, sulit dikatakan pengakuan pria yang punya nama lain An Peng Sui itu jujur.
Untuk menguji kejujuran suami Tety Nursetiati itu, wartawan TEMPO Adi Prasetya mengajukan pertanyaan tertulis melalui seorang pengunjung, Jumat pekan lalu. Denny Azani Latief, pengacaranya, ikut menyaksikan kliennya menjawab pertanyaan itu. Berikut pengakuan Soewondo.
Benarkah Anda tidak mengenal Presiden Abdurrahman Wahid?
Anda tahu sendiri, tidak mungkin saya tidak mengenal Presiden Abdurrahman Wahid. Itu tidak masuk akal. Berita itu sudah jelas salah. Ada satu koran yang salah mengutip omongan saya. Mustahil saya tidak kenal Gus Dur. Saya kenal dengannya jauh sebelum beliau jadi presiden, sekitar 1986. Waktu sunatan anak saya, Gus Dur juga hadir.
Presiden menyebut Anda "orangnya" Soeharto. Benarkah?
Tidak benar.
Kapan terakhir kali bertemu Gus Dur?
Saya tidak ingat. Yang jelas, sebelum beliau menjadi presiden.
Menurut Sapuan, pertemuan antara Sapuan dan Presiden, 7 Januari 2000, atas jasa Anda. Benarkah?
Saya tidak pernah memelopori pertemuan Sapuan dengan Presiden. Ketika Sapuan datang ke rumah, saya hanya menyatakan kepadanya, silakan saja kalau ingin bertemu dengan Presiden. Waktu itu Sapuan sendiri yang menemui Gus Dur ke Istana.
Jadi, yang benar, Presiden memanggil Sapuan atau Anda yang berinisiatif mempertemukan mereka?
Dua-duanya tidak benar. Keinginan itu sebenarnya murni dari Sapuan.
Pernahkah melalui Anda Presiden meminta Sapuan mencairkan uang untuk dana kemanusiaan Aceh?
Tidak. Yang saya tahu, permintaan itu pernah disampaikan Gus Dur kepada Jusuf Kalla (Kepala Bulog). Jusuf Kalla minta Presiden mengeluarkan dalam bentuk keppres. Gus Dur akhirnya membatalkan permintaan itu. Jadi, urusannya selesai sampai di situ.
Bagaimana dengan uang Rp 35 miliar milik Yanatera itu?
Itu hanya persoalan saya pinjam uang dari Sapuan. Sama sekali tidak ada hubungan dengan Gus Dur.
Mengapa pencairan uang terjadi setelah ada pertemuan antara Sapuan dan Gus Dur?
Utang-piutang itu telah nyata-nyata tercantum dalam perjanjian utang antara Sapuan dan saya. Jadi, bukan dan tidak ada hubungannya dengan pertemuan itu.
Jika begitu, mengapa Anda kabur dan buron?
Saya memang ketakutan oleh tekanan yang menimpa saya. Tidak tahu dari mana tekanan itu berasal. Karena itu, saya memilih melarikan diri dan bersembunyi. Kedua, saya merasa jalan hidup saya sudah dipotong karena nuansa yang berkembang telah memojokkan dan menutup jalan hidup itu. Karena itulah saya tidak hadir waktu dipanggil polisi. Saya merasa ketakutan atas tekanan-tekanan hidup yang terasa terhenti. Setelah kasus ini meletup, nuansa jalan hidup saya terpotong.
Pihak mana yang menekan Anda?
Saya tidak tahu. Selain orangnya tidak jelas, saya juga tidak kenal orangnya apa dan siapa.
Apa ada tekanan agar pernyataan Anda dibuat untuk menyelamatkan kalangan Istana?
Tidak ada tekanan itu. Kalau saya ngomong, biasanya tidak dipikir dulu, tapi pakai hati saya. Jadi, apa yang keluar dari mulut saya, ya itulah saya. Saya nggak perlu mikir-mikir lagi.
Siapa tokoh politik atau orang dekat Presiden yang menjenguk Anda?
Tidak ada.
Ada rencana lain?
Saya akan menggugat balik orang-orang yang telah mencemarkan nama baik saya, baik selama saya buron maupun setelah saya ditangkap, terutama pada saat saya tidak ada. Banyak sekali orang yang menjelek-jelekkan nama saya dan keluarga saya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo