Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budya Pradipta
Sejak Raden Mas Panji Sosrokartono, atau Eyang Sosro, tinggal di Bandung, pamor -ke-jawennya semakin nyata: gemar tirakat, -ber-pu-asa-, berjalan-jalan mendengarkan pen-de-ritaan rakyat kecil, mider bawana (berjalan mengelilingi tempat tertentu). Ia menjadi orang yang mampu mengasimilasi kebudayaan Jawa -dengan -Islam.
Ajaran Sosrokartono tentang hidup termuat da-lam sem-bilan pucuk surat yang dikirimnya dari per-jalanan- ke Sumatera pada 1931. Surat-surat itu di-tujukan ke kerabat Monosoeka-ikatan ke-ke-luargaan anggota perguruan Taman Siswa-di Bandung. P-e-ranti yang dipergunakan Sosro-kartono untuk mengolah keperca-yaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ada-lah rasa (spiritual) dan rasio (intelektual).
Misalnya, misi hidupnya sen-diri- adalah ngawula dhateng ka-wu-la-ning Gusti lan memayu ha-yuning urip, tanpa pamrih, tan-pa ajrih, jejer mantheng ma-wi pasrah (surat dari Medan, 12 Me-i 1931). Artinya, meng-abdi ke-pada manusia ciptaan Tuhan dan mempercantik hidup yang su-dah cantik (mengusahakan ke-se-lamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan hi-dup) tanpa pamrih, tanpa takut, berdiri tegar, dan disertai pasrah.
Ada lagi: Nulung pepadhane, ora nganggo mikir wayah wahduk kanthong. Yen ana isi, lumuntur marang sesami (surat dari Binjai, 12 November 1931). Artinya, menolong sesama tanpa memikirkan waktu, perut dan uang. Kalau ada rezeki maka rezeki itu mengalir kepada sesama manusia.
Berulangkali dalam suratnya pun Sosrokartono me-negaskan tentang kecintaannya terhadap bangsa Ja-wa. Anghuluraken asma Jawi lan bangsa Jawi. Ing-kang- tansah kula mantepi agami kula lan kejawen ku-la- (surat dari Medan 12 Mei 1931). Artinya, meluhurkan nama Jawa dan bangsa Jawa. Yang senantiasa saya tekuni adalah agama saya dan kejawen saya.
Lalu tentang pentingnya belajar bahasa, ia meng-ungkapkan Sinau basa, tegesipun: sinau bangsa, si-nau melu susah, melu sakit. Tegesipun, sinau ngudi rasa lan batos. Sinau ngudi kamanungsan (surat dari Binjai 12 November 1931). Artinya, belajar bahasa adalah berusaha mempelajari rasa dan batin manusia, meningkatkan rasa dan batin dan pada akhirnya, meningkatkan kemanusiaan.
Tokoh-tokoh pergerakan sering berkonsultasi de-ngannya. Mereka antara lain Ir. Soekarno, Mr. Sartono, Ki Hajar Dewantara, RM. Soerjoadipoero, Cipto Mangunkusumo, Soenarjo, beserta mahasiswa-mahasiswa antara lain Oesman Sastroamidjojo, Soe-mo-no, Iskandar Karjomenggolo, Agus Prawiranata.
Bung Karno kerap datang menemui Eyang Sosro untuk memohon doa restu setiap kali hendak berpidato di hadapan rakyat di Bandung. Soekarno jika berada di luar Bandung juga tidak jarang mengirim surat kepada Sosrokartono untuk memohon nasehat dalam meneruskan perjuangan bangsa Indonesia.
Soeharto semasa masih Presiden juga sering me-ngutip ajaran Sosrokartono: Su-gih tanpa banda, digdaya tanpa aji, ngluruh tanpa bala, menang tanpa ngasorake. Kutipan ini juga menjadi favorit Daryatmo dan Wahono, ke-tika keduanya menjadi Ketua DPR/MPR di masanya. Soedjono Humar-dhani, asisten pribadi Soeharto, me-nafsirkan ajaran itu se-bagai hasil seseorang yang telah menjalani laku kramat (wibawa), bukan laku semat (harta) atau derajat.
Di nusantara ini banyak pinisepuh yang teguh kukuh bergerak dan berjuang memelihara kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan sistemnya sendiri-sendiri. Romo Sukino Hartono de-ngan Sumarah-nya, Romo Semono pene-mu manunggalnya Rasa de-ngan Urip, Romo Budi, Romo Marto, Ro-mo Diyat dengan Pepunden Sari-nya, Sosrokartono de-ngan Caturmurti: bersatunya pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatan.
Ajaran Sosrokartono itu mengandung roh yang da-pat membangkitkan semangat hidup. Ajaran itu sama sekali tak berseberangan atau melemahkan kesan intelektual Sosrokartono yang didapat dari perjalanannya ke Eropa selama 29 tahun. Eyang Sosro justru mengembalikan ilmu dan pengalamannya di negeri jauh kepada rakyatnya sendiri. Ia lalu terjun dalam dunia pendidikan dan pengobatan dengan semangat mengabdi kepada rakyat. Dan semangat caturmurti Sosrokartono saya yakin masih relevan untuk kebutuhan hidup kekinian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo