Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Prabowo memilih Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan.
Susilo Bambang Yudhoyono dan Jokowi mendorong Sri Mulyani kembali menjadi menteri.
Prabowo mengaku telah memilih kembali sejumlah menteri ekonomi dalam kabinet Jokowi.
KEHADIRAN Sri Mulyani Indrawati di kediaman presiden terpilih Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, pada Senin malam, 14 Oktober 2024, membuat banyak orang terhenyak. Salah satunya Direktur Eksekutif Center of Law and Economics Studies Bhima Yudhistira. Sebab, menurut dia, nama Sri sebelumnya tak masuk daftar tokoh yang diperkirakan mengisi jabatan Menteri Keuangan. “Tapi harus diakui, sosok sekaliber Sri Mulyani belum ada di lingkaran Prabowo,” katanya pada Kamis, 17 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah tokoh yang digadang-gadang sebagai calon Menteri Keuangan adalah Budi Gunadi Sadikin, yang menjabat Menteri Kesehatan dalam Kabinet Indonesia Maju. Budi, mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero), menjadi kandidat Menteri Keuangan berbekal pengalamannya sebagai bankir selama lebih dari 20 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain Budi, nama yang beredar adalah Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar dan dua mantan Menteri Keuangan, yaitu Chatib Basri dan Bambang Brodjonegoro. Chatib menjabat Menteri Keuangan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sementara Bambang menduduki posisi ini pada periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Ihwal absennya nama Sri Mulyani dalam daftar kandidat Menteri Keuangan, menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance, Andry Satrio Nugroho, berhubungan dengan perbedaan pandangannya dengan Prabowo Subianto. Dia memberi contoh sikap Sri yang tak mengabulkan permintaan anggaran untuk membeli 12 pesawat Mirage 2000-5 lantaran keterbatasan ruang fiskal. Walhasil, pada Februari 2024, Kementerian Pertahanan yang dipimpin Prabowo membatalkan kontrak pembelian pesawat tempur bekas Qatar Air Force itu.
Presiden Joko Widodo berbincang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat acara penyerahan dokumen Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2017 kepada kementerian, lembaga, dan daerah di Istana Negara, Jakarta, Rabu, 7 Desember 2016. Tempo/Subekti
Dalam debat calon presiden pada 7 Januari 2024, Prabowo menyatakan bahwa banyak permintaan anggaran program yang diajukan Kementerian Pertahanan tidak disetujui oleh Sri selaku Menteri Keuangan. Ketika Covid-19 melanda, anggaran Kementerian Pertahanan pun kerap dipangkas dan diatur ulang untuk membiayai penanganan dampak pandemi. “Tapi, sebagai seorang menteri, seorang team player, saya harus loyal. Saya tidak banyak bicara di depan umum,” kata Prabowo, yang ketika itu menjawab pertanyaan dari calon presiden lain, Ganjar Pranowo.
Toh, hadirnya Sri Mulyani di Jalan Kertanegara, 14 Oktober malam, menghapus spekulasi tentang kandidat Menteri Keuangan dalam pemerintahan Prabowo. Dalam persamuhannya dengan Prabowo, Sri mengatakan sudah mendapat beberapa pesan, antara lain soal pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, penguatan Kementerian Keuangan, belanja negara, serta pengelolaan penerimaan negara seperti pajak. Seusai pertemuan yang berlangsung sekitar tiga jam itu, Sri mengatakan, “Beliau (Prabowo Subianto) meminta saya menjadi Menteri Keuangan lagi.”
•••
KEMBALINYA Sri Mulyani dalam kabinet tak lepas dari peran dua mantan presiden: Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo. Seorang mantan menteri dan dua tokoh di lingkaran pemerintahan mengatakan SBY—panggilan akrab Susilo Bambang Yudhoyono—pernah membujuk Sri kembali menjadi Menteri Keuangan. Yudhoyono dikabarkan membujuk Sri lantaran ia menerima masukan dari banyak pihak, antara lain pelaku pasar keuangan internasional.
Padahal, dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, yang antara lain membidangi keuangan, pada 21 Agustus 2024, Sri telah mengucapkan salam perpisahan sebagai Menteri Keuangan. Sri mengucapkan terima kasih kepada para anggota DPR yang telah memberikan banyak masukan. Ketika itu dia juga memperkenalkan Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono sebagai calon penerusnya dalam pemerintahan yang akan datang. “Titip wakil menteri saya ini yang akan meneruskan,” ujar Sri kala itu.
Selain dukungan Yudhoyono, dorongan datang dari Jokowi. Salah satu pertemuan akhir yang membahas kembalinya Sri menjadi menteri adalah saat dia bertemu dengan Jokowi di Istana Presiden, Jakarta Pusat, pada Kamis, 10 Oktober 2024. Dua orang di lingkaran pemerintah mengatakan pada malam hari setelah pertemuan dengan Jokowi, Sri juga menemui Prabowo di tempat terpisah untuk membicarakan kembalinya dia menjadi Menteri Keuangan.
Tempo telah berupaya meminta tanggapan tentang informasi tersebut kepada Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi, dan Sri Mulyani. Namun mereka tak memberi jawaban. Pada Rabu, 16 Oktober 2024, Herzaky hanya membalas, “Informasi dari siapa?”
Sri Mulyani enggan berkomentar banyak mengenai isi satu jam pertemuannya dengan Jokowi di Istana Negara pada 10 Oktober 2024. Sebab, dia mengungkapkan, poin utama persamuhan tersebut bakal disampaikan dalam jumpa pers di kemudian hari. Dia hanya mengatakan ihwal keperluannya melaporkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebelum berganti pemerintahan. “Tadi disampaikan bagaimana pelaksanaan APBN 2024."
Sri Mulyani bersama Thomas Djiwandono melaporkan perkembangan APBN kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto. Instagram @smindrawati
Seorang mantan menteri mengatakan keputusan Prabowo memilih kembali Sri sebagai Menteri Keuangan didasari kemampuan Sri dalam mengelola fiskal. Musababnya, salah satu tantangan yang mesti dihadapi pemerintah beberapa tahun ke depan adalah perkara utang jatuh tempo. Tahun depan, utang pemerintah yang jatuh tempo mencapai Rp 800,33 triliun. Jumlah ini belum termasuk beban bunga utang yang harus dibayar pemerintah. Dalam APBN 2025, pemerintah mengalokasikan Rp 552,9 triliun untuk membayar bunga utang.
Keputusan memilih Sri kembali juga diambil lantaran dia dianggap mampu menjembatani pemerintah dengan mitra-mitra internasional. Sri, menurut sumber tersebut, juga dianggap dapat menjaga stabilitas sentimen di pasar keuangan karena rekam jejaknya di lembaga keuangan internasional. Sri pernah terpilih menjadi Direktur Eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) mewakili 12 negara di Asia Tenggara pada 2002-2004. Dia juga pernah menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia pada 2010-2016.
Selain Sri, sejumlah menteri bidang ekonomi era Jokowi dipanggil Prabowo. Mereka antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi Rosan Perkasa Roeslani, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, serta Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Prabowo memang sebelumnya mengatakan kabinetnya akan diisi sejumlah menteri yang menjabat di pemerintahan Jokowi. Dalam sebuah forum investor pada Rabu, 9 Oktober 2024, dia mengatakan seorang presiden yang akan membentuk kabinet seperti pelatih sepak bola yang hendak memilih pemain. Pelatih, Prabowo menjelaskan, biasanya akan memilih pemain berkualitas terbaik. Prabowo yakin bahwa Jokowi, ketika membentuk kabinetnya, mencari orang-orang yang berkualitas. Karena itu, sehingga ia pun ingin melakukan hal serupa. "Dan kebetulan kalau orangnya masih bagus pasti akan kami minta untuk ikut lagi.”
Sedangkan Jokowi mengatakan keputusan Prabowo memilih kembali menteri dari kabinetnya antara lain dilandasi pengalaman mereka selama bergaul dan berinteraksi lima tahun terakhir. Jokowi pun yakin pilihan Prabowo telah melalui pertimbangan matang. “Itu yang namanya keberlanjutan,” tutur Jokowi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Nandito Putra, Daniel Fajri, Ghoida Rahmah, Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Berkat Dorongan Dua Presiden"