Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Suara Go Nuclear dari Kalimantan

Nuklir menawarkan listrik dalam jumlah besar. Pemerintah belum tertarik.

17 Maret 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEINGINAN memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kini menjadi tren di antara kepala daerah. Pada September tahun lalu, empat gubernur di Kalimantan menyatakan niat membangun instalasi nuklir untuk menerangi pulau yang dibelah garis khatulistiwa itu.

"Kami ingin membangun pembangkit listrik tenaga nuklir," ujar Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek kepada Kepala Badan Tenaga Atom Nasional Djarot Sulistio Wisnubroto. Suara "go nuclear" dari Kalimantan bersamaan dengan gairah menggenjot pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Nuklir adalah energi baru yang bisa dipakai untuk menggantikan peran bahan bakar fosil. Solar, batu bara, dan gas alam masih menjadi bahan bakar utama untuk membangkitkan listrik di Indonesia. Di instalasi pembangkit, produk yang digali dari perut bumi ini dibakar untuk memanaskan ketel air. Pemanasan menciptakan uap air bertekanan tinggi yang dialirkan ke turbin penghasil listrik.

Pemakaian bahan bakar yang tak terbarukan ini berdampak negatif pada manusia dan lingkungan. Setiap kali hasil tambang itu dibakar, karbon terlepas dan mencemari lingkungan. Bahkan akumulasi karbon dioksida menyebabkan gas rumah kaca, yang memerangkap panas matahari. Bumi semakin panas dan siklus iklim global jadi kacau.

Dari sekitar 40 ribu megawatt listrik yang terpasang di Indonesia, sebagian besar menggunakan bahan bakar fosil. Tren sumber daya fosil sebagai bahan bakar utama terjadi serentak di seluruh dunia. Akibatnya, permintaan meningkat drastis. Harga pun kian tak masuk akal.

PLTN melawan tren energi fosil dengan menyediakan energi lebih bersih. Pembangkit ini memanfaatkan uap hasil pemanasan air dengan tungku reaktor. Di dalam reaktor, uranium-235 ditembak neutron sehingga memicu terjadinya pembelahan inti menjadi inti yang lebih ringan. Pembelahan inti diikuti pelepasan neutron dan panas, yang nantinya dipakai untuk memanaskan air. Neutron yang dihasilkan berlari lagi mengejar uranium lain. Proses ini disebut reaksi berantai.

Proses pemanasan dengan nuklir tidak menghasilkan partikel berbahaya, seperti karbon dioksida, sulfur dioksida, dan nitrogen oksida. Limbah nuklir biasanya berbentuk material radioaktif berupa uranium, yang bisa dipakai lagi untuk membangkitkan energi atau dipecah agar tidak berbahaya. Adapun limbah plutonium bisa dipakai untuk membuat senjata nuklir.

Pembangkit membutuhkan sumber daya nuklir dalam jumlah kecil. Energi dari satu kilogram uranium murni setara dengan energi hasil pembakaran 2.400 ton batu bara. Adapun instalasi pembangkit hanya membutuhkan lahan 25 hektare. Jumlah ini lebih hemat dibanding pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, yang membutuhkan lapangan luas sebagai tempat penyimpanan. "Bahan bakar sedikit, tidak memakan tempat, tenaganya besar," ujar Kepala Pusat Pengembangan Energi Nuklir Batan Yarianto Budi Susilo.

Satu PLTN mampu menghasilkan listrik minimal 1.000 megawatt. Angka ini setara dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Sedangkan sumber energi terbarukan, seperti panas bumi dan surya, hanya menghasilkan listrik puluhan hingga ratusan megawatt.

Potensi nuklir membuat PLTN dipakai di banyak negara. Menurut International Atomic Energy Agency, PLTN menyuplai 16 persen kebutuhan listrik dunia, yang dihasilkan dari 437 pembangkit. Peningkatan kebutuhan energi membuat banyak negara di Eropa, Amerika, dan Asia membangun 67 pembangkit baru. Asia, yang ekonominya sedang menggeliat, menjadi benua paling sibuk membangun PLTN. Instalasi nuklir menjamur di Cina, India, Pakistan, dan Korea.

Minat nuklir sempat surut ketika PLTN Jepang, Fukushima Daiichi, dihantam tsunami, yang menyebabkan ledakan pada sistem pendingin—bukan ledakan reaktor. Akibatnya, Jerman menyatakan akan berhenti memakai nuklir pada 2022. Spanyol dan Swiss memilih tak akan menambah jumlah reaktor.

Jepang, yang sempat mematikan semua reaktornya setelah diempas tsunami, baru mengoperasikan dua reaktor. Di Indonesia, penerimaan masyarakat terhadap nuklir yang sempat mencapai 60 persen pada 2010 turun menjadi 35 persen pada 2011. Akhir tahun lalu, angka ini naik lagi menjadi 52 persen.

Indonesia sebenarnya sudah memiliki reaktor nuklir sejak 1979. Tiga reaktor riset tersebut berada di Yogyakarta, Bandung, dan Serpong, masing-masing berkapasitas 100 kilowatt, 2 megawatt, dan 30 megawatt. Namun tenaga yang dihasilkan reaktor tersebut sangat kecil dibanding kapasitas PLTN sesungguhnya.

Dua negara tetangga, Vietnam dan Malaysia, justru tengah bergegas membangun PLTN. Vietnam mencanangkan pembangunan dua PLTN di Provinsi Ninh Thuan, berkapasitas total 8.000 megawatt, hingga 2025. Empat reaktor pertama dikerjakan bersama Rusia mulai 2014, sementara empat reaktor berikutnya dikerjakan bersama Jepang setelahnya. Reaktor Vietnam pertama akan beroperasi pada 2021. Malaysia kini sedang mencari lokasi untuk membangun PLTN.

Di Indonesia, pencarian lokasi PLTN sudah dilakukan sejak 1991. Batan menemukan dua lokasi, yaitu kaki Gunung Muria, Jawa Tengah, dan kawasan pantai utara Banten. Kini mereka sedang mensurvei lokasi ketiga di Pulau Bangka.

Sejak 2011, Batan mensurvei kandidat tapak reaktor di Kabupaten Bangka barat dan selatan untuk waktu dua tahun dan menelan biaya Rp 147 miliar. Pengeboran tanah dilakukan untuk menemukan petak tanah yang kuat menahan bobot reaktor 300 ribu ton pada luasan melingkar berdiameter 60 meter. Survei seismik dan oseanografi bertujuan mendapatkan lokasi yang jauh dari pusat gempa dan terlindung dari tsunami.

Di dua lokasi tersebut, tsunami dari gempa berkekuatan 9 skala Richter di Selat Sunda akan menghasilkan gelombang setinggi satu meter. Mempertimbangkan rekor gelombang monsun dan pasang laut, reaktor dibangun di ketinggian tujuh meter di atas permukaan laut. Pos pengamatan meteorologi dibangun untuk mendapatkan detail kekuatan dan arah angin di Pulau Bangka. "Ini daerah aman," kata Yarianto menyimpulkan. Sebelum 2013 berakhir, Batan akan menyerahkan draf rencana induk PLTN kepada pemerintah.

PLTN berkapasitas 1.000 megawatt bisa dibangun dalam waktu 10 tahun dengan biaya pembangunan sekitar Rp 20 triliun. Angka fantastis ini muncul karena reaktor harus dibangun dengan tingkat keamanan terbaik. Sebagai contoh, sungkup pelindung reaktor akan dibuat kokoh sehingga tidak akan hancur meski ditabrak pesawat.

Selain menyiapkan tempat, Batan sudah mengusulkan pembentukan Nuclear Energy Programme Implementing Organization (NEPIO) kepada Presiden sejak 2006. Lembaga ini bertugas menyusun rencana pembangunan PLTN, menunjuk pemilik, pengendali, dan skema investasi nuklir. Tanpa NEPIO, peletakan batu pertama PLTN tidak akan bisa dilakukan.

Potensi besar tak membuat energi nuklir menjadi perhatian Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik. Menurut dia, pemerintah masih berfokus pada energi terbarukan seperti surya dan geotermal. "Nuklir menjadi pilihan terakhir setelah energi terbarukan," ujarnya akhir Februari lalu.

Meski belum ada kepastian pembangunan reaktor nuklir nasional, pemerintah Kalimantan Barat bergerak cepat. Provinsi seribu sungai tanpa tambang batu bara ini—tapi punya kawasan galian uranium—masih kekurangan energi, sebagian diimpor dari Sarawak, Malaysia. Pada 2013, Batan dan pemerintah provinsi memulai kajian awal pembangunan PLTN. Hasil kajian akan dijadikan sebagai jembatan menuju pencarian lokasi pendirian pembangkit. Bisa jadi nantinya reaktor nuklir pertama berdiri di Kalimantan, tempat yang belum pernah disurvei pemerintah pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus