Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sulitnya Mengakses Modal dan Promosi

Para pembuat animasi dan game horor harus putar otak untuk mencari pendanaan dan mempromosikan karya mereka.

28 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sulitnya Mengakses Modal dan Promosi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesuksesan game dan animasi horor buatan dalam negeri tidak terjadi serta-merta begitu saja. Ada perjalanan jatuh-bangun yang harus dihadapi para pelakunya. Misalnya yang dialami para pendiri Digital Happiness. Mereka harus membuat game Dreadout sambil mengerjakan pesanan proyek lain, atau dalam bahasa mereka disebut "macul", pada awal merintis studio itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendiri Digital Happiness, Rachmad Imron, mengatakan ia dan kawan-kawannya pernah mendapat pesanan pembuatan efek visual untuk sebuah film Indonesia pada 2011 yang bercerita tentang sepak takraw. Nilai proyeknya Rp 400 juta dan hasil kalkulasi mereka mengatakan dana itu bisa menjadi modal penggarapan Dreadout.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apes bagi mereka. Setelah pekerjaan selesai, mereka tak kunjung dibayar. Karena pembuatan game sudah kadung berjalan dengan melibatkan belasan pekerja kontrak, cara ini berganti menjadi penggalangan dana melalui crowd-funding ketika mereka sadar cara "macul" membuat penggarapan game berjalan lambat.

Imron juga sempat bersinggungan dengan keluarganya karena alokasi utama penghasilan usaha adalah untuk penggarapan Dreadout. Sekitar 70 persen penghasilan digunakan untuk membayar pekerja, sisanya untuk membeli peralatan, seperti komputer, dan sewa tempat. "Kalau punya usaha sendiri, yang diutamakan bagaimana perusahaan bisa hidup. Baru pemegang saham, personal, lalu keluarga."

Menurut Imron, saat itu jika penghasilan tak mencukupi untuk membayar upah, studio berutang kepada karyawan dan pekerja kontrak. Mereka diberi janji akan dibayar ketika game sudah dirilis. Selain itu, masalah lain yang muncul adalah gameplay yang kerap recok oleh beragam ide hingga menjelang waktu perilisan game.

Setelah mendapat dana segar dari crowd-funding, akhirnya game ini dirilis pada 15 Mei 2014. Gejolak selama penggarapan game mereda, bahkan beberapa pekerjaan konsultan mereka serahkan ke pihak lain.

Sedangkan salah satu pembuat Trio Hantu Cs, Wiryadi Dharmawan, mengatakan jatuh dan bangun dalam membuat sesuatu tak bisa dielakkan, terutama dalam hal finansial. Cara menyiasatinya adalah melakukan teknik bertahan, yaitu berjalan pelan namun tetap sampai ke tujuan. Sebab, Trio Hantu Cs bisa dikatakan merupakan produk start-up.

Soal kesulitan teknis, Wiryadi menuturkan pihaknya tidak banyak mengalami kesulitan. Kesulitan biasanya terjadi pada pengkoordinasian pekerjaan kepada para pekerja, karena mereka melakukan pekerjaannya secara remote atau berjauhan satu sama lain.

Wiryadi menjelaskan, sumber daya manusia yang bekerja di proyek Trio Hantu Cs memang terpisah di daerah lain yang berada di luar Surabaya. Hal ini sering kali menyulitkan jika ada revisi pekerjaan karena komunikasi yang dijalankan sulit diterjemahkan ke dalam pekerjaan. "Sulit ketika kami tidak berada di satu tempat."

Adapun pendiri Tantri Animation dan Mawarosa 80, I Wayan Sugiananda, mengatakan kesulitan yang dialaminya bukan terletak pada persoalan teknis, melainkan pada saat awal video diunggah ke YouTube tak ada orang yang menontonnya sama sekali. Padahal ia merasa membuat animasi itu cukup sulit. "Begitu susahnya membuat animasi, bahkan sampai begadang."

Namun hal ini tidak membuat Sugiananda berputus asa. Ia terus membuat video dan mengunggahnya ke YouTube sehingga videonya sering masuk dalam daftar video yang sedang tren di YouTube. Ia menuturkan, kejadian itu membuat semangatnya bertambah.

Direktur Fasilitasi Teknologi Informasi dan Komunikasi Badan Ekonomi Kreatif, Muhammad Neil El Himam, mengatakan industri game perlu memperbanyak talenta baru. Selain itu, perlu meningkatkan strategi dan pendanaan untuk pemasaran.

Neil El Himam melihat ekosistem pengembangan game Indonesia harus segera dilengkapi. Mulai dari kebijakan, regulasi, pengembangan SDM, akses permodalan, teknologi, infrastruktur, hingga kerja sama antar-lembaga pemerintah. "Public-private partnership harus segera dibenahi," katanya kepada Tempo, Kamis lalu.

Bekraf, kata Neil, juga sudah mencoba membuat program seperti Bekraf Developer Day untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi SDM di industri game. Mereka juga membantu akses permodalan melalui sejumlah program, seperti Bantuan Insentif Pemerintah Bekraf. Bekraf juga membantu pemasaran di dalam negeri, melalui Bekraf Game Prime, dan dukungan pameran para pemain lokal di pentas internasional, seperti di Asian Animation Summit, Games Connect America, dan CeBIT.

Direktur Akses Non-Perbankan Badan Ekonomi Kreatif, Syaifullah, menyatakan perkembangan animasi di Indonesia berjalan lambat karena sulitnya animator Indonesia berpromosi, ditambah kurangnya pendidikan formal animasi dalam negeri. Faktor penguasaan bahasa asing juga ditengarai mempengaruhi perkembangan industri animasi. "Masalah lainnya masih di seputar pembiayaan," ujar Syaifullah kepada Tempo, Jumat lalu.

Syaifullah menuturkan, pihaknya memfasilitasi enam proyek film animasi Indonesia untuk mengikuti perhelatan Asian Animation Summit di Korea Selatan. September nanti, Bekraf kembali mengadakan Akatara Indonesian Film Financing Forum, yang akan mempertemukan proyek animasi dengan investor potensial. Kegiatan lainnya di bidang animasi adalah Bekraf Animation Conference, Bekraf Creative Labs, dan Sertifikasi Profesi Animator. ANWAR SISWADI | NURHADI | DIKO OKTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus