Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wawancara

Novel Baswedan Seperti Kembali Bermain Sepeda

Kemarin, Novel Baswedan kembali bekerja di Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia pernah nekat mengemudikan mobil.

28 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kemarin, Novel Baswedan kembali bekerja di Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia pernah nekat mengemudikan mobil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesibukan Kepala Satuan Tugas Direktorat Penyidikan Kedeputian Bidang Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan, dimulai setelah azan subuh berkumandang pada Jumat kemarin. Baru juga keluar dari rumahnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, sejumlah awak media langsung merubung dan mengarahkan moncong kamera kepadanya. Pagi itu memang banyak orang menunggu Novel. Karena pada hari itu, Novel akan kembali bekerja di kantornya di gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Momentum ini jelas spesial. Sekitar 16 bulan lalu, tepatnya 11 April 2017, Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal setelah menunaikan salat subuh di masjid yang hanya terpisah dua rumah dari kediamannya. Sejak itu, ia harus bolak-balik menjalani perawatan di Singapura untuk memulihkan kondisi matanya yang sempat rusak parah terkena cairan laknat itu. Namun Novel tak menyerah dan tunduk pada ketakutan. Hal itu ia tunjukan lewat senyuman lebar kepada para awak media saat hendak berangkat menuju kantornya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Salah satu alasan saya ingin kembali bekerja adalah karena saya merasa kondisi mata saya sudah lebih baik," ujar Novel kepada Praga Utama dari Tempo yang ikut menemani dalam perjalanan dari rumah menuju kantornya, kemarin. "Sekaligus memberi pesan kepada semua orang, bahwa semangat saya untuk memberantas korupsi dan menegakkan kebenaran belum padam."

- 07.45 WIB, Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Memakai kemeja batik berwarna cokelat-hitam, Novel Baswedan melangkah ke teras rumahnya diikuti sejumlah tetangga dan pengawal pribadinya. Kartu pengenal berlogo KPK dengan tali berwarna merah dikalungkan di lehernya. Begitu pintu pagar rumahnya digeser, sekitar sepuluh wartawan mengerubungi Novel. Ia menjawab empat pertanyaan yang dilontarkan. Salah satunya mengenai rencana pada hari pertamanya berkantor. "Yang pasti, pada hari pertama kembali ke kantor, saya akan melakukan hal-hal yang semestinya saya lakukan. Karena banyak pekerjaan saya tinggalkan sejak lama, maka saya harus inventarisir ulang, mencari pekerjaan yang mana yang harus segera dilakukan," kata Novel.

- 07.50 WIB, Jalan Deposito, Kelapa Gading, Jakarta Utara

Novel memasuki mobil Toyota Innova hitam yang berhenti di depan rumahnya. Saat menjemput, mobil ditumpangi dua pengawal yang duduk di kursi depan dan paling belakang. Dari kabin tengah mobil, Kepala Biro Umum KPK, Syarief Hidayat, turun dan meminta Novel segera berangkat. Tempo diminta duduk di kursi paling belakang bersama pengawal. Novel duduk di kabin tengah, diapit Syarief dan Ketua Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar. "Sepertinya Bang Novel sekarang agak melebar (badannya) nih," seloroh Syarief saat menutup pintu mobil. "Saya tak bilang gemuk ya!" diikuti tawa Novel dan Dahnil. Sopir melesatkan Innova ke arah Jalan Arteri Kelapa Gading. Pada pukul 09.00, ia dijadwalkan tiba di gedung Merah Putih KPK untuk seremoni penyambutan oleh pegawai komisi dan para aktivis antikorupsi.

- 08.10 Kawasan Rawamangun, Jakarta Timur

Laju mobil tersendat kemacetan. Mobil novel tak dikawal mobil lain. Beberapa kendaraan awak media yang mengikuti dari kediaman Novel tercecer. Saya memulai obrolan.

- Apakah sudah ada kepastian, di mana Anda akan ditempatkan setelah kembali ke KPK?

Saya tetap bertugas di bagian penyidikan. Sudah semestinya begitu, karena di bagian ini banyak hal yang bisa saya lakukan.

Ada perlakuan khusus dari kantor terkait dengan kondisi Anda?

Tidak. Kantor hanya meminta saya berfokus pada kesehatan saya terlebih dulu. Tapi saya rasa saya sudah siap untuk kembali bekerja.

Bagaimana dengan pengawalan, apakah menjadi lebih ketat?

Sempat ada ucapan seperti itu dari pimpinan KPK, saya dan penyidik lain harus mendapatkan pengawalan khusus demi mengantisipasi terulangnya aksi teror seperti yang menimpa saya. Tapi buat saya bukan hal semacam itu yang esensial. Justru harus ada upaya agar setiap kasus intimidasi hingga teror terhadap seluruh pegawai KPK diungkap hingga tuntas. Ini akan membuat potensi aksi serupa berkurang (deterrent effect). Yang terjadi sekarang kan sebaliknya, pelaku teror terhadap saya masih berani berada di lingkungan rumah saya. –Februari lalu, sekembalinya Novel dari Singapura, sempat muncul dugaan terduga pelaku penyiraman air keras kepada Novel kembali muncul di dekat kediamannya. Apa yang harus diungkap, maka harus diungkap. Ini bentuk perlindungan terbaik. Kejahatan tidak boleh dibiarkan, dimaklumi, dan diselesaikan dengan cara kompromi.

Dari mana Anda tahu terduga pelaku penyerangan Anda kembali lagi?

Ada informasi yang saya terima. Saya memperhatikan lingkungan sekitar rumah, memang ada beberapa orang mencurigakan. Bentuknya macam-macam, seperti pura-pura berjualan atau tukang ojek baru. Mereka berani karena punya backing kuat.

- 08.20 WIB, Kawasan Pramuka, Jakarta Timur

Novel tak menunjukkan gelagat nervous pada hari pertamanya bekerja. Dia duduk tenang di perjalanan. Di sela menjawab pertanyaan Tempo, Novel sesekali memeriksa ponselnya.

Setelah sekian lama meninggalkan pekerjaan, apakah Anda tak khawatir mengalami "jet lag"?

Pekerjaan ini kan sudah saya lakukan dalam waktu yang panjang. Saya yakin tidak terlalu banyak hal yang berubah. Ibarat orang yang belajar sepeda saat kecil, lalu bertahun-tahun tak naik sepeda. Ketika dewasa mencoba gowes lagi, kan tetap bisa.

Apa kiat Anda menjaga pikiran dan ingatan tetap tajam selama berkutat dengan prosedur medis dan masa pemulihan?

Sebetulnya saya mendapatkan banyak hikmah yang bisa saya syukuri atas peristiwa ini. Pertama, waktu saya dengan keluarga menjadi lebih banyak, saya jadi lebih dekat dengan anak dan istri. Waktu untuk beribadah juga makin leluasa. Selama itu saya fokus beribadah. Ini membantu mengurangi rasa bosan karena berkurangnya aktivitas rutin.

Tidak mencari atau melakukan hobi baru?

Apa ya…? Paling main basket dengan Umar–putra bungsu Novel yang masih berusia kurang dari 2 tahun-ha-ha-ha. Dia sekarang sedang senang-senangnya main lempar-lempar barang. Masya Allah.

- 08.30 WIB, Kawasan Matraman, Jakarta Timur

Novel menceritakan kondisi matanya. Menurut dia, sejak menjalani operasi mata tahap kedua di Singapura pada Maret lalu, penglihatannya berangsur membaik. Operasi tersebut dilakukan untuk mengganti jaringan bagian putih mata kiri Novel dengan cara mengambil jaringan gusi dari mulutnya. Seusai operasi, jaringan baru ini bertumbuh terus-menerus sehingga masih perlu beberapa tindakan rutin berupa pemotongan jaringan oleh dokter di Singapura. "Ini operasi kecil saja, tidak harus masuk ruang bedah." Terakhir kali operasi kecil ini ia jalani pada Juni lalu, dan selanjutnya akan dilakukan pada Agustus mendatang.

Sebelum kembali bekerja, Anda meminta nasihat dari dokter. Apakah ada larangan atau pantangan yang diberikan?

Intinya hanya perlu proteksi kacamata. Selain itu, karena saraf mata masih lemah, maka aktivitas saya harus dibatasi. Ini juga jadi salah satu alasan saya ingin kembali bekerja, untuk mengukur sejauh mana kemampuan mata saya beraktivitas.

Apa tanda-tanda Anda harus segera beristirahat?

Biasanya kalau saya sudah lelah, pandangan jadi sedikit kabur. Saya sendiri belum mengukur berapa lama durasi bekerja yang ideal. Tapi setidaknya saya bisa merasakan kapan harus berhenti dan istirahat. Selama beraktivitas pun saya tidak boleh lupa mengoleskan salep mata untuk menjaga jaringan yang sudah dipasang agar tetap hidup. Biasanya ini jadi kendala, salep membuat pandangan saya buram.

Bagaimana penglihatan Anda saat ini?

Kalau mata kiri, saya bisa melihat jelas. Tapi saat melihat warna-warna, seperti merah, kuning, atau putih, terasa sangat terang sehingga warnanya tidak hidup, cenderung pudar. Seperti lampu rem di mobil depan, di mata saya merahnya tidak kuat. Kalau mata kanan saya bisa melihat secara cukup terang, tapi masih sedikit berkabut.
Saya sekarang sedang mencari cara agar penglihatan mata kanan bisa lebih stabil. Dokter menyarankan operasi lagi, tapi saya ingin cara lain untuk memperbaiki saraf pada mata yang lemah. Sementara ini saya diberikan obat bersteroid untuk memperkuat.

Bisa dipakai membaca buku atau tulisan di telepon seluler?

Bisa, tapi pakai kacamata baca dan memakai mata sebelah kiri. Saya malah pernah mencoba mengemudi mobil. Orang-orang rumah panik, ha-ha-ha.

Tidak nabrak atau nyerempet?

Alhamdulillah tidak, ha-ha-ha. Lagi pula hanya sebentar dan dekat. Tapi ini membuktikan penglihatan saya membaik.

Dengan kondisi seperti itu, apa kira-kira pengaruhnya terhadap pekerjaan Anda di KPK?

Syarief: Paling Bang Novel dilarang ikut OTT (operasi tangkap tangan) dulu. Ha-ha-ha.
Novel: Sebelum disiram air keras, sebetulnya saya memang sudah mengurangi ikut operasi di lapangan. Apalagi sekarang kondisi mata seperti ini. Terlebih, orang mungkin sudah hafal dengan sosok saya, jadi gampang ketahuan. Saya ke lapangan untuk urusan formal saja.

-08.40 WIB, Manggarai–Pasar Rumput, Jakarta Selatan

Syarief Hidayat menerima pesan di telepon selulernya. Dia meminta sopir untuk lebih pelan mengemudikan. "Panitia penyambutan belum siap," ujar Syarief merujuk para pegawai KPK yang menyiapkan seremoni penyambutan terhadap Novel di teras gedung KPK. Novel menerima telepon wawancara langsung dari sebuah stasiun radio. Saya berbincang dengan Dahnil Azhar.

Sejak awal kasus ini, Anda benar-benar mengawal Novel. Apa makna mengantar Novel kembali bekerja pada hari ini buat Anda pribadi?

Dahnil: Secara simbolis ini bentuk dukungan saya terhadap Novel dan KPK. Antar-sambut Novel ini mengisyaratkan agar teman-teman di KPK tetap semangat dalam memberantas korupsi, jangan takut dan kalah kepada teror. KPK itu bukan rumahnya para penakut, kalau pengecut yang mending keluar saja. Terutama pimpinannya.
Syarief: Penyidik muda di KPK sangat membutuhkan sosok seperti Novel. Kehadiran dia akan mengubah suasana kebatinan. Selama Novel dirawat, kantor kehilangan sosok yang bisa dijadikan tempat konsultasi dan bertanya. Meskipun di sisi lain tetap ada yang tidak suka Novel, wajar.

Ada kelompok masyarakat yang menginginkan Novel jadi calon wakil presiden…

Dahnil: Wajar, ini bentuk ekspresi kemarahan dan kekecewaan masyarakat karena hilangnya harapan terhadap penegakan hukum. Mereka menaruh harapan kepada orang-orang yang jalannya masih lurus, seperti Mas Novel.
Novel: Saya tidak ada di posisi dan keinginan untuk itu. Tapi saya akan selalu mendukung siapa pun calon pemimpin yang berupaya kuat menegakkan hukum dan keadilan, serta pemberantasan korupsi. Saya berharap calon presiden dan wakilnya mendatang berfokus pada soal ini. Syarief: Saya malah berharap Mas Novel jadi Ketua KPK suatu saat nanti…

-08.50 WIB, Halimun, Jakarta Selatan.

Dalam beberapa wawancara sebelumnya, Anda seperti sudah pesimistis kasus penyiraman air keras ini akan terungkap dan pelakunya tertangkap... Itu karena saya tahu, kasus ini tidak akan diproses oleh kepolisian. Saya masih berpikir polisi sebetulnya sudah punya bukti kuat, tapi sengaja tidak dikeluarkan. Karena polisi tidak serius, maka saya menuntut masalah ini bisa diselesaikan lewat Presiden. Untuk apa lagi saya meminta polisi kalau memang mereka enggan. Sekalian saja minta ke atasan polisi, Presiden. Toh beliau sudah tahu. Sayangnya beliau diam saja. Ini bukan hal baik.

Apakah pembentukan tim gabungan pencari fakta bisa membantu?

Bisa jadi, kalau Presiden ingin mendapatkan fakta yang jelas. Beliau sempat menyatakan akan membentuk tim khusus, tapi entah tim apa.

Presiden sempat mengundang keluarga Anda untuk bertemu...

Ini bukan soal undangan. Saya tak meminta waktu untuk bertemu Presiden, karena saya paham waktu beliau pasti sangat sempit dan sibuk. Tapi setidaknya beliau jangan diam saja. Justru saya tidak bisa memahami sikap dia yang diam dan membiarkan begitu saja.

-09.00 WIB, Gedung Lama KPK, H.R. Rasuna Said

Syarief meminta sopir memarkirkan kendaraan di area belakang gedung lama KPK. "Jangan langsung ke kantor baru, tunggu kode dari panitia, mereka belum siap." Selama sekitar sepuluh menit kami menunggu di dalam mobil. Sebuah pesan berisi instruksi agar Novel segera diantar masuk.

-09.15 –10.15, Gedung Merah Putih KPK, Kuningan

Novel diantar ke teras gedung KPK, di mana ratusan karyawan komisi berbaur dengan ratusan aktivis hukum, hak asasi manusia, dan antikorupsi berkumpul. Lagu dan syair-syair dilantangkan melalui pengeras suara. Sejumlah eks-Ketua KPK, seperti Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, hadir. Dua pemimpin komisi aktif, Ketua KPK Agus Rahardjo dan wakilnya, Saut Situmorang, menyambut dan memberi pelukan kepada Novel. "Saya berjanji tak akan memutasi Dik Novel ke posisi lain, dia tetap di tempat semula (Bagian Penindakan)," kata Agus di atas mimbar. Ucapannya itu disambut tepuk tangan orang-orang yang berkumpul. Mendapat sambutan semeriah itu, senyum lebar tampak terus terkembang di wajah Novel.

PRAGA UTAMA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus