Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEMILIHAN Gubernur DKI Jakarta masih sebulan lagi. Namun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar sudah ”mesra” sejak dini. Awal Juni lalu, dua partai ini kompak mengusung Wakil Gubernur Jakarta Fauzi Bowo sebagai kandidat DKI-1 dalam sebuah deklarasi yang meriah di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat. Sukses menggaet belasan partai lain masuk ke gerbong mereka, dua partai ini kini berhadapan dengan Partai Keadilan Sejahtera, yang mengusung kandidatnya, Adang Daradjatun.
Model koalisi ala Jakarta inilah yang kini disiapkan PDIP dan Partai Golkar untuk pemilihan kepala daerah lain di seluruh Indonesia. ”Model Jakarta ini pas untuk mengawal kebhinekaan,” kata politikus PDIP di Dewan Perwakilan Rakyat, Hasto Kristiyanto. Sebelumnya, kedua partai ini sukses menaikkan Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten. Kata Ketua Dewan Penasihat Golkar Surya Paloh, koalisi merah-kuning di daerah ”is done already”.
Beringin dan Banteng memang sedang mesra. Dua pekan lalu, petinggi dua partai itu menggelar silaturahmi nasional di Medan, Sumatera Utara. Hajatan koalisi merah-kuning akan berlanjut sampai ke pelosok. Kepala daerah dari koalisi ini, menurut Hasto, akan didukung dengan program dan anggaran yang besar.
Pilkada adalah pemanasan menjelang Pemilu 2009. Menguasai daerah akan memperbesar kemungkinan memenangi pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2009. Sejak pertama kali digelar pada Juni 2005, sudah 297 pemilihan kepala daerah berlangsung di seluruh Indonesia. Tahun ini, Departemen Dalam Negeri akan menggelar 6 pemilihan gubernur serta 34 pemilihan bupati dan wali kota. Pada 2008, provinsi berpenduduk banyak—seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat—akan menggelar pilkada (lihat ”Daerah Panas Pilkada”). Itulah sebabnya ketiga daerah ini, juga DKI Jakarta, akan menjadi ”pilot project” aliansi PDIP-Golkar.
Yang bakal mereka hadang adalah Partai Keadilan Sejahtera. Kemenangan dramatis PKS di Depok dan Bekasi tampaknya meninggalkan luka di hati petinggi PDIP dan Golkar. Dimintai komentar, Presiden PKS Tifatul Sembiring hanya tertawa kecil. ”Kami ini masih terlalu kecil untuk dihadang-hadang,” katanya.
Menurut Tifatul, koalisi di tingkat elite partai tidak akan bergigi dalam pilkada. Variabel penentu kemenangan seorang calon terlalu beragam. ”Mulai soal figurnya sampai aspek kedaerahan,” katanya. Karena itu, di daerah, aliansi PDIP-Golkar tak selalu sukses.
Di Jawa Timur, misalnya. Koalisi merah-kuning menang di Ngawi dan Malang, tapi jeblok di Trenggalek. ”Di sini, kami lebih sering berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa,” kata Ketua PDIP Jawa Timur Sirmaji. Untuk pemilihan Gubernur Jawa Timur pada 2008, PDIP akan mengawinkan mantan Sekretaris Jenderal PDIP Soetjipto dan Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Soekarwo. Menariknya, nama Soekarwo juga dilirik PKS. Adapun Golkar mengusung nama Soenarjo, Wakil Gubernur Jawa Timur. ”Bisa saja PDIP nanti berhadap-hadapan dengan Golkar,” kata Sirmaji.
Di daerah lain, situasinya tak jauh berbeda. Di Jawa Tengah, menurut Ketua PKS di sana, Arif Awaluddin, partainya sedang menjajaki koalisi dengan PDIP untuk memenangi pilkada provinsi. Di beberapa daerah, rencana koalisi merah-kuning memang belum terdengar. ”Belum ada pembicaraan dengan Golkar,” kata Murdoko, petinggi PDIP Jawa Tengah. Bambang Sadono, Ketua Golkar Jawa Tengah, menimpali, ”Saya tidak terikat dengan hasil pertemuan Medan.”
Pertarungan politik di tingkat lokal memang punya logika berbeda. Muhammad Qodari, Direktur Indobarometer, lembaga jajak pendapat politik, memastikan koalisi model PDIP-Golkar ini tidak akan laku. ”Yang jadi pertimbangan nomor satu adalah popularitas si calon,” kata Qodari. ”Bukan mesin politiknya.”
Wahyu Dhyatmika, Budi Setyarso,Sohirin (Semarang), Sunudyantoro (Surabaya)
Daerah Panas Pilkada
Inilah sejumlah daerah yang akan menjadi wilayah perebutan suara paling panas dalam pemilihan kepala daerah 2007-2008. Puluhan juta suara pemilih terkonsentrasi di sini. Dalam Pemilu 2004, suara Partai Golkar dan PDIP memang mendominasi. Jika seluruh Jawa bisa digenggam, sedikitnya 60 persen suara pemilih dalam Pemilu 2009 sudah ada di tangan kedua partai babon ini. Tak aneh, Beringin dan Banteng ngotot bergandengan.
Sumatera Utara Jumlah pemilih: 7,5 juta Hasil Pemilu 2004 Golkar: 1,1 juta suara PDIP: 0,82 juta suara PKS: 0,42 juta suara
DKI Jakarta Jumlah pemilih: 6,4 juta Hasil Pemilu 2004 PKS: 1,03 juta suara Demokrat: 0,9 juta suara Golkar: 0,37 juta suara PDIP: 0,24 juta suara
Jawa Barat Jumlah pemilih: 25,6 juta Hasil Pemilu 2004 Golkar: 5,7 juta suara PDIP: 3,6 juta suara PKS: 2,3 juta suara
Jawa Tengah Jumlah pemilih: 22,5 juta Hasil Pemilu 2004 PDIP: 5,2 juta suara Golkar: 2,8 juta suara PKS: 0,8 juta suara
Jawa Timur Jumlah pemilih: 26,4 juta Hasil Pemilu 2004 PKB: 6,3 juta suara PDIP: 4,3 juta suara Golkar: 2,6 juta suara PKS: 0,6 juta suara
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo