Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Taktik untuk bisa kawin

Djasmito & janda muda raudah, penduduk sumberkalong, ngebet ingin kawin. tapi selalu dirintangi orang tua djasmito. mereka mengambil taktik untuk kumpul kebo & menantang petugas. akhirnya mrk dikawinkan.(ina)

19 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK cara untuk kawin. Djasmito, 20, penduduk Desa Sumberkalong, Bondowoso, Jawa Timur, ngebet mengawini Raudah, janda muda hitam manis yang sudah tujuh bulan dipacarinya. Janda itu pun, ehm, tak keberatan terhadap kusir dokar yang selalu membawanya berduaan ke pasar itu. Tapi kedua orangtua Djasmito menolak mentah-mentah keinginan si anak. Djas sudah ditunangkan sejak kecil dengan sepupunya, Niwati, kata mereka. Djasmito nekat. Ia menghubungi Patimah, kepala kampung, dan Sitimah, sekretaris desa, agar keduanya membujuk Lurah Huriyadi untuk memberinya surat izin kawin. Berhasil? Tidak. "Sesuai dengan UU Perkawinan 1974, tanpa izin orangtua Djasmito, saya tak akan memberinya surat izin menikah," ujar Pak Lurah. "Ah, itu 'kan karena Pak Lurah sudah dikoling (calling) Ayah, supaya saya tak bisa kawin," tuduh Djasmito dengan berang. Belakangan, Pak Lurah memang membenarkan hal itu. Pemuda kasmaran ini lalu ganti mengoling Haji Ridah, modin desa. Singkatnya, sang modin setuju membawa pasangan itu ke KUA kecamatan. Beres? Tidak juga. Kali ini Djasmito sendiri yang tak muncul. "Habis, hari itu saya pas ada omprengan ngarak pengantin," katanya. Salahnya. Untuk mengulangi jalur KUA lagi, sudah susah. Keburu ngebet, barangkali, Djasmito begitu saja pergi ke rumah Raudah, dan tidur di sana. Itu diulanginya lagi, dan lagi, alias setiap hari, di bulan Maret kemarin ini. Malah kemudian ia menantang aparat keamanan Desa Pasarejo, tempat tinggal si kekasih. "Kalau berani menangkap saya, betul-betul jantan!" seru anak muda yang kekar ini. Gayung bersambut: para hansip desa merasa ditantang "pengacau asing". Dengan restu Lurah Haji Hasan, sebentar saja rumah Raudah sudah dikepung. Orang-orang menyerobot masuk. Dan benar: Djasmito tidur seranjang dengan Raudah .... Itu perbuatan onar namanya. Dan siapa berbuat, harus bertanggung jawab. Arang di kening desa mesti dihapus: si pemuda harus berani kawin! Maka, mereka pun dikawinkan dengan segeranya. "Nah, memang ini yang saya harapkan," kata Djasmito. Sambung si Raudah, "Kalau tidak begini, kami tak bisa kawin ...."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus