Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan Nirwono Joga menyebut Jakarta dijuluki kota dengan tata kota terburuk di dunia karena pelanggaran tata ruang.
Sebelumnya, media arsitektur Rethinking The Future (RTF) menobatkan Jakarta sebagai kota dengan tata kota terburuk di dunia karena sangat padat penduduk dengan polusi udara dan air yang sangat tercemar.
Nirwono Joga mengatakan pembangunan kota Jakarta sangat tergantung pada kebijakan gubenurnya, bukan pada rencana tata ruang yang dibuat oleh Pemprov DKI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Akibatnya ganti gubernur, ganti kebijakan. Bahkan cenderung harus beda, meskipun itu melanggar tata ruang. Ironisnya setiap melanggar justru diputihkan bukan dikembalikan ke fungsi semula, sehingga pelanggaran tata ruang terjadi dimana-mana dan dibiarkan bertahun-tahun,” kata Nirwono saat dihubungi pada Selasa, 24 Agustus 2021.
Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti itu menyebutkan pelanggaran rencana tata ruang kota yang dibiarkan bahkan semakin masif ini telah mendorong Jakarta menuju bunuh diri ekologis.
Contohnya, ancaman Jakarta tenggelam dan banjir tahunan. Namun ancaman itu tidak ditindaklanjuti bahkan sungai berhenti dibenahi pada masa jabatan Gubernur DKI Anies Baswedan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Gubernur DKI sebaiknya fokus pada rencana tata ruang kota yang sudah ada, patuhi dan laksanakan. Jangan memberi contoh melanggar apalagi memutihkan pelanggaran tata ruang," ujarnya.
Pakar tata kota itu menyarankan agar Gubernur Anies Baswedan fokus pada penanganan banjir Jakarta dan penambahan ruang terbuka hijau (RTH). "Juga peremajaan/pengembangan kawasan terpadu, pengintegrasian transportasi massal,” tambahnya.
ZEFANYA APRILIA | TD
Baca juga: DKI Jakarta No. 1 Terburuk Desainnya, Anggota DPRD: Menunjukkan Pemprov DKI..