Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dirgayuza Setiawan bolak-balik mengalihkan tatapan dari layar laptop di hadapannya ke panggung kampanye di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada Ahad, 7 April lalu. Di atas mimbar, calon presiden Prabowo Subianto sedang berorasi. Begitu Prabowo mengayun-ayunkan tangan kanannya di bawah pinggang, Dirgayuza memencet tombol panah ke bawah di keyboard. “Untuk menurunkan naskah pidato di teleprompter,” ucapnya sehari setelah kampanye akbar tersebut.
Selain memasang telinga, Dirgayuza harus cermat memperhatikan monitor laptop dan aba-aba Prabowo supaya teks di teleprompter atau pengial baca berganti tepat waktu. Bila tidak, kejadian saat Prabowo menyampaikan pidato “Indonesia Menang” di Balai Sidang Jakarta pada 14 Januari lalu bisa terulang. Pria 30 tahun itu tidak melihat Prabowo memberi aba-aba. Ia pun lupa memberitahukan posisi duduknya.
Di panggung, Prabowo sudah selesai mengucapkan kalimat terakhir di layar pengial baca. Tapi teks tak juga berganti. Prabowo pun berimprovisasi dengan memperpanjang kalimatnya sampai kemudian hadirin bertepuk tangan. Rupanya, hadirin menganggap ayunan tangan Prabowo di bawah pinggang sebagai kode untuk bertempik sorak.
Seusai pidato, kata Dirgayuza, Prabowo mencari-carinya. “Ini dia yang bikin saya grogi,” ujar pria yang kerap dipanggil Yuza itu, menirukan Prabowo. Menurut Ketua Bidang Media Sosial dan Informasi Publik Gerindra tersebut, setelah berkata begitu, Prabowo mengeplak kepalanya di depan Amien Rais. Ia mengatakan Prabowo tak memarahinya. Justru itu gaya Prabowo bercanda dengan orang-orang dekatnya.
Kedekatan Dirgayuza dengan Prabowo berawal pada 2006. Ketika itu, Yuza, yang masih duduk di sekolah menengah atas, diajak ayahnya, Boyke Setiawan, ke rumah Prabowo di kawasan Kemang, Jakarta. Boyke adalah mantan dokter di Komando Pasukan Khusus yang pernah dipimpin Prabowo. Kepada Prabowo, Yuza bercerita senang bermain polo. Sore harinya, Prabowo langsung mengajak Yuza memainkan olahraga menggunakan kuda tersebut di Nusantara Polo Club miliknya di Cibinong, Jawa Barat.
Yuza biasa memberikan masukan kepada Prabowo saat bersantap pagi di Bukit Hambalang, Bogor, kediaman Prabowo. Yuza tak sendiri. Pada waktu sarapan, ada anak-anak muda lain yang menjadi ring 1 Prabowo, seperti Wakil Ketua Umum Gerindra Sugiono, 40 tahun; dan Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Sudaryono, 34 tahun. Sembari menyantap nasi goreng telur ceplok, mereka gayeng berdiskusi. “Kami menyebutnya ‘seminar’,” ujar Sugiono. Prabowo menyebut anak-anak muda ini sebagai “Kesatria Jedi”, seperti dalam film Star Wars.
Hubungan dengan Prabowo terus dijalin kendati Yuza kuliah di University of Melbourne, Australia. Ketika Prabowo maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri, Yuza membuat akun Megawati-Prabowo di Facebook sekaligus menjadi adminnya. Waktu itu kampanye di media sosial belum marak.
Setelah mendapatkan dua gelar sarjana pada 2011, Yuza kembali ke Indonesia. Prabowo langsung menawarinya menjadi kader Gerindra dan menugasinya mengurus segala hal yang berkaitan dengan media digital. Sejak itu, dia menjadi lebih sering bertemu dengan Prabowo. Dalam wawancara dengan Tempo pada 2013, Prabowo mengatakan ia mengajak Yuza bergabung ke Gerindra dan melibatkan sejumlah anak muda di sekelilingnya, termasuk Yuza, dalam mengambil keputusan.
Yuza juga ditugasi membuat naskah pidato dan menuliskan pemikiran Prabowo. Dia antara lain menyusun naskah awal pidato “Indonesia Menang” yang kemudian direvisi Prabowo hingga delapan kali. Sebagian bahan mencuplik pemikiran Prabowo yang telah dihimpun dalam dua -slide presentasi berjudul “Paradoks Indonesia” dan “Renaissance Indonesia”. Kedua salindia itu disusun Yuza.
Naskah presentasi tersebut rutin diperbarui Yuza. “Setiap kali ada perkembangan, saya tambahkan untuk bahan pidato Pak Prabowo,” katanya. Misalnya ia mengutip kajian Komisi Pemberantasan Korupsi tentang potensi penerimaan negara yang hilang tiap tahun. Dalam pidato kampanye akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Prabowo menyebutkan setiap tahun ada kebocoran Rp 2.000 triliun. “Bayangkan, kalau lima tahun lagi, yang hilang Rp 10 ribu triliun,” ucapnya.
Wakil Ketua KPK Saut Situmorang membantah pernah menyatakan ada kebocoran anggaran seperti yang dikatakan Prabowo. Menurut Saut, KPK hanya mengatakan penerimaan negara belum optimal padahal berpotensi mencapai Rp 4.000 triliun atau hampir dua kali lipat pendapatan saat ini.
Yuza biasa memberikan masukan kepada Prabowo saat bersantap pagi di Bukit Hambalang, Bogor, kediaman Prabowo. Yuza tak sendiri. Pada waktu sarapan, ada anak-anak muda lain yang menjadi ring 1 Prabowo, seperti Wakil Ketua Umum Gerindra Sugiono, 40 tahun; dan Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Sudar-yono, 34 tahun. Sembari menyantap nasi goreng telur ceplok, mereka gayeng berdiskusi. “Kami menyebutnya ‘seminar’,” ujar Sugiono. Prabowo menyebut anak-anak muda ini sebagai “Kesatria Jedi”, seperti dalam film Star Wars.
Sugiono menuturkan, ia biasa dimintai pandangan oleh Prabowo mengenai pertahanan dan kebijakan luar negeri. Dalam persiapan debat keempat calon presiden, lulusan kampus militer Norwich University di Amerika Serikat tersebut memberikan masukan mengenai postur pertahanan yang pas dengan kondisi Indonesia dan membisikkan kekurangan sistem pertahanan saat ini. “Kami mengembangkan dan meringkas omongan Bapak. Supaya mengerti pola pikir Bapak, harus ada orang yang setiap hari bersamanya,” tutur pria yang mundur dari Tentara Nasional Indonesia dengan pangkat letnan satu ini.
Sementara Sugiono menjadi “penasihat” pertahanan, Sudaryono kerap memberikan masukan mengenai perekonomian. Sudaryono, lulusan Akademi Pertahanan Nasional Jepang atau Boei Daigakko, enggan memberikan tanggapan mengenai kedekatannya dengan Prabowo. “Lagi fokus kampanye,” ujar mantan sekretaris pribadi Prabowo ini. Kini di posisi tersebut ada Rizky Irmansyah dan Dhani Wirianata.
Dihubungkan pekerjaan, anak-anak muda tersebut juga menjadi kawan bermain Prabowo. Menurut Yuza, Prabowo, tahun ini 68 tahun, kerap mengajak mereka ke mal untuk sekadar makan atau membeli buku. Sebelum tahap pemilihan presiden, dua pekan sekali Prabowo mendatangi toko buku di kawasan Kemang dan di Plaza Senayan.
Tak ingin ketahuan masyarakat umum, menurut Yuza, Prabowo kerap menyamarkan penampilan dengan mengenakan jaket, kacamata hitam, dan topi koboi selama berada di pusat belanja. Kadang Prabowo meminta Yuza dan kawan-kawan menerka selama berapa menit samarannya tak terbongkar. Bila terkaan benar, Prabowo tak ragu memberikan US$ 100 kepada si penerka. “Di mal, Pak Prabowo juga suka berjalan mengendap-endap dan tiba-tiba menutup mata saya atau kawan-kawan dari belakang,” ucapnya.
Anak-anak muda ini juga berperan sebagai pintu bagi siapa pun yang ingin menemui Prabowo. Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Aryo Djojohadikusumo, yang juga keponakan Prabowo, mengatakan ia kerap menghubungi para “Kesatria Jedi” agar bisa bertemu dengan pamannya. “Kalau mereka bilang tidak bisa ketemu, ya tidak bisa,” kata Aryo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo