Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tenis religius banjarmasin

Masyarakat banjarmasin, termasuk ketua koni h anang mahfudz cemas. pasalnya, di halaman masjid termegah di kalimantan, masjid raya sabilal muhtadin, dibangun lapangan tenis.

3 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAU tahu cara menciptakan riuh dalam ketenangan? Buat saja lapangan tenis di halaman mesjid. Ini yang terjadi sebulan ter- akhir di Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, ketika sepetak ban tenis muncul di pekarangan belakang Mesjid Raya Sabilal Muhtadin. Harap maklum, mesjid berkapasitas lima ribu jemaah itu merupakan mesjid termegah di Pulau Kalimantan, dan menjadi kebanggaan warga Banjarmasin. ''Sangat disayangkan, kenapa sampai ada lapangan tenis itu,'' komentar H.B.M. Thoher, wakil ketua DPRD Banjarmasin. Komentar sengit juga bersembulan dari khalayak, seperti diberitakan harian Dinamika Berita. Misalnya, ada yang mencemaskan tak-tuk si bola tenis mengusik kekhusyukan orang yang sedang beribadah di dalam mesjid. Juga ihwal kostum pemain tenis, terutama yang perempuan, yang biasanya buka-bukaan aurat. ''Apa tidak ada tempat lain di Banjarmasin yang bisa dibangun untuk lapangan tenis?'' tanya mereka. ''Ini bisa mempengaruhi citra mesjid,'' ujar H. Anang Mahfuz, ketua harian KONI (Komite Olah Raga Nasional Indonesia) Banjarmasin, yang juga asisten II sekretaris Kota Madya Banjarmasin. Diakuinya, saat ini 14 lapangan tenis yang ada ma- sih belum menampung animo warga kota. Jadi, bisa saja ditambah lagi. ''Cuma, lokasinya kurang kena. Kok, di halaman mesjid,'' katanya seraya mengungkapkan bahwa pembangunan lapangan tenis itu di luar pengetahuan pengurus KONI. ''Proyek yang sudah jalan 50 persen ini akan jalan terus,'' kata H. Maksid kepada Almin Hatta dari TEMPO. Menurut Ketua Badan Pengelola Mesjid Sabilal Muhtadin itu, hasil bisnis lapangan tenis tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan 40 karyawan mesjid. ''Selama ini Pemda cuma memberi subsidi untuk pemeliharaan mesjid, dan biaya itu tidak mencukupi,'' kata Maksid. Selain itu, Maksid juga mendirikan pompa bensin di kiri halaman depan mesjid. Dari kedua ladang bisnis itu, Maksid memperkirakan bisa meraih laba lima sampai enam juta rupiah per bulan, dan itu lumayan sebagai usaha mandiri mesjidnya. Seraya menyanggah kecemasan masyarakat yang dianggapnya berlebihan, Maksid diam-diam punya teori tentang lapangan tenis itu. ''Mudah-mudahan sehabis main tenis orang masuk mesjid untuk salat,'' katanya. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus