Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Terbius Robin Hood dari Kelantan

Malam memang menjadi lebih sepi di Kelantan dan Terengganu. Tiada suara musik yang berdentam-dentam dari diskotek atau tawa riang wanita-wanita penghibur. Jangan pula berharap terdengar suara merdu penyanyi wanita pada pertunjukan kesenian rakyat sekalipun. Di dua negara bagian di Malaysia ini, perempuan tidak boleh menjadi komoditi. Sehari-hari mereka juga dilarang mengumbar aurat agar tak mengusik ketenteraman kaum lelaki.

Masyarakat di sana ikhlas menjalani syariat Islam. Mereka telah tersihir sosok Tok Guru Nik Abdul Aziz dari Partai Islam Se-Malaysia. Selain murah hati seperti Robin Hood, bekas guru agama ini merupakan figur yang bersih dan sederhana. Setelah memimpin Kelantan selama 12 tahun, ia mampu menebarkan ketenteraman bagi rakyat. Tapi berhasilkah ia memakmurkan rakyat? Berikut ini laporan wartawan TEMPO Rommy Fibri, yang beberapa waktu silam melawat ke negeri seberang.

2 Juni 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN tenang Wyi memegang erat tangan seorang gadis cantik sambil menyibak kerumunan orang. Si gadis, yang berpakaian agak seksi, tampak rikuh karena banyak mata yang memelototinya. Di tengah ratusan penonton yang menyaksikan pertunjukan dikir barat di Stadion Mohammad IV, Kelantan, tingkah sepasang remaja ini memang tampak mencolok. Soalnya, pengunjung lainnya, baik tua maupun muda, cukup tertib. Anak-anak muda lainnya bisa menahan diri. Mereka cuma berani melirik gadis-gadis dari jauh. Jarang sekali yang nekat bergandengan tangan, apalagi berpelukan seperti biasa dijumpai dalam pertunjukan dangdut atau layar tancap di pinggiran Jakarta. Tapi Wyi cuek saja. ”Kami tidak berdua-duan. Ini kan berada di keramaian,” kata Wyi, 20 tahun, sambil tersipu-sipu.

Beruntung Wyi beretnis Cina. Kalau orang Melayu, ia pasti dicokok polisi syariah. Sejak syariat Islam diterapkan di Kelantan, 12 tahun silam, kaum muslim—yang umumnya orang Melayu—harus me-matuhi tata cara pergaulan yang Islami. Selain yang berstatus suami-istri, lelaki dan perempuan dilarang berduaan. Ke mana-mana, kaum wanita juga harus berjilbab, tidak boleh mengumbar auratnya.

Bahkan wanita diharamkan pula memamerkan suaranya yang merdu. Buktinya, mereka tidak boleh lagi tampil dalam pertunjukan dikir barat, sebuah kesenian rakyat yang populer di sana. Pergelaran seni mirip serampang dua belas di Melayu Deli, Sumatera Utara, ini sekarang juga lebih santun. Lirik lagu yang berkisah tentang wanita dan cinta tidak boleh disenandungkan lagi. Waktu pertunjukannya pun dilarang sampai jauh malam, sementara tempat duduk penonton laki-laki dan perempuan dipisah.

Kemenangan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) di Kelantan pada 1990 memang telah mengubah irama budaya di salah satu negara bagian di Malaysia ini. Masih untung dikir barat cuma dipermak agar lebih sopan. Nasib kesenian wayang kulit lebih merana. Beberapa tahun setelah PAS berkuasa di negeri ini, pertunjukan wayang menjadi barang haram. Padahal wayang Siam dan wayang Melayu (mirip wayang kulit Jawa yang terpengaruh Hindu) sangat disenangi warga. Apa boleh buat, Menteri Besar Kelantan Tok Guru Nik Abdul Aziz telanjur mengeluarkan fatwa. ”Tak ada untungnya bagi orang Melayu dan juga orang Islam menonton wayang. Itu hanya menambahkan daya khayal,” kata lelaki berusia 71 tahun ini.

Walau tak ada urusan dengan khayalan, beberapa kesenian rakyat lainnya seperti makyong dan menora juga dibabat. Sendratari makyong, yang dimainkan para pemain wanita, diharamkan karena dinilai mengumbar bagian tubuh. Menora (pergelaran tari dan nyanyi menggunakan bahasa Siam) juga tak boleh dimainkan karena ada unsur akrobatnya. Gerakan para pemainnya memungkinkan pakaiannya tersibak. Ini bertentangan dengan nilai Islam.

Perkara aurat memang menjadi ihwal genting di Kelantan. Wanita muslim yang berniaga diwajibkan mengenakan jilbab. Alhasil, nyaris tak ada perempuan yang tak berpakaian tertutup dan berkerudung di pasar, toko, ataupun tempat umum lainnya. Mereka melaksanakan aturan itu dengan patuh. ”Jika ke-tahuan tak pakai jilbab, kami bisa kena denda,” ujar Maisarah, penjual rokok di emperan Masjid Siti Khadijah, Kota Bharu.

Kelantan tidak sendirian. Tetangganya, Terengganu, ketularan menerapkan syariat Islam setelah PAS menang di sana tiga tahun silam. Hanya, di Terengganu masih ada kelonggaran. Di sana masih dijumpai wanita mengenakan kaus you can see alias kutungan. Selebihnya, dalam soal kesenian dan hiburan, per-lakuannya sama saja. Setiap hari masyarakat di kedua negara bagian itu harus melalui malam-malam yang sepi karena sedikitnya tempat hiburan yang berani buka (lihat Peliknya Mencari Keriangan).

Judi? Wah, ke laut saja. Sejak 1991, segala bentuk judi dan taruhan dihapus dari bumi Kelantan. Semula para tauke sempat berkeberatan. Mereka lalu berbondong-bondong datang ke rumah Tok Guru Nik Abdul Aziz, minta agar kebijakan itu dipertimbangkan lagi. Tapi Nik Aziz tak gentar menghadapi bandar judi yang umumnya keturunan Cina itu. ”Tidak ada orang yang bisa kaya karena judi. Istri-istri tauke itu justru menyatakan senang ketika perjudian saya tutup,” katanya kepada TEMPO.

Karisma Tok Guru Nik Aziz memang membius masyarakat Kelantan. Ucapannya didengar, lalu ditetapkan sebagai peraturan. Itu karena dia juga memberikan contoh kepada masyarakatnya untuk hidup secara Islami dan sederhana. Ia menolak tinggal di rumah dinas dan memilih tetap di rumahnya sendiri. Selain biaya operasionalnya lebih murah, dengan cara ini, kata Nik Aziz, ia bisa leluasa berhubungan dengan warga sekitarnya.

Bukan cuma itu. Tak lama setelah tampil sebagai Menteri Besar Kelantan pada 1990, Nik Aziz mengumumkan kesediaannya gajinya dipotong. Sebanyak 40 persen gajinya disumbangkan buat partai dan 5 persen lagi untuk dimasukkan kembali ke kas pemerintahan negeri. Kata Nik Aziz, ini sebagai bentuk solidaritas kepada rakyat. ”Gaji saya beribu-ribu ringgit, tapi orang lain yang harus menanggung kehidupan satu keluarga cuma menerima 300 ringgit,” ujarnya. Ia juga berkali-kali menekankan bahwa jabatan wakil rakyat jangan dipakai untuk mencari kekayaan.

Langkah sang Menteri Besar menjadi modal yang kuat untuk menggulirkan gebrakan selanjutnya buat mewujudkan ”pemerintahan yang berlandaskan keimanan”. Terbukti, para politisi Kelantan tak memprotesnya ketika ia melarang pemberian hadiah bagi pejabat tinggi yang berkunjung ke pelosok. Alasannya, uang hadiah yang dipakai adalah uang rakyat.

Tradisi buruk lainnya juga dibabat. Semasa Barisan Nasional (UMNO) berkuasa, setiap pejabat tinggi daerah yang pensiun boleh membeli mobil dinas mereka dengan harga murah, hitung-hitung sebagai ”jasa pengabdian”. Tapi, setelah PAS berkuasa, kebiasaan ini dihapus. Alhasil, para bekas pejabat yang berasal dari UMNO hanya bisa gigit jari. Dengan kebijakan ini, uang negara sejumlah 1 juta ringgit atau sekitar Rp 3 miliar bisa dihemat karena tak perlu membeli mobil baru untuk pejabat berikutnya.

Berbagai gebrakan Nik Aziz semakin membuat PAS populer di mata rakyat Kelantan. Nyatanya, partai ini menang lagi di negeri itu pada 1995. Dan ini menimbulkan kecemburuan di kalangan UMNO—partai yang berkuasa di pemerintahan pusat—yang pengaruhnya makin menciut di Kelantan. Bahkan pemerintahan Mahathir Mohamad pernah mengancam akan mengurangi anggaran buat Kelantan jika masyarakat di sana tetap bersimpati kepada PAS.

Rupanya, Nik Aziz tak memedulikan ancaman itu. Ia terus melakukan perubahan, termasuk dalam urusan ekonomi. Sejak ia berkuasa, semua uang pemerintah dipindahkan ke bank nonbunga untuk menghindari riba. Bank-bank di Kelantan juga diwajibkan membuka dua loket, satu untuk sistem nonriba dan satunya bersifat komersial. Tapi lama-kelamaan loket komersial dihapus karena masyarakat cenderung memilih sistem nonbunga.

Hanya, tak semua kebijakan yang digulirkan PAS mendapat tepukan tangan dan sukses. Hukuman hudud alias potong tangan bagi pencuri dan kisas (hukuman yang setimpal dengan perbuatannya) sampai sekarang belum bisa diterapkan. Kendati hukum Islam ini sudah disetujui oleh parlemen Kelantan dan juga Terengganu, pemerintah pusat tidak merestuinya. Padahal kedua jenis hukuman itu dinilai ampuh oleh kalangan PAS untuk membasmi kejahatan. ”Jika orang yang tidak melakukan kejahatan saja takut, apalagi yang melakukannya,” kata Tok Guru Haji Abdul Hadi Awang, Menteri Besar Terengganu.

Jangan heran kalau Nik Aziz melihat pemerintahan Mahathir bersikap mendua. Pemerintah federal berani menerapkan hukum gantung bagi pengedar dadah alias narkotik, tapi tidak mau menerapkan hudud. Bagi sang Menteri Besar, hukuman mati lebih kejam daripada potong tangan. Tapi, sebagai hukuman, hudud lebih menakutkan dan, karena itu, lebih efektif. Buktinya, ”Angka kriminalitas di Negara Bagian Kelantan nyaris nol persen,” katanya.

Orang nonmuslim sejatinya tak perlu cemas terhadap pelaksanaan hukum Islam. Menurut Nik Aziz, Islam di Kelantan, yang menganut aliran ahlus sunnah wal jamaah, sangat toleran terhadap umat lain. Ini berbeda dengan Syiah, yang dianut oleh beberapa negara di Timur Tengah. Bagi sang Tuan Guru, pilihan agama adalah urusan masing-masing. Sebagai penguasa, ia tak boleh memaksa warga masuk Islam.

Nik Aziz tak sekadar bicara. Ia membuktikan toleransi yang besar terhadap kalangan nonmuslim dengan mengangkat mereka menjadi pejabat. Hu Pang Chaw, bekas wartawan keturunan Cina, serta beberapa warga keturunan Siam dan India, misalnya, menjadi anggota Majelis Perbandaran Kota Bharu—semacam pemerintah daerah Kelantan.

Toleransi semacam itu membuat warga nonmuslim Kelantan dan juga Terengganu bisa hidup dengan nyaman. ”Negara Islam ini tidak seekstrem yang diperkirakan orang,” kata Syaiful Bahri, Wakil Ketua Pemuda PAS Terengganu. Kalaupun ada citra negatif yang dinisbatkan kepada Taliban atau Al Maunah—kelompok militan Malaysia—kata Syaiful, itu hanya propaganda hitam.

Lalu mampukah pemerintahan Islam menyejahterakan rakyatnya? Terengganu bisa dijadikan contoh. Negara bagian yang kaya minyak ini resminya punya pendapatan tertinggi kedua di Malaysia. Total royalti minyak saja pada 1978-2000 mencapai 7 miliar ringgit atau sekitar Rp 21 triliun. Tapi, di ujung pemerintahan UMNO, negeri ini masih berutang sekitar 732 juta ringgit kepada pemerintah pusat. Kalangan PAS menuding, semua itu gara-gara korupsi yang dilakukan kalangan UMNO.

Setelah Tok Guru Abdul Hadi Awang tampil sebagai Menteri Besar Terengganu, korupsi memang berkurang. Tapi kemakmuran rakyat negeri itu juga tidak terdongkrak. Saat ini Terengganu tercatat di urutan kedua sebagai negara bagian yang punya orang miskin terbanyak. Angkanya sekitar 173 ribu orang. Ukuran kemiskinan di Terengganu adalah jika seseorang cuma menerima di bawah 400 ringgit sebulan.

Abdul Hadi Awang tak bisa disalahkan. Selain ada ”warisan” utang segunung, royalti minyak dari Terengganu dikerat pemerintah pusat. Untuk tahun 2000, negara bagian ini seharusnya memperoleh 800 juta ringgit, tapi pemerintah pusat cuma mengucurkan uang 432 juta ringgit.

Kurang suksesnya PAS membangun perekonomian di Kelantan dan Terengganu bisa memudarkan pamor partai ini di masa mendatang. Isyarat ini disampaikan oleh Mohamad Zain bin Ibrahim dari Dewan Pengarah Dewan Perniagaan Melayu Malaysia di Kelantan. ”Islam tak akan kuat jika ekonomi tak mendukung,” katanya.

Hanya, citra PAS tidak ditentukan oleh kelihaian petingginya menyulap kemakmuran rakyatnya. Partai ini mendapat simpati karena sosok Nik Aziz yang sederhana dan murah hati bagaikan Robin Hood. Warga sudah muak dengan perilaku korup pejabat pada era sebelumnya.

Walau menerapkan syariat Islam, partai itu juga tidak ditakuti oleh kalangan nonmuslim. Hukum Islam cuma diberlakukan buat orang muslim. Toleransinya terhadap umat lain amat besar. Karena itu pula Wyi bisa leluasa menggandeng pacarnya di tengah kerumunan orang tanpa cemas diancam hukuman kurungan berbulan-bulan.

Rommy Fibri (Malaysia), Yusi Avianto Pareanom

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus