SEPULUH tahun yang lalu, terminal bis di Kota Cirebon termasuk
paling baik di bagian timur Jawa Barat. Letaknya strategis,
apalagi di persimpangan Jalan dr. Cipto Mangunkusumo dan Jalan
Gunungsari di barat kota.
Sekarang terminal itu paling kacau. Bayangkan: di sini juga
menjadi terminal bis segala jurusan, oplet jurusan Indramayu,
bis malam dan sekaligus pangkalan angkutan dalam kota. Tak
kurang dari 500 buah bis umum berlabuh di sini, bis malam
sekitar 400, 250 taksi kota dan sekitar 150 oplet. Belum lagi
sekitar 1.000 buah becak selalu mangkal dan berebut penumpang di
mulut terminal ini.
Selain kekusutan lalu-lintas, akibat langsung dari tumpukan
kendaraan itu tentu saja hancurnya Jalan dr. Cipto Mangunkusumo.
"Padahal sebenarnya jalan ini dibangun bukan untuk
kenderaan-kenderaan berat," kata Walikota Cirebon, Aboeng
Koesman.
Karena itu Pemda Kotamadya Cirebon telah menetapkan Jalan
Cirebon By Pass sebagai lokasi terminal baru. Mahkan tanah
seluas 2,6 hektar telah mulai dibebaskan sejak Agustus baru
lalu. Menurut Aboeng Koesman pelaksanaannya hanya tinggal
"menunggu persetujuan gubernur" saja. Yang pasti, katanya, kalau
terminal baru tak segera dibangun, keruwetan dan kerusakan jalan
di terminal lama akan makin menjadi-jadi.
Tapi dengan begitu tak berarti urusan lalu-lintas ini dengan
sendirinya beres. Kota dengan luas 36 kmÿFD mempunyai jalan
sepanjang 121 km dan setiap saat dipadati tak kurang dari
21.000 kenderaan bermotor berhagai jenis. Jangan dikata jika
jumlah beca yang lebih dari 7.000 buah itu makin menyesaki
jalan-jalan pula. Karena itu masalahnya akan terus berkepanjangan.
Aboeng Koesman sudah memikirkan ancer-ancer pemecahannya. Antara
lain membatasi jumlah taksi kota dengan memberikan batas waktu
pengoperasiannya berdasarkan tahun pembuatan. Selanjutnya
memberikan kesempatan bagi bis-bis kota untuk berkenalan dengan
penumpang di kota ini. "Mungkin dalam dua atau tiga tahun lagi
bis kota mulai beroperasi," ujar Aboeng.
Untuk mencegah kemungkinan reaksi misalnya dari para pengemudi
becak dan taksi kota, dari sekarang Aboeng sudah menganjurkan
agar dilakukan merjer antara para pengusaha taksi kota dengan
pengusaha becak. Pihak Organda maupun pengusaha taksi kabarnya
telah menyetujui hal itu. Namun bagaimana dengan para tukang
becak sendiri? Aboeng belum memberi jawaban.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini