Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Terminal dan lalu lintas aboeng

Suasana lalu lintas disekitar terminal bis cirebon sangat ruwet, sehingga mengakibatkan jalan-jalan rusak. ada rencana untuk mengoperasikan bis-bis kota. (kt)

16 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPULUH tahun yang lalu, terminal bis di Kota Cirebon termasuk paling baik di bagian timur Jawa Barat. Letaknya strategis, apalagi di persimpangan Jalan dr. Cipto Mangunkusumo dan Jalan Gunungsari di barat kota. Sekarang terminal itu paling kacau. Bayangkan: di sini juga menjadi terminal bis segala jurusan, oplet jurusan Indramayu, bis malam dan sekaligus pangkalan angkutan dalam kota. Tak kurang dari 500 buah bis umum berlabuh di sini, bis malam sekitar 400, 250 taksi kota dan sekitar 150 oplet. Belum lagi sekitar 1.000 buah becak selalu mangkal dan berebut penumpang di mulut terminal ini. Selain kekusutan lalu-lintas, akibat langsung dari tumpukan kendaraan itu tentu saja hancurnya Jalan dr. Cipto Mangunkusumo. "Padahal sebenarnya jalan ini dibangun bukan untuk kenderaan-kenderaan berat," kata Walikota Cirebon, Aboeng Koesman. Karena itu Pemda Kotamadya Cirebon telah menetapkan Jalan Cirebon By Pass sebagai lokasi terminal baru. Mahkan tanah seluas 2,6 hektar telah mulai dibebaskan sejak Agustus baru lalu. Menurut Aboeng Koesman pelaksanaannya hanya tinggal "menunggu persetujuan gubernur" saja. Yang pasti, katanya, kalau terminal baru tak segera dibangun, keruwetan dan kerusakan jalan di terminal lama akan makin menjadi-jadi. Tapi dengan begitu tak berarti urusan lalu-lintas ini dengan sendirinya beres. Kota dengan luas 36 kmÿFD mempunyai jalan sepanjang 121 km dan setiap saat dipadati tak kurang dari 21.000 kenderaan bermotor berhagai jenis. Jangan dikata jika jumlah beca yang lebih dari 7.000 buah itu makin menyesaki jalan-jalan pula. Karena itu masalahnya akan terus berkepanjangan. Aboeng Koesman sudah memikirkan ancer-ancer pemecahannya. Antara lain membatasi jumlah taksi kota dengan memberikan batas waktu pengoperasiannya berdasarkan tahun pembuatan. Selanjutnya memberikan kesempatan bagi bis-bis kota untuk berkenalan dengan penumpang di kota ini. "Mungkin dalam dua atau tiga tahun lagi bis kota mulai beroperasi," ujar Aboeng. Untuk mencegah kemungkinan reaksi misalnya dari para pengemudi becak dan taksi kota, dari sekarang Aboeng sudah menganjurkan agar dilakukan merjer antara para pengusaha taksi kota dengan pengusaha becak. Pihak Organda maupun pengusaha taksi kabarnya telah menyetujui hal itu. Namun bagaimana dengan para tukang becak sendiri? Aboeng belum memberi jawaban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus