Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiap suku di Sumatera Utara memiliki kekayaan kuliner. Tiga suku besar Batak, yakni Toba, Karo, dan Mandailing, adalah para juaranya. Para penikmat makanan yang membatasi diri pada makanan halal haruslah jeli. Sebab, banyak restoran yang menyajikan daging babi, khususnya rumah makan Toba dan Karo—meski sebenarnya sekarang makin banyak restoran Batak yang hanya menyajikan masakan halal.
Betesda
Jalan Pemandian Lumban Silintong,Toba Samosir
LETAKNYA persis di tepi Danau Toba. Menjorok ke tengah danau, restoran ini menyajikan panorama Pulau Samosir dari kejauhan dan embusan angin sejuk dari tengah danau. Betesda dibangun pada 1999 oleh Rimhot Siahaan. "Dulu rumah makan ini beratapkan terpal dan tiang bambu," kata Rimhot.
Rimhot bersama istrinya, Hanna Gultom, pandai memasak makanan Batak. Tipnya, mereka tetap mengolah bumbu dengan cara tradisional, yaitu digiling, dan memasaknya dengan arang. Berbagai makanan khas Batak menjadi menu utama di sana, seperti arsik ikan mas atau mujair, naniura, dan ayam natinombur. Para tamu pun dipersilakan mengunjungi dapurnya yang rapi dan bersih.Menu rumah makan ini bisa dinikmati semua kalangan karena halal. Betesda hanya menjual ikan dan ayam. Satu porsi ikan besar bisa mencapai harga Rp 55 ribu. Bisa juga dipesan untuk pesta. Bila berkunjung di akhir pekan, siapkan waktu lebih panjang karena rumah makan ini kerap dipenuhi pengunjung pada Sabtu dan Minggu.
Restoran On Do
Jalan Pabrik Tenun 45 Medan
Meski menyajikan makanan tradisional, rumah makan ini punya konsep yang modern. Jangan bayangkan seperti lapo tuak yang hanya berisi meja dan kursi panjang. Rumah makan ini berinterior lukisan modern, tanaman, serta lemari hias dan perabot kayu yang ditata rapi. Ada 27 meja yang disediakan rumah makan yang berada di Medan ini.On Do berasal dari bahasa Batak Toba, yang berarti "inilah". Rumah makan yang berusia sepuluh tahun ini hanya buka sejak pukul 11.00 hingga 17.00 dan selalu ramai pada jam istirahat kantor.Pemiliknya bernama Choi Sung Yong, 60 tahun, berasal dari Korea Selatan, yang menikahi perempuan asal Porsea, Toba Samosir. Makanannya didominasi daging babi, meski disediakan juga ikan. Berbagai menu khas Batak divariasikan nama dan bentuknya. "Andaliman menjadi rempah wajib di sini," kata Choi.Choi selalu menyajikan buah segar dalam tiap hidangan. Ini agar pengunjung bisa menetralkan rasa pedas yang mendominasi makanan di sana. Misalnya babi panggang dan saksang yang disajikan dengan sambal tuktuk. Ada pula arsik ikan mas, serta makanan andalannya, arsik kaki babi. Babi panggang dijual seharga Rp 30 ribu per porsi, saksang Rp 25 ribu, dan ikan mujair seberat enam ons cuma Rp 49 ribu.
Rumah Makan BPK Tesalonika
Jalan Djamin Ginting 103-105, Simpang Selayang, Medan
Rumah makan yang menghidangkan babi panggang Karo (BPK) berjejer di sepanjang Jalan Djamin Ginting, Medan. Namun hidangan Rumah Makan BPK Tesalonika salah satu yang terenak. Rumah makan ini penuh di akhir pekan oleh wisatawan yang pulang atau menuju Berastagi, Tanah Karo. "Kebanyakan yang datang akhir pekan itu orang Tionghoa," kata Hendri Duin Sembiring, pemilik rumah makan yang sudah membuka cabang keenamnya itu.Rumah makan ini menyajikan babi panggang dengan cina giling atau dalam bahasa Karo berarti sambal giling. Rasanya mirip dengan sambal tuktuk khas Toba. Ada pula saksang, daun ubi tumbuk, dan kidu-kidu. Kidu-kidu biasanya dikenal sebagai ulat pohon. Namun, di rumah makan ini, kidu-kidu yang disajikan adalah usus babi yang diisi potongan daging kecil, lalu dipanggang dan dipotong tipis. "Di Tesalonika, daging panggang tak terlalu kering (juicy)," kata Robby Ginting, salah seorang pengunjung.Rumah makan ini juga istimewa karena mempertahankan bumbu khas Karo dalam tiap hidangannya. Andaliman atau tuba dalam bahasa Karo adalah bumbu wajib untuk saksang. Mereka juga menggunakan asam cekala, atau biasa disebut kecombrang muda, di setiap masakan dalam kadar yang berbeda. Harga makanannya rata-rata hanya belasan ribu rupiah per porsi.
Rumah Makan Mandailing Hajah Nuraini
Jalan Sei Deli, Seberang Masjid Maraset, Medan
Makanan khas Mandailing atau biasa disebut makanan khas Sidempuan—merujuk pada Kota Padang Sidempuan sebagai basis suku Mandailing—merupakan salah satu kekayaan makanan Sumatera Utara. Makanan ini disukai karena, selain enak, kehalalannya dijamin.Rumah makan ini sederhana. Hanya ada delapan meja. Nuraini, 65 tahun, sudah berjualan sejak 1970. Hingga kini, rumah makan ini mampu menjaga cita rasa masakannya. "Di sini, menu yang paling sering dicari adalah gulai ikan salai, gulai ikan limbat, dan ikan haporas," ujar Afni Harahap, 43 tahun, putri Nuraini.Semua ikan di rumah makan ini ikan air tawar. Tersedia juga daun ubi tumbuk, arsik ikan mas, gulai ikan jurung, dan gulai telur bebek. Harganya hanya belasan ribu rupiah per porsi. Ini yang membedakan rumah makan milik Nuraini dengan rumah makan Sidempuan lain, yang selalu dianggap mahal.
Rumah Makan Muslim Karo Marikena
Jalan Djamin Ginting 94Padang Bulan, Medan
Karo juga punya banyak makanan yang tidak mengandung babi, seperti ayam cipera, yaitu ayam gulai tapi dimasak dengan tepung jagung, yang membuat rasa kuahnya semakin gurih. Salah satu rumah makan Karo muslim adalah Marikena. "Rasa ayam cipera di sini tidak ada duanya," ujar Eka br. Bangun, salah seorang pengunjung.Rumah makan halal ini sudah berdiri 50 tahun. Bersanding dengan rumah makan Karo yang menyajikan babi panggang, Marikena menyajikan arsik ikan mas atau lele, ikan gulai, dan ayam sambal petai. "Ketiga masakan itu yang jadi favorit," kata Megawati Tanjung, cucu pemilik restoran ini. Ada pula ikan tauco, tapi dimasak hanya bila ada pesanan.Saking populernya, nama Marikena banyak diambil rumah makan lain. Megawati memastikan pihaknya tidak pernah membuka cabang. Bumbu yang paling sering digunakan adalah asam cekala alias kecombrang muda dan tuba atau andaliman, yang membuat makanan menjadi harum. "Selain rasanya lezat dan harum, banyak pelanggan kami yang suka mengulumnya setelah makan seperti permen," ujar Megawati sambil tertawa.
Menuju Balige
Wisata di Toba Samosir
Pantai Lumban Silintong
- Pantai Bulbul
- Museum Batak T.B. Silalahi Centre, Jalan Pagar Batu 88, Desa Silalahi, Balige
- Taman Eden 100, Lumban Julu (persis di tepi jalan raya Parapat-Porsea)
- Desa Silaen, wisata pemandangan Bukit Barisan dan persawahan
- Pasar Balige, yang memiliki tujuh balerong dengan mural berbeda.
Penginapan
Di tepi Danau Toba:
- Hotel Ompu Herti , Jalan Pemandian 3
- Hotel Gelora, Jalan Pemandian 1
Di tengah kota:
Mutiara Hotel Balige, Jalan Tarutung 120, Balige
Transportasi Menuju Balige
Waktu tempuh Medan-Balige dengan mobil: 6-8 jam
Angkutan umum Medan-Balige:
- Koperasi Bintang Tapanuli: Rp 110 ribu
- Simpati: Rp 110 ribu
a. Jenis mobil Mitsubishi L300
b. Penumpang naik dari pul di Jalan Sisingamangaraja XII, Medan, atau bisa dijemput sesuai dengan permintaan
Transportasi dalam kota:
- Angkutan umum: Rp 3.000-5.000, tergantung jarak
- Becak bermotor
Pesawat udara: Batik Air Dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta, ke Bandara Silangit, Siborong-borong, via Batam
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo