Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Operasi militer di Papua terbukti tak menyelesaikan konflik sosial dan bersenjata.
Perlu pendekatan damai dan pendekatan kesejahteraan yang menjadi akar masalah.
Tentara di Papua juga setuju pendekatan dialog.
KONFLIK di Papua terus terjadi dalam dua bulan terakhir. Kabupaten Pegunungan Bintang, yang sebelumnya kawasan aman, kini menjadi zona merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Panglima Komando Daerah Militer Cenderawasih Mayor Jenderal Ignatius Yogo Triyono menyebutkan konflik itu dipicu kelompok kriminal bersenjata yang ingin menunjukkan eksistensi. “Mereka ingin menimbulkan gangguan keamanan,” kata Yogo melalui sambungan telepon, Sabtu, 13 November lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengapa konflik di Papua kerap meletus akhir-akhir ini?
Kelompok kriminal bersenjata ingin menunjukkan eksistensi di wilayah Papua. Kami melihat bahwa kejadian yang terjadi akhir-akhir ini bukan kerusuhan, melainkan gangguan keamanan. Gangguan keamanan itu tak hanya terjadi Papua, tapi bisa di mana saja.
Apakah peristiwa kekerasan berkaitan dengan penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional?
Aksi kelompok bersenjata itu cuma sporadis. Tak ada kaitan dengan acara olahraga di Papua, yang sejauh ini berlangsung aman.
Apa pemicu konflik di Pegunungan Bintang yang sebelumnya merupakan wilayah aman?
Wilayah Pegunungan Bintang memang wilayah yang aman sekali. Para tenaga kesehatan dan petugas publik yang mendapat penganiayaan di sana pada September lalu sudah bertugas di sana selama bertahun-tahun. Pemicunya adalah aksi kelompok kriminal bersenjata pimpinan Lamek Taplo yang sekadar ingin menimbulkan gangguan keamanan dan membangun eksistensi.
TNI menuding penganiayaan kepada tenaga medis di Kiwirok dilakukan kelompok kriminal bersenjata. Kami mendapat informasi aksi itu dilakukan oleh grup yang terafiliasi dengan pejabat lokal. Apa penjelasan Anda?
Kami punya bukti dan memang kelompok Lamek Taplo yang melakukan aksi itu. Mereka membuat pernyataan yang mengakui bahwa pasukan mereka yang menyerang dan membakar fasilitas publik di perkampungan.
(Ketua Organisasi Papua Merdeka Jeffrey Bomanak membantah jika pihaknya disebut menganiaya tenaga medis. Namun dia mengakui terlibat baku tembak dengan TNI di pos yang tak jauh dari lokasi kerusuhan di Kiwirok.)
Tentara juga dituduh membombardir perkampungan warga dengan mortir. Bagaimana tanggapan Anda?
Kami memang memiliki rocket launcher. Medan operasi di Papua itu sangat terjal sehingga kontak senjata bisa terjadi dalam jarak ratusan meter. Kami menggunakan peralatan itu untuk memberi efek kejut. Tapi sasaran kami sangat terpilih dan pasukan kami tak akan menembak permukiman warga.
Operasi militer di Papua makin agresif dengan penambahan personel dan pembangunan pos-pos jaga yang baru. Bagaimana pendapat Anda?
Penebalan pasukan di Papua tak terlalu signifikan. Di Pegunungan Bintang, misalnya, pasukan kami hanya 200 prajurit. Pos jaga pun tak ada yang baru. Kami hanya membuat markas kodim persiapan di wilayah Pegunungan Bintang sebagai bagian pembinaan teritorial.
Anda setuju dengan perubahan kebijakan di Papua dari pendekatan militer menjadi dialog?
Saya setuju sekali. Akar masalah di Papua bukan persoalan keamanan, melainkan kesejahteraan. Saya sepakat dengan pendekatan dialog untuk menyelesaikan konflik di Papua sepanjang diletakkan dalam bingkai perdamaian dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kami juga capek baku tembak terus karena pasukan kami juga menjadi korban, bukan hanya dari kelompok kriminal bersenjata.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo