Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tobat sambal lado

Asiswandi alias bero, warga desa jatimulyo, lampung selatan mengiris alat vital mulyo utomo karena istrinya akan diperkosa. kedua pihak berdamai. bero diadukan ke polisi dgn tuduhan penganiayaan.

25 April 1992 | 00.00 WIB

Tobat sambal lado
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SEHIJAU-HIJAU taman sendiri, lebih hijau taman tetangga. Kiasan ini agaknya cocok bagi pandangan Mulyo Utomo, 54 tahun, penduduk Desa Jatimulyo, Tanjungbintang, Lampung Selatan. Ayah enam putera puteri dan kakek 13 cucu ini sering tergiur pada istri tetangganya. Sampai-sampai ia dijuluki Mul Tekek, sebab pernah dicekik suami perempuan yang diusiknya. Sekian kali kejadian nyaris tanpa perkara, sebab ia selalu mengaku salah, dan berjanji tak bakal mengulanginya lagi. Namun tobatnya Mul adalah tobat samba lado -- mirip orang tobat makan sambal. Buktinya, suatu sore pertengahan Maret silam, Mul masuk ke rumah Asihwiyati, 25 tahun, tetangga di sebelahnya. Perempuan itu baru 50 hari melahirkan. Meski Asih menjerit, ia berlagak pekak. Sampai muncul Asiswandi alias Bero, 28 tahun, suami Asih. Buruh bangunan yang kekar tinggi itu menghajar Mul. Dan dalam kalapnya, Bero mengambil pisau dapur. Lalu teeess, alat vital Mul Tekek diirisnya. Lelaki tua bertubuh kecil dan pendek itu terpekik. Tetangga berhamburan. Ketua RW, Sugianto, muncul. Sidang kilat langsung digelandangkannya di balai desa. "Karena kedua pihak minta damai, jadi perkaranya tidak diteruskan ke polisi," katanya. Mul membayar uang malu Rp 300.000 kepada Bero. Mereka membuat surat perjanjian tidak saling menuntut. Mulyo mengaku salah mau menggagahi Asih, dan Bero telah main hakim sendiri. Belakangan baru keluarga Mulyo sewot. "Bagaimana kalau bapak mati?" kata Sarwono Edy, 38 tahun, sang menantu. Ia mengadu ke Polsek Tanjungbintang, akhir Maret lalu. Bero diciduk menjelang malam takbiran. Akan halnya Mulyo, malah mengaku meneken perjanjian itu karena merasa terancam. Jadi, ketika menantunya melapor ke polisi, ia setuju. "Saya berani sumpah, tidak ada keinginanku memperkosa Asih," kata Kakek Mul. Kejadian itu tak segera dilaporkan ke polisi, menurut Sarwono, karena mertuanya dirawat sembilan hari di Rumah Sakit Umum Tanjungkarang. "Karena alat vitalnya itu diiris, membuatnya kejang-kejang. Dan kami khawatir ia meninggal," katanya kepada Kolam Pandia dari TEMPO, awal April lalu. "Yang kami laporkan, penganiayaannya itu," ujar Sarwono, seraya menambahkan, "Tapi jika bapak musti dihukum karena perbuatannya terhadap Asih kami pasrah." "Ini bukan yang pertama, tapi belum pernah Pak Mulyo digebuki babak belur," kata Jawadi, tetangganya. Dan seperti dituturkan tetangga di kiri kanan rumahnya, kalau Mul tidak menjahili, ya, mengintip ibu-ibu mandi. "Semua orang tahu itu. Semoga dengan kejadian ini ia tahu dirilah," kata seorang pemilik warung, di gang masuk rumah si kakek.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus