Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Togog

Togog yang selalu ada di pihak yang salah, dalam lakon wahyu purba sejati, bekerja untuk raja dasamuka. dari dialog antara togog dan begasuksma diketahui bahwa togog adalah orang yang berbudi.(fk)

14 Agustus 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA mencintai Togog? Tokoh wayang ini buncit. Matanya melotot tolol. Mulutnya mencuat lebar, bak paruh burung garuda yang robek. Ia pendek di bawah normal. Yang lebih malang lagi: bila Semar. Gareng, Petruk dan Bagong selalu berada di fihak yang baik-baik, maka Togog selalu ikut fihak yang salah -- dan kalah. Tapi pencipta lakon yang kreatif bisa saja menampilkan Togog secara lain. Misalnya Ki Siswoharsojo, dalam lakon Wahyu Purba Sejati Naskahnya terbit di Yogya, 1962, dan kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggeris dalam buku On Thrones of Gold dari James R. Brandon (dan Pandam Guritno), 1970. Dalam Wahyu Purba Sejati Togog bekerja untuk Raja Dasasuksma, yang sebenarnya adalah ruh Rahwana, dan Begasuksma yang merupakan ruh Indrajit, putera Rahwana, yang dulu gugur dalam perang melawan Rama. Di bawah ini ringkasan dan salinan bebas dialog antara Togog, sang hamba, dengan Begasuksma, sang pangeran. B: Gog, ada perubahan dalam sifatmu yang suka berubah-ubah itu. T: Kalau paduka melihatnya begitu, memang begitulah. B: Jawabanmu tak menyenangkan aku! Aku tak faham. T: Menyenangkan paduka bukanlah urusan hamba. Tugas hamba bagi Kerajaan mengharuskan hamba untuk bicara terus-terang. Dan bila itu tak menyenangkan paduka atau, Baginda, hamba hanya akan bicara bila dititahkan B: Gog, kaulah penasihat tertua dan paling disayangi. Tugasmulah untuk berbicara kepada Raja. T: Tapi beliau tak mau mendengarkan. B: Itu tak usah kau risaukan, Gog. T: Hamba tak bisa untuk tak merisaukannya. Baginda serakah, dan selalu begitu..Hamba tahu bahwa itu salah, dan bahwa hamba harus mendesak. Tapi hamba penakut, paduka. Ayah paduka begitu mudah memerintahkan hukum mati. Maka hamba hanya bicara sekali, lalu diam. B: Gog, kau keterlaluan! Raja meminta nasihatmu, tapi ia tak harus menurutinya. Tugasmulah untuk patuh! T: Hmm. Meskipun hamba hanya pelayan, hamba pun punya cita-cita, seperti orang lain: mengharapkan kehidupan sempurna di dunia dan setelah mati.... Nah, siapa yang tidak bersimpati dengall Togog di situ? Ruhnya ternyata lebih berbudi ketimbang ruh Rahwana. Seperti Semar ia ternyata lebih bijaksana ketimbang "orang atasan". Barangkali karena ia bagian dari saksi sejarah yang sebenarnya: mereka yang dikecewakan oleh dinasti demi dinasti....

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus