Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Tommy Soeharto:”Bagaimana Mau Menyesuaikan Diri?”

11 Agustus 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA hari kemerdekaan Indonesia, Tommy menjadi tidak merdeka. Mengenakan seragam biru narapidana dengan tulisan Warga Binaan Lapas Batu Nusakambangan, pagi itu Tommy Soeharto terlihat berdiri di barisan narapidana dan mengikuti upacara dengan khidmat. Alangkah ironisnya. Enam tahun silam, dia masih mengikuti perayaan 17 Agustus di bawah dentuman meriam di Istana Merdeka bersama sang ayah yang begitu berkuasa, dikelilingi para menteri dan tetamu terhormat, dan kini dia mengikuti upacara di Penjara Batu Nusakambangan, bersama para narapidana lainnya. Toh, Hutomo Mandala Putera alias Tommy Soeharto masih saja banyak mengumbar senyum. Dia mengikuti perintah komandannya dengan takzim, bersiap atau istirahat juga, pada saat penghormatan bendera. Saat Bendera Merah Putih dikibarkan dan dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, wajah Tommy terlihat sedih dan matanya berkaca-kaca. Demikian pula saat komandan upacara memerintahkan peserta upacara mengheningkan cipta, muka Tommy menunduk sambil memejamkan mata. Usai upacara, puluhan ibu-ibu Dharma Wanita Lembaga Pemasyarakatan (LP) Batu Nusakambangan berebut ingin bersalaman dengan Tommy. ”Mas Tommy, Mas Tommy,” seru seorang ibu yang rela sepatunya lepas dan tidak menghiraukan desakan ibu lainnya yang mengerumuni selebriti baru di Nusakambangan ini. Bergantian bersalaman, satu dua orang sempat menanyakan kesehatan mantan presiden Soeharto dan keluarga Cendana lainnya sambil berkata. ”Titip salam buat Mbak Tutut, ya, dan semoga Pak Harto cepat sembuh,” kata seorang ibu yang lain. Pada hari kemerdekaan itu, Tommy langsung mendapatkan remisi satu bulan. Ecep Suwardani Yasa dari TEMPO Jumat silam berhasil berbincang dengan putra kesayangan mantan presiden Soeharto tepat seusai salat Jumat—ketika puluhan jemaah berebut bersalaman dengan Tommy—dan perbincangan dilanjutkan seusai upacara bendera 17 Agustusan Sabtu pekan lalu, juga ketika para ibu Dharma Wanita LP Batu berebut bersalaman dengan si narapidana ganteng itu. Berikut petikannya. -------------------------------------------------------------------------------- Bagaimana kabar Anda? (Tersenyum) Seperti yang Anda lihat, ya, beginilah. Wartawan itu kok ada di mana-mana ya. Di sini, di Nusakambangan, juga ada. Pokoknya, di mana-mana ya? Bagaimana kondisi kesehatan Anda? Baik. Dua hari di LP Batu Nusakambangan, sudah betah? (Ia mengerutkan dahi). Maksudnya, betah bagaimana? Apanya yang betah? Maksudnya, apakah Anda sudah bisa menyesuaikan diri selama dua hari ini? Ya, seperti yang Anda lihat (Tommy menunjukkan tangannya kepada beberapa rekannya sesama narapidana yang menyalaminya). Sebagian sudah berkenalan, sebagian lagi belum. Kalau di sini bagaimana mau cepat-cepat menyesuaikan diri, kondisinya kan masih seperti ini. Tapi sekarang Anda sudah mulai betah kan? Ya, namanya juga begini, dibetah-betahkan saja. Lalu apa kegiatan Anda sehari-hari mulai kemarin? Belum. Belum banyak, hanya begini-begini saja. Anda terpukul dengan pemindahan ini? (Ia terdiam beberapa saat) Ya, mau bagaimana lagi, memang sudah begini. Bagaimana cara Anda mengusir kejenuhan? (Tommy tidak menjawab dan hanya tersenyum kecil). Apakah Anda puas dengan keputusan hakim? Gimana ya, sulit saya mengatakannya. Tapi prinsipnya seperti yang saya sampaikan beberapa waktu lalu setelah putusan jatuh. Garis besar dan kesimpulannya, ya, seperti itu jawabannya. Kenapa Anda memutuskan untuk tidak melakukan banding? Itu juga agak sulit menjawabnya. Tapi kita lihat nanti saja bagaimana perkembangannya. Apa rencana Anda selanjutnya? Seperti ini (kembali tertawa). Seperti yang Anda lihat, dan kita tunggu saja. Sudah dulu ya, saya mau masuk ke kamar dulu, saya mau istirahat dulu. Sudah ya. Selamat ya, Anda mendapat remisi satu bulan. Selamat apa, saya nggak tahu. Coba saja Anda tanya ke kepala LP, apakah saya mendapatkan remisi atau tidak. Keluarga di Cendana sudah ada yang berkunjung? Belum, belum ada. Kapan mereka berkunjung kemari? Nggak tahu. Bagaimana kabar mereka, apakah rela melihat Anda di sini? Baik. Baik. Kabar kesehatan Pak Harto yang Anda dengar selama ini bagaimana? Baik. Rindu sama Pak Harto nggak? Sudah, sudah. Sudah ah, saya mau ganti baju dulu. Sesak, kekecilan. Saya pamit dulu ke kamar, ya. Mau ganti baju dulu. (Selesai menyalami ibu-ibu Dharma Wanita, selanjutnya Tommy bergegas menuju kamar tahanannya dan hingga siang tidak terlihat keluar).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus