MANADO mendadak lumpuh. Sekitar 900 bemo anggota Organda
(Organisasi Angkutan Darat), 20 April lalu, tak kelihatan
berseliweran di dalam kota. Tentu saja Manado yang sempit padat
itu, berubah muram dalam suasana pesta Paskah yang mestinya
cerah. Hari itu bemo yang jadi andalan kendaraan umum warga
kota, tak mau meninggalkan garasinya. Ada satu dua
mondar-mandir, tapi bcrtulisan "pakai sendiri". Mogok?
Tampaknya begitu. Hingga, sekitar jam 9 jejeran warga kota yang
terdiri dari para pelajar, pegawai, dan lainnya makin banyak di
sepanjang jalan kota. Tapi tak satu pun bemo mau nongol. Tak
lama hingar bingar pun meledak. Bemo-bemo yang masih saja
berseliweran, kena tindakan para sejawatnya. Dilontari batu atau
dikempesi bannya. Karena dianggap tak solider ikut mogok.
Tentu saja Walikota. Manado Adolf Pelealu tak tinggal diam.
Bersama Danres 1901 Manado Letkol Pol Ben Ranjab, Kepala DLLAJR
Sulut Mangkuhardjo, Asisten I Laksusda Sulutteng Letkol SJH
Sanggor, Assisten I Rantor Gubernur Sulut drs. PP Kepel, Ketua
Organda Sulut drs. E. Posumah, Walikota Pelealu berapat di
ruangan tertutup. Lumayan lama itu rapat. Baru usai pukul tiga
petang. Tapi seperti juga tatkala berlangsung, setelah usai tak
seorang peserta rapat buka mulut. "Tanya sama Walikota",
Mangkuhardjo mengelak. "Tak ada waktu untuk ditemui wartawan",
tukas AdolF Pelealu yang memang kesohor paling sulit ditemui
pers. Dan selalu memagari dirinya dengan 3 pejabat: ajudan,
humas dan sub dirsus.
Instruksi LLAJR
Cuma Posumah yang terpaksa mau bicara. "Ini bukan pemogokan.
Sekedar unjuk rasa para sopir bemo kepada pimpinan Organda",
ujar Posumah yang pejabat Kesra Kotamadya Manado. Unjuk rasa
yang dimaksud Posumah ialah bab tarip kendaraan. "Mereka
menuntut penyesuaian tarip. Sudah diteruskan kepada pemerintah.
Menunggu jawaban". Tentu saja akan lain di mata Laksusda. "Ini
subversif yang harus ditindak tegas", tukas Letkol Sanggor,
Assisten I Laksusda Sulutteng, kepada Phill M Sulu dari TEMPO.
Untuk ini, hari itu juga seorang pemilik bemo yang kebetulan
seorang pimpinan Organda Manado dipanggil ke kantor Laksusda.
Tak jelas, kenapa pemogokan yang selama 11 tahun terakhir ini
tak pernah terjadi itu, bisa meledak. Ribut-ribut soal tarip,
sudah menyembul sejak berlakunya kenaikan tarip premium, 1 April
lalu. Ini disusul gerakan serentak kenaikan tarip kendaraan di
Minahasa sebesar 50% sampai dengan 100%. Padahal ada larangan
dari Organda Pusat. Tapi menurut B . Frederik, Sekretaris
Organda Minahasa yang juga pemilik kendaraan, larangan itu
"tetap ditaati". karena "itu bukan kenaikan, tapi penyesuaian".
Boleh jadi hal itu yang membikin iri para pemilik bemo di
Manado. Selain mungkin mereka dikejutkan oleh berita suratkabar
Bulletin Sulut, milik Pemda Sulut, yang hari itu menurunkan
berita utama: Izin trayek akan dicabut bagi mereka yang
menaikkan tarip. Berita ini bersumber instruksi LLAJR Sulut.
Tapi yang terang, pemogokan yang baru bisa diatasi pukul 3
petang itu sempat membikin lumpuh kota Manado, tak kurang dari 7
jam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini