KM Tampomas yang selama 2 minggu tak bertandang, akhirnya 14
April lalu, kembali nongol di Tanjung Pinang. Sejak awal April,
pimpinan Pelni melarang itu kapal melayari rute tetapnya
(regular liner service) yang sudah mantap dan lama berlangsung.
Cuma karena alasan, "menghindari hal-hal yang tak diingini".
Maksudnya mencegah penyelundupan lewat inang-inang yang biasa
mondar-mandir menggunakan itu Tampomas. Tapi bila tindakan
tersebut berlangsung seterusnya, akan menyebabkan 350 ribu
penduduk Kepulauan Riau mengalami kesulitan angkutan. Sebab
untuk melepaskan hajatnya bepergian ke Medan atau Jakarta isi
saku penghuni kepulauan itu belum cocok buat tiket kapal
terbang.
Bukan cuma itu. Sekitar 30 ton kol dan sayur-sayuran segar
lainnya dari Medan yang biasa dibawa itu kapal, akan terhenti.
Atau juga tong buatan dalam negeri dari Jakarta atau Medan yang
biasa jadi lahapan orang sana, akan berhenti menyebar. Taroklah
akan ada alat angkutan penggantinya. Tapi goncangan harga pasti
tak terelakkan.
Diperlukan campur tangan Bina Graha juga rupanya, untuk
megembalikan Tampomas ke pelayaran tetapnya itu. Tentu saja
siapa lagi kalau bukan Dirjen Perla dan Dirjen BC yang harus
repot.Hingga di hari Tampomas akan kembali nongol, Dirjen BC
Tahir bersama Direkturnya GA Kandow dan Mulyadi sibuk
membereskan hiruk-pikuk Tanjung Pinang terlebih dulu. Tak kurang
dari 2 jam dari 5 jam waktunya berada di Tanjung Pinang,
disisihkan buat membenahi kawasan tempat berlabuh kapal itu --
Tampomas tak dapat merapat di dermaga karena lautnya dangkal.
Ini berarti bidang: kerepotan Kandow yang eks Kepala Kantor
Wilayah II BC hingga ia benar-benar mengenal medan nya. Dialah
yang mengatur bagaimana 6 kapal motor yang ada harus
dipergunakan untuk membawa penumpang, barang-barang dan buruh
UKA yang akan merapat ke Tampomas. Penertiban berupa keharusan
setiap barang yang akan diantar-pulaukan dari Tanjung Pinang ke
Jakarta memakai AVI. Juga pembatasan jumlah kapal motor yang
boleh merapat ke Tampomas. Hingga armada motor tempel
(speedboat) tak bisa hiruk-pikuk tak karuan.
Kurang Kapal
Sejak hari itu penumpang dan barang-barang tak boleh lagi
diturunkan di luar dermaga utama, seperti di Pelantar I dan II.
Kini semuanya harus lewat dermaga utama. Dengan begitu
pemeriksaan dan pengawasan BC dapat lebih seksama. Di
waktu-waktu lampau di sinilah biang sebab kebobolan-kebobolan di
bandarlaut tersebut .
Masih merisaukan orang ramai ialah kurangnya tersedia kapal
motor buat penumpang. Sebab arus penumpang yang sukar
ditertibkan sering menyebabkan berdesak-desaknya penumpang di
kapal motor. Sial-sial hal ini bisa muengakibatkan terbalik aau
tenggelamnya kapal motor. Seperti dialami "Srikandi" beberapa
waktu lalu. Karena penumpang tak mau menunggu jemputan kapal
motor berikutnya, khawatir ditinggalkan Tampomas yang lego
jangkar tak boleh lebih dari 2 jam. Konon bab kekurangan kapal
motor ini tak perlu dirisaukan. Sebab kabarnya Bina Graha selain
mengetukkan palu instruksinya, agar penertiban dilaksanakan juga
bakal mengucurkan pundi-pundi uangnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini