KOTA Bekasi di pinggiran Jakarta, konon, rawan maling. Sehingga, kalau polisi yang bertugas piket sampai ketiduran, wah. Tapi ini yang kejadian, dan dipergoki sendiri oleh Kepala Kepolisian Resor Bekasi, Letnan Kolonel Basyir A. Barmawi, 44 tahun, akhir Juli lampau. Sehabis berkeliling meronda kawasan, perwira yang mengaku biasa istirahat hanya 3-4 jam sehari itu datang ke kantornya sekitar pukul 01.30. Didapatinya empat anak buahnya sedang mendengkur di pos penjagaan. ''Hei, bangun. Apel,'' ujarnya sambil menuju ruang belakang. Di ruang kerja bagian data itu ada dua bawahannya sedang mengetik dengan komputer. Kembali ke tempat jaga tadi, Basyir melihat anak buahnya tidak bergegas apel. ''Kenapa lambat? Tidur saja!'' serunya. Sambil bicara, praang!, tangannya menjotos kaca jendela. Sebagian pecahan kaca itu menancap di tangan kanannya. ''Kamu senang melihat saya berdarah. Biar saya jadi tumbal dari ketidakdisiplinan kalian. Saya rela. Tapi, apa kalian rela melihat rekan-rekan capek patroli, kamu malah tidur dan melalaikan penjagaan?'' Pak Kapolres masih sempat memberi wejangan sekitar 45 menit, tanpa mempedulikan lukanya yang hanya dibalut sementara dengan sapu tangan. Setelah itu, Kapolres Basyir Barmawi diantar seorang ajudan ke rumah sakit umum Bekasi. Dokter jaga menyarankannya berobat di Rumah Sakit Gatot Subroto di Jakarta. Ternyata, luka itu harus dijahit, dan itu pun dilakukannya sambil tertawa-tawa dan bergurau. Setelah itu, dia pulang ke rumah, mandi, dan langsung ke kantor lagi, tetap aktif sampai sore. Di rumah, istrinya yang dokter paling cerewet terhadap kondisi tangannya karena ayah dua anak ini ingin cepat saja membuka perbannya. ''Hargai, dong, profesi dokterku,'' kata sang istri seperti dituturkannya kepada Joewarno dari TEMPO pekan lampau. Terkenal sebagai Kapolres yang jarang marah dan amat disiplin, ia menganggap kejadian malam itu hanya sekadar shock therapy dalam membina bawahan. Menurut Basyir, sekali-sekali perlu marah dengan teguran yang bisa diingat. Tapi, sementara itu, ia mencoba mengoreksi diri. ''Barangkali saya memang tidak boleh bohong. Malam itu saya bilang pada mereka, sehabis berkeliling saya langsung pulang. Tapi, setelah memutar, saya mampir lagi ke kantor. Nah, terjadilah,'' tuturnya. Dan dalam gaya humor, Pak Kapolres melukiskan tanggapan anak buahnya. ''Barangkali bawahan saya menyangka, wah, kebenaran komandan pulang, kita bisa tidur. Saya tidak senang. Kalau memang mau tidur, lapor dulu dong kepada komandan jaga, dan minta waktu, gantian atau bagaimana. Itu bisa saya terima,'' katanya. Ketika kejadian itu menjadi berita di beberapa koran Ibu Kota, rasa kecewa Pak Kapolres jadi berganda. ''Masa saya dibilang kalap. Saya marah melihat bawahan sedang tidur, itu memang. Wartawan kurang kerjaan yang memberitakan itu dengan berlebihan. Yang pasti, saya ingat wartawan itu,'' katanya. Kejadian itu disiarkan pula oleh kantor berita Reuters. Yang disesalkannya, ia tidak dihubungi sebelumnya. Terbetik kabar, konon, wartawan yang menulis berita itu dicari-cari intel. Apa iya? ''Ah, tidak. Untuk apa? Nggak perlu sampai begitu,'' jawab Letnan Kolonel Basyir Barmawi. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini