Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AZAN salat Jumat belum berkumandang saat Agus Gumiwang Kartasasmita menerima panggilan telepon dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Di seberang sana, Airlangga, yang juga Menteri Perindustrian, meminta Agus menyiapkan jas dan kopiah. "Katanya, saya akan dilantik menjadi Menteri Sosial," ujar Agus kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Agus, Airlangga memintanya segera ke kantor Kementerian Perindustrian. Dari situ, keduanya berangkat bersama menuju Istana. Agus mengaku baru menerima informasi resmi dari Istana sekitar pukul 13.00. Dua setengah jam kemudian, Presiden Joko Widodo melantik Agus menggantikan Idrus Marham, koleganya di Partai Golkar. Empat jam sebelumnya, Idrus menghadap Jokowi untuk menyatakan mundur sebagai menteri karena menjadi tersangka kasus suap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap Mulut Tambang (PLTU MT) Riau-1.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agus mengklaim rencana pengangkatannya sebagai menteri baru dibahas setelah Idrus menyatakan mundur sekitar pukul 10.30. Saking mendadaknya hal itu, ujar Agus, dia hanya didampingi ayahnya, Ginandjar KartasasmitaKepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional di era Presiden Soeharto--dan ibunya. "Istri mengantar anak saya yang kuliah di luar negeri," katanya.
Dua petinggi Golkar bercerita bahwa nama Agus sudah disepakati di kalangan internal partai beringin pada Jumat dinihari pekan lalu. Pembahasan soal itu dimulai setelah Idrus menerima surat pemberitahuan dimulainya penyidikan dari Komisi Pemberantasan Korupsi, Kamis sore pekan lalu. Surat itu menyebutkan status Idrus bukan lagi sebagai saksi, melainkan tersangka. KPK juga memberitahukan status tersebut kepada Istana pada hari yang sama.
Setelah mendapat kabar tersebut, kata petinggi Golkar, Idrus berkomunikasi dengan Airlangga melalui telepon. Idrus membenarkan menerima pemberitahuan dari KPK pada Kamis sore. Ia pun bermaksud memberi tahu Presiden Jokowi, tapi hal ini urung dilakukan. "Saya berniat berpamitan sejak Kamis malam setelah menerima surat pemberitahuan dari KPK," ujar Idrus.
Malam itu, kabar Idrus menjadi tersangka tersebar cepat di kalangan pengurus Golkar. Sekitar 30 calon anggota legislatif dari wilayah Jawa bagian barat yang berada di rumah dinas Airlangga di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, memperbincangkan soal Idrus. Mereka berada di rumah Airlangga untuk mengikuti pembekalan calon legislator dari ketua umum partai. Tapi, selama pembekalan berlangsung, sahibulbait sama sekali tak membahas soal Idrus Marham. Ia lebih berfokus membicarakan rencana pemenangan partainya.
Sekitar 15 menit setelah hari berganti, acara rampung. Sebagian besar meninggalkan rumah Airlangga. Dua pengurus Golkar menyebutkan beberapa elite partai yang masih tersisa, di antaranya Sekretaris Jenderal Lodewijk Freidrich Paulus dan Agus Gumiwang, kemudian membicarakan calon pengganti Idrus untuk diusulkan ke Presiden.
Golkar merasa perlu menyiapkan pengganti Idrus karena posisi Menteri Sosial dianggap sebagai jatah partai itu. Posisi ini diperoleh pada Januari lalu, saat Idrus menggantikan Khofifah Indar Parawansa, yang mundur karena maju sebagai calon Gubernur Jawa Timur. Rapat kecil itu memutuskan Agus sebagai pengganti Idrus. Tapi Agus membantah kabar tentang pembahasan namanya di rumah Airlangga. "Semuanya berjalan begitu cepat, Presiden juga merasa perlu pengisian jabatan itu segera," kata Agus, yang menjadi bendahara tim pemenangan pasangan calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Menurut seorang petinggi Golkar, hasil rapat di Widya Chandra itu kemudian disampaikan Airlangga kepada Jokowi. Dia tiba hampir berbarengan dengan Idrus, yang bermaksud menyerahkan surat pengunduran diri. Airlangga membenarkan adanya pertemuan dia dengan Jokowi. "Sesudah Pak Idrus, saya juga melapor ke Pak Presiden," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat pekan lalu.
Berbeda dengan Agus, Airlangga mengatakan nama Agus kerap mengemuka di lingkungan internal partainya ketika ada posisi menteri yang lowong. Saat Khofifah mundur, Agus menjadi salah satu calon kuat penggantinya. Salah satu pertimbangannya, kata Airlangga, Agus relatif tak sibuk karena tidak lagi menjadi calon anggota legislatif dalam Pemilihan Umum 2019. "Jadi sudah masuk short list terus. Ada urut kacangnya di partai," ujar Airlangga.
KASAK-kusuk pengganti Idrus Marham sebenarnya muncul sejak pertengahan Juli lalu. Dua pengurus Golkar bercerita, isu itu muncul setelah KPK menangkap Wakil Ketua Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat Eni Maulani Saragih pada 13 Juli lalu. Eni, yang juga politikus Golkar, dicokok karena diduga menerima suap dari Johannes Budisutrisno Kotjo, pemilik BlackGold Asia Resources Pte Ltd. Suap itu terkait dengan proyek PLTU MT Riau-1.
Penangkapan ini sempat menjadi topik pembahasan dalam rapat pengurus Golkar. Dari rapat diketahui bahwa Idrus berpeluang besar dijadikan tersangka di KPK sehingga kader partai mulai memunculkan nama-nama calon pengganti Idrus. Selain Agus Gumiwang, nama yang muncul adalah Ketua Komisi Pemerintahan DPR Zainuddin Amali serta Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nusron Wahid.
Airlangga, kata sumber yang sama, sempat memberikan sinyal soal kemungkinan Zainuddin menggantikan Idrus saat pembekalan calon legislator wilayah Jawa bagian timur di rumah dinasnya pada Selasa malam pekan lalu. "Kalau Zainuddin Amali tidak ada, siapa yang bisa menjalankan tugasnya di Jawa Timur?" ujar anggota DPR, Meutya Hafid, menirukan ucapan Airlangga tersebut. Zainuddin juga berada di rumah Airlangga malam itu, tapi dia mengaku tidak mendengar ucapan Airlangga tersebut. "Mungkin hal itu diomongkan tanpa ada saya," katanya.
Sedangkan Nusron Wahid justru digadang-gadang Istana. Namanya diusulkan kepada Airlangga agar mendapat persetujuan di kalangan pengurus Golkar. Tapi Airlangga menolak usul tersebut karena Nusron sudah memegang posisi sebagai Kepala BNP2TKI. Dimintai tanggapan soal ini, Nusron enggan berkomentar. "Saya tidak tahu," ujarnya.
Seorang pejabat di Istana membenarkan kabar bahwa nama Zainuddin dan Nusron sempat mengemuka sebagai calon pengganti Idrus. Namun, kata dia, Jokowi akhirnya memilih Agus Gumiwang. Faktor kedekatan Sekretaris Fraksi Golkar di DPR itu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menjadi salah satu pertimbangan Jokowi memilih Agus.
Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan tidak mengetahui informasi tersebut. "Aku enggak tahu soal itu," ujarnya. Saat melantik Agus, Jokowi mengatakan memilih Agus karena dia berpengalaman menangani urusan kesejahteraan sosial. "Kapasitas beliau saya kira kami semua tahu dan beliau di DPP juga berkaitan dengan kesejahteraan," ujar Jokowi. Ia juga mengatakan dirinyalah yang meminta Airlangga segera menugasi Ketua Bidang Perempuan, Pemuda, dan Inovasi Sosial Partai Golkar itu sebagai pengganti Idrus.
Rusman Paraqbueq, Hussein Abri Yusuf Dongoran, Vindry Florentin, Ahmad Faiz
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo