Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DELAPAN belas laki-laki meriung di ruangan 6 x 8 meter di lantai tiga rumah toko yang menjadi kantor Ghazwah Enterprise, Jalan Raya Condet, Jakarta Timur, Selasa dua pekan lalu. Di depan komputer masing-masing, mereka sibuk bekerja. Sebagian mengetik artikel, ada pula yang menyunting video atau mendesain poster.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merekalah tim digital studio Badr TV yang mengelola media sosial milik Khalid Zeed Abdullah Basalamah. Tommy Rida Pratama, Kepala Yayasan Sedekah Kreatif, yayasan yang dimiliki Khalid Basalamah, mengatakan ada sepuluh anggota staf yang khusus menggarap konten di akun YouTube, Facebook, dan Instagram ustad asal Makassar tersebut. "Ada videografer, editor video, desainer grafis, dan dua anggota staf media sosial," ujar Tommy saat ditemui Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dibentuk pada pertengahan 2016, tim itu selalu merekam kegiatan Khalid Basalamah. Untuk urusan video, misalnya, seorang anggota staf bertugas menyiarkan khotbah Khalid secara live di akun Instagram melalui telepon seluler. Sedangkan seorang videografer lagi bertugas merekam seluruh ceramah Khalid dengan kamera digital single-lens reflex (DSLR). Kadang ada anggota staf lain yang mengurus tata lampu. Menurut Tommy, perlengkapan itu diperlukan agar pemirsa lebih nyaman menonton ceramah Khalid.
Video yang terekam kemudian diedit sebelum ditayangkan. Proses editing, kata Tommy, bertujuan menghindari kesalahan, seperti keliru menyebut nomor hadis. Bagian yang salah dipotong editor film. "Ustad kan manusia biasa, bisa silap satu atau dua hal," ujar kepala tim digital studio Badr TV, Junaid Siregar. Dalam proses editing, video itu juga dicantumi logo "KH-B" sebagai ciri bahwa video tersebut dikeluarkan tim Khalid.
Tim itu menargetkan mengunggah satu video panjang per hari ke media sosial. Untuk Instagram, ada empat-lima konten yang disebarkan setiap hari, dari video pendek, artikel, jadwal ceramah, hingga dokumentasi kegiatan Khalid. Semua konten itu sebenarnya lebih sedikit ketimbang jadwal ceramah Khalid, yang bisa lima kali berceramah tiap hari. "Kalau semuanya di-upload, malah tidak efektif," ujar Junaid.
Ihwal penentuan konten di media sosial ini, Khalid tak terlalu cawe-cawe. Menurut Tommy Rida Pratama, timnya hanya berkonsultasi dengan Khalid ketika ada konten yang berpotensi menimbulkan polemik. "Di media sosial, kita tidak tahu mana teman dan mana lawan," tutur Tommy.
Seperti Khalid Basalamah, para penceramah yang tenar di dunia maya memiliki tim khusus. Adi Hidayat, penceramah asal Banten, mendirikan Akhyar TV pada November 2016 untuk mempublikasikan video-videonya. Direktur Akhyar TV Heru Sukari mengatakan perusahaan itu didirikan karena video Adi kerap diunggah tanpa izin untuk mendulang keuntungan pribadi. Bahkan ada potongan video Adi yang digunakan untuk meminta wakaf. "Dengan adanya Akhyar TV, jemaah punya rujukan video Ustad yang resmi," kata Heru.
Abdul Somad juga memiliki tim pengelola media sosial bernama Tafaqquh. Setiap kali Somad berceramah, sejumlah anggota stafnya yang mengenakan rompi bertulisan "Tafaqquh" selalu hadir. Dua videografer selalu mengikuti kegiatan ustad kelahiran Asahan, Sumatera Utara, ini. Seperti tim Khalid Basalamah, mereka bertugas merekam khotbah dengan kamera, sementara seorang lagi menyiarkannya secara live di Facebook dan Instagram.
Hidayat, videografer Tafaqquh yang ditemui di Masjid Az-Zikra, Bogor, Selasa dua pekan lalu, mengatakan video hasil rekaman disunting di kantor Tafaqquh di Pekanbaru. "Prosesnya sama seperti yang lain," ujar Hidayat. Di YouTube, Tafaqquh mengunggah video ceramah Somad sejak Mei 2012. Kebanyakan berdurasi 30-60 menit. Video versi pendek juga diunggah di Facebook dan Instagram.
Dai asal Aceh yang berdomisili di Bandung, Hanan Attaki, mengatakan konten ceramahnya di media sosial, yang menyasar anak muda, membutuhkan tim yang memahami minat dan kebutuhan mereka. Fokus Hanan terutama pada Instagram, yang digandrungi warganet berusia di bawah 30 tahun. "Kami memang lebih banyak main di Instagram," ujar Hanan ketika ditemui Tempo seusai acara "Ngabuburide" di Gedung Sate, Bandung, Ahad tiga pekan lalu.
Hanan dibantu Gerakan Pemuda Hijrah Shift, yang bermarkas di Masjid Al-Lathiif, Bandung. Tim inti Shift berisi enam orang dengan beragam keahlian, dari pakar komunikasi visual, event organizer, hingga organisator, yang mengkoordinasi kegiatan seperti ceramah dan pertemuan dengan komunitas anak muda. Hanan dalam wawancara dengan Tempo pada Juni tahun lalu mengatakan ada pula satu orang yang berfungsi sebagai "penghubung dengan langit". "Dia lebih saleh ketimbang saya, dan dia selalu mendoakan program kami."
Menurut Hanan, dia berdiskusi dengan timnya untuk menentukan konten video. Hanan biasanya hanya memberikan tema besar yang kemudian dikaitkan dengan tren anak muda. Misalnya, keluhan tentang telepon yang kerap di-reject pacar dihubungkan dengan kebiasaan me-reject panggilan Allah karena jarang melakukan salat.
Sejak awal 2017, Shift rajin memproduksi video yang menjadi ciri khas Hanan: One Minute Booster. Video berdurasi sekitar satu menit ini berisi potongan-potongan audio saat Hanan memberikan ceramah yang digabungkan dengan video rekaman yang sudah dikonsep sesuai dengan topik. Tim ini juga membuat video rekaman kegiatan Hanan dengan anak-anak muda, seperti komunitas motor dan skateboard. "Namanya 'Video Main'," kata Direktur Kreatif Shift Fani Krismandar.
Tak hanya mengatur konten, tim media sosial para penceramah juga berperan memberikan klarifikasi manakala muncul tudingan atau polemik yang terkait dengan sang ustad. Akhir Februari lalu, misalnya, setelah akun Instagram Abdul Somad diblokir, muncul sejumlah akun palsu mengatasnamakan dia. Tim Somad buru-buru mengunggah screenshot akun-akun palsu tersebut dan memberikan klarifikasi.
Tim digital studio Badr TV yang mengurus media sosial milik Khalid Basalamah juga punya staf yang bertugas membalas komentar warganet. Menurut Tommy Rida Pratama, komentar bernada negatif kerap muncul dan berpotensi menimbulkan keributan. Khalid pun meminta timnya tidak meladeni komentar-komentar itu. Selanjutnya, tim tersebut akan memblok akun warganet itu supaya tak mempengaruhi pemirsa lain.
Ada pula yang menyebarkan potongan video ustad disertai judul kontroversial. Tim Khalid mencoba mengatasinya dengan melarang jemaah merekam ceramah secara langsung. Timnya juga mengabarkan bahwa segala video resmi Khalid bisa diunduh dari akun resmi dan bisa disebarluaskan asalkan tak bertujuan memprovokasi. "Kami tak mau hanya mengejar monetisasi tapi tidak menjaga Ustad," ujar Junaid.
Angelina Anjar Sawitri, Adi Warsono (Bekasi), Anwar Siswadi, Aminuddin A.S. (Bandung)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo