Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Gaya kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno (Anies-Sandi) mulai disoroti awak media lantaran dianggap lebih tertutup dibanding dengan pemimpin sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baik Anies dan Sandi dinilai lebih irit bicara saat ditanya soal rencana strategis dalam setiap program kerjanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak hanya itu, Anies-Sandi juga tak jarang menghindar dari awak media yang sedang menunggu untuk wawancara atau konfirmasi sejumlah permasalahan.
Kemudian, media hanya diperbolehkan menunggu dan wawancara di tempat yang sudah disediakan. Padahal, keduanya tidak selalu menggelar kegiatan di tempat yang sama.
Selain itu, dalam beberapa rapat yang dihadiri Anies dan Sandi justru digelar tertutup. Padahal, dalam beberapa pertemuan pada era kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat awak media bisa dengan mudah memantau jalannya rapat.
Seperti saat rapat pembahasan Kebijakan Umum Anggaran Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2018 dan rapat pengarahan direksi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Namun, Sandiaga membantah kritikan tersebut. Ia mengklaim selalu memberikan ruang dan waktu untuk menjawab pertanyaan wartawan.
"Saya bikin doorstop tiga kali, pagi, siang, dan menjelang pulang kantor," ujar Sandiaga di Balai Kota Jakarta, Jumat, 3 November 2017.
Tak hanya Anies dan Sandi, gaya irit bicara juga terjadi kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI Jakarta. Mereka tampak lebih sering menghindari wartawan ketika ditanyak persoalan teknis yang tidak mungkin dijawab oleh gubernur dan wakil gubernur.
Padahal, pada saat menghadiri coffee morning Anies-Sandi pernah menitip pesan agar memberikan informasi lengkap untuk memudahkan awak media.
Untuk hal tersebut, Sandiaga membenarkan meminta agar setiap kepala dinas untuk irit bicara terkait beberapa hal. Sandiaga melarang kepala dinas untuk menyampaikan kebijakan dan rencana yang belum matang kepada media.
"Saya instruksikan Kadis (kepala dinas) untuk kebijakan yang lagi dikaji, lagi digodok, jangan diumumkan dulu karena nanti malah jadi distorsi dan masyarakat nanti menginterpretasikannya lain," ujar Sandiaga.
Meski begitu, Sandiaga memastikan awak media bisa mendapatkan data apa saja yang dibutuhkan. Ia mengarahkan wartawan untuk mengakses lewat Jakarta Smart City.
"Saya bilang irit dulu bicara sampai kita punya kebijakan, baru sosialisasi. Jadi kalau sesuatu yang belum matang jangan disampaikan," katanya menjelaskan kebijakan Anies-Sandi.