Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

arsip

Upin dan Ipin Tak Boleh Berpetuah

Serial Upin & Ipin menjadi fenomena global setelah sukses di Malaysia dan Indonesia. Wawancara pencipta Upin-Ipin, Burhanuddin Radzi.

16 Juli 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Dia membangun karakter Upin-Ipin agar anak-anak mendapatkan referensi kartun yang mendidik.

  • Pencipta Upin Ipin adalah suami-istri dari Selangor, Malaysia, yang memakai uang pensiun untuk membangun studio animasi.

  • Upin Ipin kini menjadi fenomena global animasi Asia yang bisa menembus Oscar.

FILM Upin & Ipin: Keris Siamang Tunggal masuk daftar penerima Oscar 2020. Kartun Malaysia ini menjadi film animasi terbaik bersama 31 animasi lain yang akan bertanding dalam Academy Award itu. Saat pengumuman Oscar ke-91 pada 24 Februari 2020, Upin dan Ipin tersisih. Gelar film animasi terbaik jatuh pada Toy Story 4. Kekalahan itu tak membuat kecewa Haji Burhanuddin Md. Radzi. Pencipta Upin Ipin ini tak menduga animasinya menjadi nomine penghargaan film paling bergengsi itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Burhanuddin Radzi membuat animasi Upin & Ipin pada 2005 untuk film Geng: Pengembaraan Bermula. Selepas berhenti kerja dari beberapa perusahaan minyak dan gas, antara lain Petronas Carigali Sdn. Bhd, laki-laki 49 tahun itu membuat satu proyek film animasi untuk mengedukasi anak-anak Malaysia. Ide memakai uang pensiun untuk membuat film datang dari istrinya, Ainon Ariff, yang gandrung pada film-film Hindustan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka berdua mengkonsep ceritanya. Mereka merekrut enam animator untuk memvisualkan cerita. Tapi film Geng berkembang menjadi film pendek serial lima menit setelah TV9 (stasiun televisi swasta untuk penonton Melayu) setuju menayangkannya. Burhanuddin dan Ainon pun mengubah cerita film dengan menjadikan Upin-Ipin sebagai tokoh sentralnya untuk serial enam episode tentang anak-anak yang baru belajar berpuasa Ramadan.

Upin-Ipin tinggal di Kampung Durian Runtuh. Ini kampung fiktif dengan tokoh-tokoh yang fiktif. Burhanuddin sengaja memberi mereka nama-nama umum agar mudah diingat. Cerita berfokus pada si kembar Upin dan Ipin yang tinggal bersama Kak Ros dan neneknya. Bersama teman-teman kampungnya, Upin dan Ipin melakoni permainan-permainan tradisional anak-anak Melayu, yang acap mendapat referensi dari Tok Dalang, laki-laki tua yang tinggal sendiri dan sayang pada anak-anak. 

Burhanuddin yang mengisi suara Tok Dalang. Sementara itu, istrinya mengisi suara Opah, nenek Upin dan Ipin. Setelah tayang enam episode pada Oktober 2007, serial televisi itu meledak. Ceritanya yang dekat dengan keseharian orang Malaysia, petuah-petuahnya yang tak menggurui, serta nilai-nilai toleransi, kesetaraan, dan pluralisme yang terkandung di dalamnya membuat keluarga-keluarga Melayu menggemari Upin & Ipin.

Upin & Ipin makin terkenal setelah MNCTV, stasiun televisi swasta di Indonesia, bersedia menayangkannya di waktu utama (prime time) menonton anak-anak, yakni pagi dan petang. “MNC tak mau membeli, mereka hanya bersedia bagi hasil,” kata Burhanuddin, mengenang awal kesuksesan animasi Upin & Ipin pada 29 Juni 2022.

Sambil makan siang, laki-laki yang kini 66 tahun itu menceritakan suka-duka membangun karakter Upin-Ipin di studio Les’ Copaque Production Sdn Bhd, nama rumah produksi yang membuat serial animasi ini di Selangor. Wawancara pencipta Upin-Ipin, Burhanuddin Radzi, selengkapnya:

Mengapa nama rumah produksinya dari bahasa Prancis?

Itu bukan bahasa Prancis. Itu bahasa Melayu, “last kopék”. Kalau kita main kartu remi kan mengintip nomor kartu di meja. Kita menghitung untuk mencocokkannya dengan kartu yang ada di tangan supaya bisa menang. Bahaya Melayu menyebutnya “last kopék”. Supaya berbau internasional, saya ubah menjadi Les’ Copaque.

Wah, kirain ada kerja sama dengan rumah produksi di Prancis.

Tidak ada.

Bagaimana awal mula mendirikan Les’ Copaque?

Main-main saja. Waktu itu saya baru berhenti kerja di perusahaan minyak. Banyak uang. Saya tanya ke istri saya, mau buat apa? Istri saya bilang buat film. Dia memang penggemar film Hindustan. Wah, tapi kan kami tak punya pengalaman. Setelah riset, kami buat Les’ Copaque Production itu. Modalnya RM 4 juta (sekitar Rp 12 miliar).

Anda pernah belajar film?

Saya kuliah di Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung. Saya masuk pada 1976. Setahun kemudian pemerintah menghentikan kuliah karena mahasiswa memprotes Orde Baru. Karena itu, saya pulang lalu melanjutkan kuliah di sini.

Siapa yang punya ide ceritanya?

Istri dan saya. Saya ini anak kampung. Istri besar di daerah bandar (kota). Dia tidak tahu permainan anak-anak kampung. Saya waktu kecil memainkan permainan-permainan tradisional. Ceritanya berkembang dari situ. Istri saya yang membuat skripnya. Saya kembangkan dengan tokoh-tokoh.

Apa ide ceritanya?

Malaysia pada waktu itu gandrung film Hollywood. Tidak ada film Melayu. Pemerintah berusaha mendorong industri film dengan menyediakan RM 200 juta. Tapi saya tidak ambil kesempatan itu. Kami kembangkan sendiri karena ingin berbeda dari film-film lain. Karena itu, kami ambil film animasi dengan cerita anak-anak kampung. Ide ceritanya sederhana, menyebarkan semangat keberagaman, kesetaraan, dan harmoni dalam perbedaan. Ini ide yang harus menjadi edukasi bagi rakyat Malaysia.

Mengapa Upin dan Ipin yatim-piatu?

Kami baru sadar setelah cerita berjalan ternyata Upin-Ipin tak ada ayah-ibunya. Cerita serial Upin & Ipin berlangsung saat Ramadan. Penutup cerita adalah hari raya. Saya minta ayah dan ibunya ditampilkan, tapi animator bilang butuh dua pekan mengerjakannya. Jadi cerita terakhir menjelang hari raya itu Upin-Ipin berziarah ke kuburan ayah dan ibunya.

Mengapa mereka gundul?

Waktu itu biaya render (memindahkan animasi menjadi video) mahal sekali. Kami tak punya biaya. Jika Upin dan Ipin diberi rambut akan ada tambahan warna sehingga render menjadi lama dan mahal.

Kampung apa yang menjadi referensi Kampung Durian Runtuh?

Tidak ada. Itu semua fiktif. Semua tokoh juga fiktif.

Termasuk karakter Atok Dalang dan Opah?

Pengisi suara Tok Dalang itu saya, Opah itu istri saya. 

Kampung Durian Runtuh dihuni oleh anak-anak dari berbagai etnis. Itu memang sengaja dibuat seperti itu?

Iya. Ini pesan moral Upin & Ipin. Tapi sejak awal saya dan istri saya sudah sepakat tidak boleh ada petuah. Yang boleh memberikan petuah hanya Tok Dalang dan Opah. Anak-anak tak boleh membuat pernyataan yang berpetuah. Jadi, kalau sekarang penulis skrip menyisipkan petuah dari Upin dan Ipin, pasti istri saya akan coret.

Sampai sekarang Anda dan istri yang memberi persetujuan akhir skrip?

Iya. Terutama istri saya. Sekarang dibantu anak.

Ada berapa animator sekarang?

Sekitar 600. Awal-awal mendirikan Les’ Copaque hanya enam orang. Lalu berkembang menjadi 40.

Ada satu tokoh, Bang Saleh, yang karakternya seorang gay. Tidak ada yang protes?

Ada seorang ustad yang kirim surat ke saya. Dia bilang, karakter Bang Saleh memberikan pengaruh buruk kepada anak-anak. Dia minta saya tak menampilkannya lagi. Saya balas suratnya dengan mengatakan orang seperti Bang Saleh ada di sekitar kita. Mereka juga manusia. Kami tak pernah memberikan dia pakaian perempuan. Dia tetap laki-laki. Upin dan Ipin pun selalu memanggil dia “abang”.

Upin dan Ipin menjadi fenomena global. Apa perasaan Anda?

Ya, alhamdulillah.

Setelah Upin & Ipin, apalagi yang Anda buat?

Ada Pada Zaman Dahulu, Putri Kasturi, dan Upin-Ipin Iqra tentang ustad yang mengajar mengaji anak-anak kampung Durian Runtuh. Namanya Ustad Hamzah. Itu betul-betul ada orangnya, imam di masjid negeri. Dia orang Thailand yang menikah dengan orang Malaysia, lalu menetap di sini. (Di kanal YouTube MNCTV, nama asli ustad Hamzah adalah Syeikh Abdul Karim Omar Al-Fatani Almakki).

Omong-omong, berapa valuasi Les’ Copaque?

Lima tahun lalu ada yang menghitung sekitar RM 100 juta (Rp 350 miliar).

Artikel lain:

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus