Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wisata Akhir Pekan

Sebagian pelanggan tetap hotel-hotel di Jakarta adalah turis dari luar negeri yang ingin berjudi. Mereka cukup membayar us$ 2.500 sudah untuk tiket pesawat terbang dan semua kebutuhan di Jakarta.

21 Februari 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TURISME tidak cuma karena tari, tapi juga karena judi. Sekitar 25% pengunjung tiga kasino di Jakarta (Copacabana, Jakarta Theatre dan New Petak Sembilan Amusement Centre), berasal dari luar negeri. Mereka menginap di beberapa hotel mewah di Jakarta. "Wah, kalau penjudi dari Muangthai, bawaannya tas golf atau raket tenis. Bahkan ada yang menyandang kamera segala," ujar Max Matsui, General Manager dari Hotel Sari Pacific Jakarta. Setibanya di hotel, mereka biasanya main golf, atau motret sana motret sini dulu. Baru malam hari, mereka pergi ke kasino. "Tetapi kalau penjudi dari Singapura," lanjut Max Matsui lagi, "begitu taruh kopor di kamar hotel, langsung mereka pergi ke kasino." Kembali ke hotel baru menjelang pagi dan beberapa jam kemudian sudah terbang kembali. Dengan demikian, seperti turis lain, mereka ikut menghidupi hotel. Meskipun kini hotel harus berpikir lain. Hotel Horizon, yang letaknya di tepi pantai Teluk Jakarta dan praktis menyatu dengan Copacabana, menurut General Manager-nya, Leo George, tidak lagi menerima penjudi secara rombongan. "Itu dulu, di tahun 1978, di mana 25% tamu kami adalah langganan kasino," ujar George. Hotel yang punya 314 kamar kini cuma menerima 5 - 8% penggemar kasino ke jumlah kamar yang terisi. "Sebagai ressort hotel, kami ingin mengubah imaji umum," tambahnya, "ialah hotel kami adalah hotel terhormat." Mengubah imaji ini tentu perlu berkorban. karena turis judi adalah langganan yang baik. "Secara potensial, mereka ini pasti bisa bayar," ujar Max Matsui. Di Sari Pacific (jumlah kamar 470 buah dan 87%, dikatakan selalu terisi), "rata-rata ada 30 orang turis judi yang menginap di hotel kami setiap harinya," kata Matsui lagi. Tapi wisatawan judi ini tentu akan habis menjelang April nanti. Kini pun pembatasan sudah diperketat. "Bayarnya sih baik," kata Manager Hotel Jayakarta Tower Dewa P. Della. "Cuma jumlahnya dari golongan penjudi ini kami batasi," tambahnya. Jayakarta biasa menerima tamu penjudi dari Petak Sembilan. Tidak banyak, cuma 1,5% dari jumlah kamar yang terisi. "Masalahnya, lebih banyak pusingnya dari pada untungnya," kata Della lagi. Tamu penjudi, menurut Della, biasa merokok sembarangan, memasukkan teman-temannya yang tidak terdaftar. "Apalagi kalau lagi kalah, waah ulahnya tidak karuan," keluh Della. Beberapa biro pariwisata luar negeri ikut mengatur rombongan penjudi. Para tamu ini biasanya dijemput dengan transportasi khusus di Halim Perdanakusuma. Mereka kemudian bisa memilih hotel yang mereka kehendaki. Dengan sepotong kertas yang disebut voucher, mereka menginap di hotel yang juga menjamin transportasi mereka selama di Jakarta. Sebuah sumber mengatakan, penjudi cukup membayar S$ 2.500 (750.000), dan uang ini meliputi hotel dan tiket pesawat terbang, transportasi gratis selama di Jakarta, tinggal selama week-end (Jumat petang - Senin pagi), termasuk sejumlah chips -- sehingga praktis mereka hidup gratis di Jakarta. Ini yang menarik mereka ke mari. "Dan bermain judi di Jakarta, enakan," kata Hadiwijaya, Manager dari Petak Sembilan. Artinya, fasilitas lebih baik dari tempat judi di Genting Highland, Malaysia atau di mana saja di Asia. Tidak ada 5% potongan untuk pajak ketika chips dibeli. Boleh memilih meja judi yang mereka maui, dan kalau menang, tidak perlu memberi tip alias persen. Berjudi di Jakarta juga tidak seperti di Monaco atau Casino Royale, London. Di sana tamu diharuskan mengenakan jas berekor (untuk pria) dan baju malam resmi (untuk wanita). Di Jakarta para penjudi luar negeri ini bahkan boleh memasuki ruang VIP yang bisa didapat di Jakarta Theatre atau Copacabana. Asal kantung mereka tebal saja. Kini, agaknya, mereka mulai mengalihkan langkah ke Malaysia -- yang memang sudah lama berikhtiar menarik uang dari kunjungan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus