Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wo, di mana kamu ?

Mbok mangunwijoyo di desa ngasemrejo, gunungkidul, melihat gendruwo di malam hari. pak kades membentuk panitia pengusiran gendruwo, memeriksa pohon satu per satu.terakhir membuat hajatan.

20 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MALAM hari. Sepi. Remang-remang. Mbok Mangunwijoyo belum lama tidur bersama cucunya. Tiba-tiba ia tersentak. Matanya yang mulai kurang awas menangkap sesosok bayangan mendekati tempat tidurnya. "Siapa itu," tegurnya. Ia waswas. "Aku, mau ikut tidur," jawab yang ditanyai. Oho, suara suaminya. Hati simbok tenteram. Apalagi, suaminya itu, tidur di sebelahnya, seperti pada setiap malam. Mata Simbok belum terpejam. Ia melihat suaminya turun dari pembaringan. "Mau ke mana, Pakne, malam-malam begini," kata Mbok Mangun. "Mau keluar." Begitu jawaban yang didengar perempuan berusia 65 tahun itu. Mbok Mangun pun bangkit dan bersiap-siap membuka pintu rumah. Bles. Suami Simbok langsung menerobos pintu dan menghilang di kegelapan malam. Padahal, pintu belum dibukakan. Jantung Simbok bagai copot. Setahunya, Pak Mangun tak punya ilmu panglimunan--itu sejenis ilmu menyelinap menembus dinding. Kok, suaminya bisa raib begitu saja. Setelah merenungi sejenak ulah suaminya itu, Simbok pun kian takut. Eh, ia baru sadar, suaminya sejak beberapa hari lalu mengunjungi salah seorang anaknya yang tinggal di Bandung. Jadi, sosok bayangan itu, siapa ya? Siapa lagi kalau bukan gendruwo. Iii... Simbok mengaku tak tidur sepanjang malam itu. Paginya, Simbok menceritakan gendruwo itu. Cerita ini sambung-menyambung dari mulut ke mulut, dari barat ke timur. Desa Ngasemrejo, Playen, Gunungkidul, geger di akhir tahun lalu. Bila malam tiba, penduduk dicekam ketakutan. "Kami sungguh kerepotan, karena ibu-ibu pada cemas," kata Samaniyanto, 40 tahun, tetangga Mbok Mangun, kepada Rustam F. Mandayun dari TEMPO. Karena keresahan menjadi-jadi, dan bisa saja merembet jadi isu macam-macam, Kepala Desa Ngasemrejo, Witosuwarno, turun tangan. Ia tak perlu bikin seminar gendruwo. Bukannya takut tak dapat izin, tapi Pak Kades (Kepala Desa) ini langsung ambil jalan pintas, membentuk PPG singkatan dari Panitia Pengusiran Gendruwo. Ketuanya, ya, dia sendiri. Tapi ada pendampingnya, sekaligus pelindungnya, yaitu Harjosambiyo. Ia seorang dukun, biasa dipanggil Mbah Harjo. PPG bergerak cepat. Mbah Harjo memeriksa satu per satu pohon-pohon besar. Tak ada gendruwo di pohon itu. Mungkin makhluk halus ini tak lagi suka pohon, itu 'kan kuno. Tapi, di mana? Simbah sendiri pening. Akhirnya ia membuat kesimpulan, "gendruwo yang mendatangi Mbok Mangun itu hanya numpang lewat." Tak dijelaskannya lewat mau ke mana dan dari mana. Itu yang membuat penduduk masih dicekam ketakutan. Panitia yang dipimpin Pak Kades ini lalu membuat terobosan baru. Setiap rumah tangga ditarik iuran, Rp 1.000,00 sampai Rp 2.000,00. Uang itu untuk biaya hajatan pada hari Selasa Kliwon. Dan ketika hajatan dilangsungkan, Desa Ngasemrejo bagaikan pesta-pora. Puluhan orang berkumpul, menyantap nasi tumpeng, ayam goreng plus ketupat. Usai makan-makan, setiap warga dibekali empat ketupat, untuk diletakkan di sudut-sudut rumah. Believe or not! Sejak itu penduduk yakin gendruwo tak akan datang lagi, karena sudah kenyang makan ketupat. Sembunyi di mana kamu, Wo?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus