Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Menyingkap guntingan-guntingan

Jakarta : pustaka merdeka, 1987 resensi oleh : Martin Aledia

20 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAESTRO, Menyingkap rahasia sukses Rudy Hartono Oleh : Teguh Budiarto Penerbit: Pustaka Merdeka, Jakarta, 1987, 278 halaman PALING tidak sudah ada dua buah buku mengenai Rudy Hartono. Tetapi ada anggapan bahwa apa yang sudah ditulis mengenai bintang bulu tangkis Indonesia ini masih belum memadai. Terutama kalau diingat prestasinya yang mengesankan. Belum ada orang Indonesia di bidangnya yang bisa mencapai prestasi yang begitu besar dan diakui di tingkat internasional. Sejauh ini hanya dia manusia yang mampu menjuarai All England delapan kali. Kebesaran Rudy Hartono kelihatannya belum diiringi dengan penulisan yang berbobot. Membaca The Greatest, orang akan merasakan kehebatan Muhammad Ali melalui proses fakta yang ditulis dengan menarik. Sebuah buku yang menyangkut riwayat hidup orang besar, seperti Rudy, haruslah mengungkapkan pribadi subyek secara total. Inilah agaknya yang telah mendorong Teguh Budiarto menyusun Maestro. Rudy sesungguhnya adalah sebuah tema besar yang sangat menarik. Sebagai sumber tulisan, dia orang yang sangat gampang didekati, dan kemampuan artikulasinya jauh lebih baik dibanding rata-rata olahragawan Indonesia yang lain. Sayang, penulis terlalu banyak mengandalkan guntingan koran. Buku ini akan bisa menjadi satu hasil pekerjaan yang tinggi mutunya kalau penulis memperdalam apa yang sudah dia peroleh. Mencoba mengetengahkan sesuatu yang baru, sesuatu yang lebih lengkap, dibanding apa yang sudah terekam di halaman-halaman koran. Sehingga, kesan armachair travelogue bisa dihindarkan. Penulis mengambil jalan untuk tidak mewawancarai Rudy Hartono - kecuali meminta sambutan ringkas dari sang Maestro. Ini ia tempuh, agaknya, untuk mencapai obyektivitas tinggi. Ia hendak menampilkan sosok "anak ajaib" itu melalui mata orang lain, seperti ayah, teman sepermainan, tokoh olah raga, pelatih, atau pengurus bulu tangkis. Namun, penulis kelihatannya bak pemain yang kurang rajin mengejar bola dan menyodok dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa memancing detail yang menarik. Pembaca seperti bintang bulu tangkis baru Alan Budikusuma akan kehabisan napas buat menemukan apa sebenarnya rahasia yang telah mengantarkan Rudy Hartono menjadi begitu besar. Menjadi buah bibir. Perjalanan Rudy sebenarnya cukup panjang. Ia mulai menggenggam raket pada usia delapan tahun. Dalam benak pembaca akan terbayang bagaimana ia bergelut untuk menentukan mana yang terpenting antara main bulu tangkis dan sekolah. Menentukan karier untuk hidupnya (dia pernah bercita-cita dan melamar jadi penerbang, sementara ibunya ingin dia jadi dokter) atau bertahan dalam bulu tangkis sebagai seorang pembina yang sampai kini masih dia pegang. Periode dalam hidup Rudy ini merupakan ladang luas dan subur bagi seorang penulis. Sebelum Indonesia menentukan Rudy Hartono dipasang dalam tim Piala Thomas 1982, sebuah seminar besar (tentang bulu tangkis Indonesia) panjang iebar membicarakan kemungkinan dipasangnya Rudy. Padahal, waktu itu usianya sudah 33 tahun. Kita tak tahu perasaan macam apa yang bergalau dalam hati pemain yang tampan ini, ketika dia harus duduk di meja seminar mendengarkan orang-orang penting bulu tangkis memperdebatkan pantas-tidaknya ia terpilih memperkuat tim Piala Thomas yang lima belas tahun lalu dia perkuat dan telah mengantarkan kebesaran untuk namanya. Dengan imajinasi yang tak kenal batas, seorang penulis tentu bisa bercerita panjang dan menarik tentang bagaimana suasana emosi Rudy ketika ia harus menerima keputusan memperkuat tim Piala Thomas 1982. Padahal, ia sudah lama tak berlatih. Yang diketahui sejauh ini bahwa ia berlatih dengan tekun untuk menurunkan berat badannya dan memulihkan daya tahannya, dengan berlari-lari dan shadow - badminton di bukit kecil menyundul di sebelah barat Stadion Senayan. Judul buku ini, bagaimanapun, telah menjadi belenggu bagi penulisnya. Namun, lepas dari kelemahan-kelemahan yang blsa dicatat, Maestro adalah kumpulan catatan bulu tangkis Indonesia yang berharga dibaca oleh para penggemar bulu tangkis. Karena dia merekam peristiwa-peristiwa bulu tangkis yang penting, termasuk politiknya, dalam rentang waktu hampir dua dekade. Seperti yang dikatakan Rudy Hartono sendiri dalam sambutannya (maaf, ada iklan di belakang halaman ini) buku ini, "Akan memperkaya perbendaharaan literatur perbulutangkisan kita yang saya rasakan masih sangat langka." Martin Aleida

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus