Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Partisipasi dalam perjalanan besar

Pengarang : tb simatupang jakarta : bpk gunung mulia, 1986 resensi oleh : s wismoady wahono.

20 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEHADIRAN KRISTEN DALAM PERANG, REVOLUSI DAN PEMBANGUNAN: BERJUANG MENGAMALKAN PANCASILA DALAM TERANG IMAN Oleh : T.B.Simatupang Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1986, 285 halaman BUKU ini berisi 26 pilihan tulisan, berasal dari ceramah dan tulisan Pak Sim sejak 1962 sampai 1985. Isinya mencakup berbagai masalah: politik pendidikan, sejarah, kemahasiswaan, kesehatan, kerja sama antarumat beragama, hubungan Kristen--Islam, hukum, pembangunan nasional. Semuanya menunjukkan minat, kecintaan, dan harapan Pak Sim terhadap sejarah dan pembangunan bangsa dan negara. Bahkan keterlibatannya secara langsung dalam sejarah, arah, dan pembangunan bangsa. Dengan tandas dia katakan, sejarah dan pembangunan bangsa dan negara adalah sebuah long march yang mencakup "tahapan kekuasaan Belanda, peperangan-peperangan setempat ..., proses penguasaan kemodernan . . . selama pergerakan kebangsaan, peperangan kemerdekaan nasional, nation building revolusi dan pembangunan" (hal. 13), menuju "masyarakat industri yang maju adil, makmur, dan lestari berdasarkan Pancasila" (hal. 249). Bagaimana tugas dan tanggung jawab Kristen dalam perjalanan besar sejarah bangsa itu? Masalah inilah yang mendapat porsi paling banyak, seperti tercermin pada judul buku ini. Ia mengatakan, tugas dan tanggung jawab orang dan Gereja Kristen sudah tampak sejak mula, merentang seperti "bcnang merah" sampai sekarang (hal. 276-277). Tugas dan tanggung jawab itu "bagian yang integral dan bangsa kita". Ia menegaskan, dalam "pelayanan atau pengabdian kita dalam Negara Pancasila yang membangun, kita tidak mempunyai cita-cita untuk menegakkan Negara Kristen atau hukum-hukum Kristen", malah sebaliknya "bersama-sama dengan para warga negara yang lain mempergunakan akal yang sehat dan berbagai cabang ilmu pengetahuan . . . untuk memahami persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusia dan masyarakat Indonesia dalam Negara Pancasila yang membangun" (hal. 85 - 86). Ia lalu mengangkat masalah sumber tugas dan tanggung jawab orang dan Gereja Kristen dalam sejarah dan pembangunan bangsa. Ini berarti ia juga mengangkat masalah besar dalam kekristenan, yaitu Gereja dan Masyarakat. Inilah pokok utama dari seluruh tulisan Pak Sim. Dan sumber itu sesungguhnya adalah panggilan masyarakat dan panggilan Tuhan. Lebih jauh ia menegaskan, panggilan Tuhan merupakan motivasi utama dan yang pertama, sehingga orang dan Gereja Kristen bersikap positip, kreatip, kritis, dan realistis dalam menunaikan panggilan tugas dan tanggung jawabnya itu. Tidak kurang dari 34 kali dalam buku ini ditemukan rangkaian empat kata "positip, kreatip kritis, dan realistis" itu. Dalam hubungan Gereja dan masyarakat itu, muncul berbagai pertanyaan menggelitik. Ketika masalah modernisasi ramai dibicarakan pada 1967, ia bertanya "Kenapa masalah modernisasi itu ditonjolkan?" (hal. 50). Jawabnya: "Modernisasi adalah keharusan mutlak untuk menegakkan masyarakat adil dan makmur dan untuk merebut tempat yang wajar bagi bangsa kita dl tengah-tengah bangsa-bangsa modern di dunia sekarang ini dan di masa depan" (hal. 50-51). Masalah itu masih jadi pergumulan sebagian besar masyarakat beberapa tahun kemudian, hingga pada 1985 ia menulis Tantangan Umat Beragama pada Abad Modern (hal. 253 dst.). Ia juga merasa perlu menegaskan, modernisasi tidak sama dengan westermsasl atau kristenisasi (hal. 258). Modernisasi Indonesia hendaknya yang khas Indonesia, yaitu "pembangunan nasional sebagal pengamalan Pancasila" (hal. 207). Dengan demikian, Pancasila jadi andalan masa kini dan masa depan.Dengan pengamalan Pancasila, bisa dihindarkan bahaya militerisme, totaliterisme, dan atheisme. Apakah pembangunan dan modernisasi Indonesia yang demikian itu bisa berhasil? Pak Sim berkali-kali mengemukakan apa yang diistllahkannya "pengharapan dan keprihatinan". Pengharapan, agar pembangunan dan modernisasi berhasil. Keprihatinan, jangan-jangan pembangunan dan modernisasi itu gagal. Berhasil atau gagalnya pembangunan dan modernisasi Indonesia adalah tanggung Jawab bersama semua warga negara, termasuk umat beragama. Dua kali Pak Sim mengajukan pertanyaan yang menggelitik: "Apakah ada perbedaan dalam hasil modernisasi dan industrialisasi di Indonesia di tahun-tahun dan dasawarsa-dasawarsa mendatang, dengan atau tanpa partisipasi gereja (dan agama-agama) dalam pembangunan nasional? (hal. 164, 208). Untuk itu, sejak 1983 ia mengatakan, "Dari organisasi keagamaan yang ada di tengah-tengah masyarakat kita diharapkan jaminan bahwa mereka ikut menjamin kelestarian Pancasila stabilitas nasional, dan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila" (hal. 58). Khusus mengenai orang dan Gereja Kristen, Pak Sim mengatakan, mereka bukan hanya harus, malah terpanggil berpartisipasi secara positip, kreatip, kritis, dan realistis dalam pembangunan nasional, menyingkirkan hal-hal yang menjadi keprihatinan, dan berjuang mencapai dan mewujudkan pengharapan. Untuk itu, universalitas teologi Kristen harus dibarengi dengan kontekstualitas teologi, sekaligus pembangunan kualitas manusia dan kelembagaannya. Buku ini merupakan sumbangan pemikiran yang berharga. Lebih banyak buku yang ditulis seorang tokoh agama seperti ini, sangatlah baik. S. Wismoady Wahono, Dosen STF Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus