Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Lokal yang Tergusur

Pasar Indonesia dibanjiri buah asal Cina. Produk lokal dibebani ekonomi biaya tinggi.

26 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERJALAN terhuyung-huyung, Hisamudin mengangkat tiga kardus jeruk ponkam. Gerah terasa di los buah di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa pekan lalu. Kaus Hisamudin dibasahi keringat. Sudah lima kali dia bolak-balik dari kios buah ke lokasi parkiran mobil sembari mengusung 30 kilogram jeruk. "Biar capek, enggak apa. Mumpung lagi murah," kata pengecer buah di kawasan Klender, Jakarta Timur, itu.

Ponkam, jeruk asal Cina, melimpah-ruah di Kramat Jati. Harganya Rp 7.800 sekilo. Jeruk Medan, pesaing terdekat ponkam, misalnya, Rp 9.500 sekilo. Di Carrefour Duta Merlin, Jakarta Pusat, jeruk ponkam harganya sedikit lebih mahal, Rp 9.800 per kilo, tapi tetap lebih murah dibanding jeruk lokal berukuran sama yang Rp 10.380 sekilo. "Logis kan kalau saya pun memilih membeli jeruk Cina," kata Hisamudin.

Tak hanya jeruk. Apel Fuji, pir Shandong, dan longan atawa lengkeng juga membanjiri pasar, di gang yang becek sampai supermarket kinclong. Hebatnya, aneka buah itu selalu ada tiap waktu. Seperti tak ada jeda musim. Widodo, pemilik kios buah impor di Pasar Induk Kramat Jati, berkisah bahwa dalam sehari dia bisa mendatangkan 2-5 ton jeruk dari Cina. Tiga pekan pertama April ini, pasokan jeruk dari Cina ke Kramat Jati mencapai 300 ton. "Pasokannya stabil tiap minggu," kata Suminto, petugas pendataan di Pasar Induk Kramat Jati.

Data Badan Pusat Statistik berbicara. Tren pasokan buah Cina ke negeri ini memang melonjak. November-Desember tahun lalu, nilai impor buah Cina berlipat tiga kali menjadi US$ 42 juta dibanding periode sebelumnya. Total jenderal, sepanjang 2009, nilai impor buah Cina telah mencapai US$ 390 juta, naik dari tahun sebelumnya, US$ 330 juta.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Achmad Dimyati menjelaskan, Negeri Panda lihai mengoptimalkan industri pertanian. Tenaga kerja yang murah membuat harga buah Cina lebih rendah ketimbang buah lokal. Kondisi geografis Cina juga luas. Bentangan iklimnya komplet, dari tropis hingga subtropis. "Otomatis pasokannya banyak dan beragam," kata Achmad.

Tentu saja tak elok menyalahkan alam sebagai biang kerok buah lokal kalah bersaing. Ekonomi biaya tinggi di negeri ini salah satu penyebab lainnya. "Komponen biaya buah lokal lebih banyak dibanding buah impor," kata Irawan Kadarman, Direktur Urusan Korporat PT Carrefour Indonesia.

Transportasi, umpamanya. Biaya angkut jeruk Medan jauh lebih mahal ketimbang mendatangkan jeruk ponkam. "Itu sudah termasuk berbagai pungutan impor," kata Irawan. Rantai tata niaga buah lokal juga panjang. Perantara penghubung petani dan retail ada di berbagai lini. Tentu saja, biaya jadi bertambah. "Mestinya rantai pasokan diperpendek," kata Irawan.

"Saya sedih menyaksikan buah impor amat melimpah," kata Agusdin Pulungan, Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani Indonesia. Padahal kualitas buah lokal lebih baik dibanding buah asal Cina. Agusdin terang-terangan meragukan kesehatan buah impor itu. "Unsur pestisidanya tinggi," katanya.

Agusdin curiga buah impor diberi bahan pengawet dosis tinggi. Alasannya, buah impor tahan berbulan-bulan, dari kebun, dikapalkan, hingga sampai di pasar, tanpa kisut. Namun Irawan Kadarman menepis kecurigaan Agusdin. "Semua buah impor yang didatangkan jaringan Carrefour harus melalui proses ketat," katanya. "Pemasok diwajibkan memiliki perlengkapan pendingin, chiller dan freezer, yang bagus sehingga buah tetap segar ketika dipajang di depan konsumen."

Derap buah impor terus melaju. Ibarat berlaga di ring tinju bebas, buah lokal tidak dibekali perisai cukup untuk bersaing. Pengenaan proteksi pun tak diperbolehkan lagi setelah Indonesia terikat perjanjian perdagangan bebas. Menurut Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, sejak menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Indonesia sebenarnya sudah menerapkan proteksi nontarif sanitary and phytosanitary. Maksudnya, unsur kesehatan produk pendatang diawasi ekstraketat agar produk dalam negeri lebih leluasa bergerak di pasar. "Ada juga ketentuan karantina lain yang diakui secara internasional," ujarnya.

Tapi banjir buah impor sulit dibendung. Satu-satunya cara memoles pamor buah lokal adalah membenahi tata niaga dan infrastruktur. Hilangkan pungutan serta perbaiki kualitas dan produktivitas agrobisnis. "Masak, buah lokal enggak bisa jadi tuan di rumah sendiri," kata Agusdin.

Impor dan Produksi Buah (Ton)
 20072008
Impor buah502.156,1502.962,7
Produksi lokal15.897.13217.462.706
Jeruk Cina118.808,4143.661,1
Jeruk Lokal2.625.8842.467.632

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus