Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Yang Mengintai di Keramaian

27 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SASARAN penculikan paling sering adalah anak-anak dan wanita. Lokasi paling rawan penculikan, khususnya terhadap anak, justru tempat umum, keramaian. ”Hampir semua aksi penculikan anak dilakukan di tempat umum,” kata kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala.

Inilah tempat yang kerap dipakai para penculik beraksi:

Pusat belanja atau tempat wisata Di tempat ini biasanya penculik memanfaatkan kelalaian pengawasan terhadap anak.

Modus operandi:

  • mengiming-imingi hadiah atau pura-pura akan membelikan sesuatu.

    Tempat sepi

  • Lokasi yang aman bagi penculik untuk menjalankan aksinya. Korban biasanya wanita yang sedang berjalan sendiri atau pulang kerja pada malam hari.

    Sekolah Paling rawan sebagai tempat penculikan anak. Penculikan kerap terjadi pada jam pulang sekolah.

    Modus operandi:

  • Menjemput dengan alasan disuruh orangtua korban.
  • Mengiming-imingi hadiah seperti uang, permen, atau mainan.
  • Pura-pura mengajak pergi ke tempat wisata atau pusat belanja.

    Di pinggir jalan

  • Tempat ini sangat memungkinkan penculik untuk segera kabur setelah berhasil mendapat korban. Penculikan Raisah, putri pengusaha Ali Said, 15 Agustus lalu, dilakukan di jalan. Penculik langsung ”tancap gas” dengan kendaraan bermotor setelah mendapatkan buruannya.

    Di dalam Taksi

  • Penculikan ini biasanya dialami wanita. Motif utamanya merampok korban.

    Penculikan Anak Sepanjang Tahun

    Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat, sepanjang 2006 lalu terjadi 87 kasus penculikan terhadap anak-anak. Sampai Agustus 2007 sudah terjadi 39 kasus penculikan.

    2006 Jumlah kasus: 87 Motif Minta uang tebusan (ekonomi): 48 Perdagangan eksploitasi seksual komersial anak: 25 Kekerasan seksual: 14 Kondisi korban: Hidup: 76 Meninggal: 11

    2007 Jumlah kasus: 39 Motif Minta uang tebusan: 34 Perdagangan eksploitasi seksual komersial anak: 3 Kekerasan seksual: 2 Kondisi korban: Hidup: 38 Meninggal: 1

    Apa yang dilakukan jika anak Anda diculik?

    Semua orang tua yang anaknya diculik tentulah panik. Kendati demikian, harus segera berpikir jernih dan bertindak cepat.

    1. Segera lapor polisi Sebagian besar keluarga korban penculikan biasanya tidak terlalu yakin bisa menyelamatkan korban dengan melapor ke polisi. Menurut Adrianus Meliala, ini terjadi karena masih sedikit polisi yang punya kemampuan spesifik mengatasi tindak penculikan. Misalnya kemampuan bernegosiasi dengan penculik. Meski demikian, lapor ke kepolisian terdekat adalah hal yang harus dilakukan.
    2. Jangan serahkan ”uang tebusan” Jangan sekali-kali memberikan uang tebusan kepada penculik. Jika permintaan itu dituruti, penculik bisa terus menuntut jumlah lebih banyak. Dari berbagai kasus penculikan, hampir tidak ada korelasi antara uang tebusan dan pembebasan korban.

    Menghindari Penculikan

    Penculikan bisa dicegah jika kita selalu siap mengantisipasi. Berikut beberapa tips:

    Beri anak-anak pengertian:

    • Pulang sekolah langsung ke rumah, dan jika pergi bermain wajib memberi tahu orangtua.
    • Hati-hati terhadap orang tak dikenal, dan jangan terlalu percaya pada orang tak dikenal atau sok akrab.
    • Jangan mudah tergiur bujuk rayu, entah dari orang yang pernah dikenal, apalagi tak dikenal.
    • Dari penculikan yang terjadi selama ini, penculik justru bekas orang dekat atau masih ada ikatan keluarga tapi sedang berkonflik dengan keluarga korban.
    • Ajari anak agar segera menghindar jika ada orang menawarkan sesuatu (uang, permen, cokelat, mainan) atau mengajak pergi ke suatu tempat.

    Hindari tempat sepi Sebisa mungkin hindari melintas di tempat atau jalan sepi, terutama jika sendirian. Pilih jalan lain yang lebih ramai.

    Jangan tampil mencolok Jangan memakai perhiasan (kalung, anting, gelang) atau alat elektronik (telepon genggam) yang mencolok.

    Berteriak minta tolong Jika ada orang yang memaksa kita ikut atau menuruti kemauannya, berteriaklah minta tolong sekeras-kerasnya.

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus