Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Komplotan dari Negeri Seberang

27 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI bukan kisah penculikan balita. Zainal Ganda Saputra, begitu namanya, adalah lelaki dewasa, pengusaha batu bara dari Papua. Datang ke Jakarta 27 Juli lalu untuk urusan dagang, dia menginap di Hotel Sheraton, Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Sejumlah agenda pertemuan dengan mitra bisnis sudah disiapkan.

Tapi nasib nahas datang mendahului. Dia diculik sekawanan orang di hotel itu. Uang, telepon seluler, dan perhiasan dipreteli. Sesudah itu, para penculik meminta uang tebusan Rp 1,9 miliar. Jika uang tidak diberikan, nyawa Zainal terbang ke alam baka.

Keluarga Zainal yang gemetaran lalu mengirim uang tebusan sebanyak yang diminta. Saat Zainal dibebaskan, polisi mencokok Moe Maria Kristin alias Sopia, 52 tahun, dan Martha Martina Nefilanda, 24 tahun, di daerah Karawaci, Tangerang, Banten.

Dari pengakuan Sopia, polisi akhirnya tahu bahwa aksi penculikan ini dimotori Robert Seng, warga Singapura. Robert melakukan penculikan bersama seorang warga Filipina bernama Carlos Lacarina.

Ketika keduanya beranjak pulang ke negaranya lewat Bandara Soekarno-Hatta, 28 Juli lalu, polisi menggerebek mereka. Carlos bisa dibekuk, tapi Robert keburu terbang.

Penyidik dari Kepolisian Daerah Metro Jaya tak mau kalah langkah. Mereka langsung meminta Polisi Internasional (Interpol) Markas Besar Kepolisian RI mengirim red notice ke Manila. ”Hari itu juga kami langsung mengirim red notice ke kepolisian Manila,” kata Komisaris Besar Beni Mamoto, anggota Interpol.

Polisi Filipina langsung bergerak. Robert ditangkap di rumah istrinya di Makati, Manila. Dipimpin Kepala Satuan Reserse Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Reza Calvian Gumay, tim Polri bergerak ke sana.

Tim ini 30 menit bertemu dengan Robert di Rumah Tahanan Camp Bagong yang terletak di Metro Manila. Dari negosiasi dengan pemerintah Filipina, dipastikan Robert bakal diekstradisi ke Jakarta dalam waktu dekat.

Sumber Tempo di kepolisian menuturkan kelompok Robert ini cukup profesional. Anggota mereka lintas negara: Filipina, Singapura, dan Indonesia. Kelompok ini mengincar para tamu di hotel mewah. ”Di Indonesia, mereka punya kaki-tangan orang lokal.”

Kelompok ini umumnya melakukan pemerasan terhadap korbannya. Jika uang pemerasan itu tidak cukup, mereka melakukan aksi penculikan dengan target uang tebusan.

Aksi mereka cukup rapi. Sebelum uang tebusan dikantongi, jalur kabur sudah disiapkan. Untung, Robert kabur ke Filipina, ”Kalau ke Singapura, sulit kita memulangkannya,” ujar sang sumber.

Jika kasus seperti ini terjadi, kata sumber itu, salah satu langkah yang dilakukan polisi adalah menutup seluruh akses ke Negeri Singa itu. Langkah itu dilakukan karena perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan Singapura hingga kini belum final.

Adanya sindikat internasional itu dibenarkan Ajun Komisaris Besar Carlo Tewu, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Empat pelaku penculikan, kata Carlo, berasal dari tiga negara. ”Bagaimana mungkin mereka melakukan penculikan bersama kalau tidak berkomplot?” kata Carlo.

Martina dan Sopia, kata Carlo, memang tidak punya catatan kriminal sebelumnya: mereka cuma kaki-tangan. Carlo Tewu memastikan, ”Otak komplotan ini adalah Robert Seng.”

Martina membantah terlibat. Dia mengaku tidak mengenal Robert Seng. ”Yang kenal Robert tante saya, Sopia. Itu pun dia tidak tahu rencana penculikan ini,” kata Martina.

Tapi, menurut polisi, Moe Maria ikut serta saat Robert dan Carlos menculik Zainal. Dia yang menyetir mobil sewaan, juga ikut mengambil uang tebusan.

Wenseslaus Manggut, Ibnu Rusydi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus