Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kacamata baru farid harja

Album farid harja yang ketiga "terbuka tirai jendela cintaku" mengkombinasikan watak jazz dengan suara yang tinggi dan nge-rock. ada yang manis, ada yang bagai dipaksa.

12 Desember 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERBUKA TIRAI JENDELA CINTAKU Lagu/lirik: Farid Harja Aransemen: Billy J. Budiarjo Produksi: Jackson Records PENDATANG baru bermunculan dalam bisnis musik pop di sini -- dan banyak yang laris. Mungkin karena itu biang-biang yang lama terpanggil kembali. Kini Farid Harja--sarjana gendut botak dari Sukabumi yang terkenal sangat keranjingan kacamata itu - unjuk diri lagi. Berbeda dengan kedua albumnya terdahulu, Karmila (yang membuatnya kesohor) dan Milarka (1978), Terbuka Tirai Jendela Cintaku cenderung ngejazz. Sampul album yang barusan beredar itu misalnya, yang mengingatkan pada sampul Hotter Than July Stevie Wonder -- biang jazz rock yang dikagumi Farid sekilas menunjukkan corak musiknya kini. Setidak-tidaknya, ke sanalah Billy J. Budiarjo mengarahkan seluruh aransemennya. Mungkin selera pasar belakangan ini yang sudah terbuka untuk jenis yang satu itu, ikut menggiringnya. Wajar. Paling kurang, itulah arti kacamata baru Farid--yang digantungi bandulan kunci --dalam menghadapi publik. Karena itu juga wajar, jika yang terdengar di kuping bagai bunyi dari dua jurusan yang sengaja dihalau untuk berkumpul di pita kaset. Sebab aransemen yang ngejazz itu--harus diakui lumayan rapi--ternyata tak gampang dipadu dengan jenis suara Farid yang tinggi, sarat dengan vibrasi dan nge-rock. Tak pada semua lagu, memang. Di sisi A, nomor yang dijadikan judul album, dan bertingkah dalam mainan gitar bas Jazz rock yang khas, cukup merangsang. Tapi yang paling asyik--yang paling pas bagi vokal si penyanyi--adalah lagu kedua, Tak Berapi Tak Berasap. Yang bergerak dalam swing lincah dengan hembusan alat tiup meriah--antara lain saksofon Embong, tukang tiup beken dalam jazz di sini. Tapi irama ini pada nomor yang lain malah hambar. Pada sisi B, Kenadri dan sebuah nomor lembut yang judulnya bagai dongeng kanak-kanak, Putri Anggur & Tuan Mentari, terbilang manis. Aransemen pada yang terakhir itu merupakan satu-satunya yang tak dipaksa ngejazz. Karena itu terasa sebagai yang paling wajar. Mengalir lancar dan tak pontang-panting mengejar harmoni. Yudhistira ANM Massardi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus