TERBUKA TIRAI JENDELA CINTAKU
Lagu/lirik: Farid Harja
Aransemen: Billy J. Budiarjo
Produksi: Jackson Records
PENDATANG baru bermunculan dalam bisnis musik pop di sini -- dan
banyak yang laris. Mungkin karena itu biang-biang yang lama
terpanggil kembali. Kini Farid Harja--sarjana gendut botak dari
Sukabumi yang terkenal sangat keranjingan kacamata itu - unjuk
diri lagi.
Berbeda dengan kedua albumnya terdahulu, Karmila (yang
membuatnya kesohor) dan Milarka (1978), Terbuka Tirai Jendela
Cintaku cenderung ngejazz. Sampul album yang barusan beredar itu
misalnya, yang mengingatkan pada sampul Hotter Than July Stevie
Wonder -- biang jazz rock yang dikagumi Farid sekilas
menunjukkan corak musiknya kini. Setidak-tidaknya, ke sanalah
Billy J. Budiarjo mengarahkan seluruh aransemennya.
Mungkin selera pasar belakangan ini yang sudah terbuka untuk
jenis yang satu itu, ikut menggiringnya. Wajar. Paling kurang,
itulah arti kacamata baru Farid--yang digantungi bandulan kunci
--dalam menghadapi publik.
Karena itu juga wajar, jika yang terdengar di kuping bagai bunyi
dari dua jurusan yang sengaja dihalau untuk berkumpul di pita
kaset. Sebab aransemen yang ngejazz itu--harus diakui lumayan
rapi--ternyata tak gampang dipadu dengan jenis suara Farid yang
tinggi, sarat dengan vibrasi dan nge-rock.
Tak pada semua lagu, memang. Di sisi A, nomor yang dijadikan
judul album, dan bertingkah dalam mainan gitar bas Jazz rock
yang khas, cukup merangsang.
Tapi yang paling asyik--yang paling pas bagi vokal si
penyanyi--adalah lagu kedua, Tak Berapi Tak Berasap. Yang
bergerak dalam swing lincah dengan hembusan alat tiup
meriah--antara lain saksofon Embong, tukang tiup beken dalam
jazz di sini. Tapi irama ini pada nomor yang lain malah hambar.
Pada sisi B, Kenadri dan sebuah nomor lembut yang judulnya bagai
dongeng kanak-kanak, Putri Anggur & Tuan Mentari, terbilang
manis. Aransemen pada yang terakhir itu merupakan satu-satunya
yang tak dipaksa ngejazz. Karena itu terasa sebagai yang paling
wajar. Mengalir lancar dan tak pontang-panting mengejar harmoni.
Yudhistira ANM Massardi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini