BARU lewat pukul enam pagi, pertengahan Juli, sebagian anak-anak kelas I SD Lebakadi I, Kecamatan Sugio, Lamongan, sudah berada di halaman sekolah. Muncul tiba-tiba mobil ambulans membawa tiga orang berseragam putih. "Anak-anak, kami datang untuk menyuntik kalian, supaya sehat," kata salah seorang yang mengaku bernama Yasumar. Mendengar akan disuntik, anak-anak desa itu ketakutan. Pintu kelas belum dibuka. Tapi anak-anak tahu, ada pintu belakang yang biasanya tidak dikunci. Ke sanalah mereka lari, ngumpet di ruang kelas. Tapi, begitu sekelompok anak berada di ruang kelas, Pak Yasumar ternyata sudah berada di situ, entah bagaimana, bersama dua kawannya. Enam belas anak yang terjebak itu pun terpaksa merelakan diri mereka disuntik. Dan gaduh -- ada yang menangis kesakitan, ada yang menangis karena takut saja. Ketika Pak Rodi, kepala sekolah, datang, tiga juru suntik itu sudah pergi. "Saya kaget sekali. Siapa yang menyuntik?" tutur Pak Rodi. Lha, siapa? "Pak Yasumar dengan dua kawannya, Pak," sahut murid-murid. "Oh Pak Yaumar! Bukan Yasumar. Pak Yaumar itu kepala puskesmas Kecamatan Sugio," kata Pak Guru. Tapi kenapa tak minta izin? Kenapa pagi-pagi sekali? Kenapa sebagian anak saja yang disuntik? Pak Rodi pun datang ke puskesmas, mencari Yaumar. Yang dicari kaget. Yaumar diminta datang ke sekolah. "Bapak ini yang menyuntik kalian?" tanya Pak Rodi. "Bukan! Bukan! ...." Lalu mereka menerangkan: Pak Yasumar atau Yaumar itu badannya tinggi besar. Membawa ambulans. Yaumar semakin kaget. "Tak mungkin ada petugas datang menyuntik tanpa minta izin puskesmas. Apalagi membawa ambulans. Ambulans dari mana?" Lah, lah. Pengusutan macet. Rodi lalu melaporkan peristiwa unik ini ke Muspika Sugio. Laporan diteruskan ke Kabupaten Lamongan. Petugas keamanan dikerahkan ke dekat lokasi sekolah. Siapa tahu ada apa-apanya, bukan ? Lalu muncul Mu'in, 60, yang dikenal tahu ilmu gaib. Mu'in sampai pada kesimpulan: tiga lelaki penyuntik itu jin semua. Ambulans itu juga ambulans jin. Buktinya, kata anak-anak, tak ada bekas bannya. Kok bisa, ya? Di sebelah sekolah itu, dulu, ada gerumbul yang dihuni masyarakat jin. Raja jin di sana namanya Harun Sawabi, kata Mu'in. Gerumbul itu sudah dibongkar penduduk. Dan para jin yang sudah tidak di situ, rupanya, iseng-iseng bikin acara. Anda barangkali mengharapkan, pengusutan lebih lanjut akan membuktikan ketidakbenaran cerita itu. Sayang, itu tidak terjadi. Tidak dilakukan, misalnya, pemeriksaan darah anak-anak itu -- eh, kalau-kalau suatu obat atau cairan tertentu. Hanya, mengenai jin itu Pak Rodi bertindak bijak. Ia tak mau anak-anak didiknya pada takut. "Kalian jangan takut kepada jin. Belajar agama yang baik. Jin tidak berani kepada manusia yang taat sembahyang." Dan anak-anak menurut. Sampai akhir Agustus lalu, para jin itu memang tak muncul lagi. Apa karena orang sembahyang memang mendatangkan hawa panas, bagi jin yang jahat? Atau karena para jin sudah merasa cukup bikin surprise? Atau karena mereka, di sana, tidak mendapat pinjaman ambulans lagi, sesudah dulu dipakai buat main-main? Putu Setia, Laporan Topie Hidayat, Syahril Chili, Didi Sunardi, Rizal Effendi, Choirul Anam
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini