SEBENARNYA Tulus Warsito dikenal sebagai tokoh seni lukis batik. Khususnya sebagai salah seorang pembaru dalam seni lukis ini. Namun, pada pameran tunggalnya di Wisma Seni Nasional, Gambir, Jakarta, pekan lalu, sebagian besar karya yang tampil lukisan akrilik. Dengan pameran itu, Tulus membuka sikap keseniannya yang sekaligus menjadi ralat bagi citra umum yang menempel padanya. Tulus seorang seniman yang tidak terpaku hanya pada satu media pengungkapan. "Media itu sesungguhnyalah tanpa batas," begitu bunyi pernyataannya di katalog pameran. Tulus, seniman yang percaya pada pendapat bahwa seni memerlukan eksplorasi. Ia termasuk di antara seniman yang mengkhawatirkan keadaan mapan. Inilah dasarnya mengapa ia merangkul berbagai jenis media dan bermacam-macam kecenderungan berkarya. "Kita perlu menciptakan banyak pilihan," katanya. Sikap Tulus adalah salah satu kutub dari dua pendapat yang bertentangan. Kutub pendapat yang lain percaya, seorang seniman seharusnya setia hanya pada satu gaya dan keyakinan berkarya. Dalam pertentangan pendapat ini, sikap seperti Tulus dianggap tidak mungkin mencapai kematangan dan kedalaman. Sikap ini umumnya dinilai mencerminkan sikap tidak yakin senimannya atau tak punya konsep. Kekhawatiran itu menandakan salah paham. Tidak selalu sikap berubah-ubah dalam berkarya mengacu pada ketidakyakinan. Dan Tulus sebuah contoh. Dalam semua karyanya terlihat penjelajahan Tulus sebenarnya berakar pada satu acuan. Segera terlihat ada kesamaan di antara lukisan batik dan lukisan akrilik yang dibuatnya. Kesamaan itu berasal dari kecenderungan Tulus mengolah aspek bentuk (rupa) dalamnya. Sikap ini terlihat pada cara ia menyebutkan kategori nya, yaitu plastic art. Kepercayaan pada pengolahan aspek bentuk adalah salah satu kecenderungan besar dalam perkembangan seni rupa modern. Konsepsi ini yang paling banyak mendasari lahirnya berbagai corak karya abstrak. Kredo yang dominan dalam kecenderungan ini adalah menggali kekayaan aspek rupa -- warna, kualitas permukaan, plastisitas bentuk. Dalam perkembangan seni rupa, kecenderungan ini ternyata menyajikan eksplorasi yang sangat kaya, dan menghasilkan berbagai kreasi yang mengejutkan. Tulus tampaknya memulai penjelajahan bentuk itu dari permainan garis -- melalui teknik gambar, melukis, dan membatik. Beberapa sketsa yang dipamerkan menunjukkan kenyataan ini. Beberapa lukisannya, Kembang Kobong, Perjalanan ke Corona, Boeing 777, masih menampilkan jejak kecenderungan ini. Terdapat Torehan garis sangat ramai pada lukisan-lukisan ini. Umumnya menjadi latar belakang dalam bentuk tekstur berpola. Kecenderungan membuat garis ini menghela eksplorasi Tulus dengan cat minyak dan akrilik. Lukisannya kemudian tidak melahirkan sapuan-sapuan kuas yang melebar, melainkan garis-garis cat yang tebal. Garis-garis cat ini -- sebagian berbentuk pelototan cat -- dalam lukisan Tulus bertumpuk membentuk lapisan-lapisan kumpulan garis. Dalam persepsi Tulus, lapisan-lapisan ini membentuk ruang. Perkembangan yang kemudian menentukan ciri khasnya, ia menegaskan persepsi ruang dalam melihat tumpukan garis itu. Tulus menambahkan bayangan -- dengan cat semprot atau air brush -- di bawah garis-garis yang dilihatnya menumpuk. Dan terbentuklah citra tiga dimensi yang sangat unik pada lukisan dua dimensionalnya. Betapapun pengamat berusaha membangun kesadarannya sedang menghadapi bidang dua dimensi, citra visual akan memaksa kesadaran itu menyimpulkan mata sedang berhadapan dengan obyek tiga dimensional. Hampir semua lukisan Tulus menampilkan permainan ini. Tulus melanjutkan eksplorasinya. Dalam lukisan Pemain Sirkus, ia mengolah citra ruang dengan paduan garis-garis warna, yang dikenal sebagai supergraphics. Ini permainan "tipu mata" yang lain. Permainan warna ini biasanya diterapkan untuk mengubah struktur ruang. Lalu di atas komposisi warna itu ia menerapkan permainan "garis dan bayangan" hasil temuannya. Lukisan ini kemudian menjadi kaya dengan permainan ruang yang imajiner, namun nyata secara visual. Tulus kemudian mencoba mengembangkan permainan ruang itu dengan mengintervensi kanvas. Dalam beberapa lukisannya ia mencoba menyobek dan melubangi kanvas. Namun, di sini barangkali terletak batas permainan bayangbayang Tulus. Permainan tiga dimensi yang kongkret ini mengacu ke penjelajahan yang sama sekali lain dan belum tentu cocok dengan permainan garis bayangan. Sobekan yang tidak menipu itu tidak melahirkan sensasi visual yang unik. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini