JIKA murid kurang, ini ancaman untuk sekolah. Dan inilah yang dialami SMA Pembangunan IV Playen di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Tahun lalu, murid yang mendaftar di sekolah milik Yayasan Maarif Nahdlatul Ulama itu cuma 45 siswa, atau setengah dari daya tampung yang terjaring. Tahun ini lebih buruk lagi, setelah sebuah SMA negeri muncul di Kecamatan Playen. Bahkan, sembilan SMA swasta yang ada di sana ketar-ketir, termasuk SMA Pembangunan IV yang telanjur menambah kelas dari tiga menjadi lima itu. "Bagaimana tidak bingung. Selama 34 tahun saya mengajar di sini, baru sekarang sekolah ini kekurangan murid," kata Drs. Surachmat, 54 tahun, kepada R. Fadjri dari TEMPO. Lantas kepala sekolah itu berembuk dengan pengurus yayasan. Karena tak sanggup menyaingi kehadiran SMA negeri itu kemudian diputuskan dengan membaca zikir bersama. "Jika dekat dengan Tuhan, insya Allah, upaya kami ini diridhai-Nya," ujar bapak empat anak itu. Pada malam Jumat Paing, 13 Juni lampau, berkumpul 25 orang (sebagian ulama, pengurus Yayasan Maarif) di ruangan guru yang berukuran 2,5 x 4 meter. Haji Muhammad Yusuf, 50 tahun, ditunjuk memimpin zikir. Di bawah temaram lampu 25 Watt, serta ditingkahi suara jangkrik, mengalunlah bacaan Alfatihah, dan ya lathiif, ya waliyyu, ya shahiidu masing-masing seribu kali. Di akhir zikir, seorang pria menyerahkan segelas air putih kepada Haji Yusuf. Setelah "diberkati" ulama ini, air yang diambil dari gentong itu diserahkan kepada seorang guru. "Malam ini juga, siramkan air ini ke sekeliling pekarangan sekolah," pesan Haji Yusuf. Selama dibuka pendaftaran baru, ia juga meminta hadirin melakukan salat tahajud tiap malam. Toh doa saja tak cukup. Lalu Surachmat mendatangi tiap kepala sekolah SMP di Playen, supaya mereka menganjurkan eks siswanya mendaftar di SMA Pembangunan IV. Bahkan, ia mengiming-imingi 36 guru, 186 murid, dan wali murid. Murid yang membawa tiga calon siswa dibebaskan bayar SPP satu bulan Rp 5.000. Jika berhasil membawa enam calon siswa, uang sekolahnya gratis dua bulan. Sedangkan guru dan wali murid yang berhasil menjala calon siswa mendapat separuh uang pendaftaran yang Rp 2.500 per orang. Senin pekan lalu, dibuka pendaftaran murid baru. Setelah dua hari, hanya tujuh calon siswa mendaftar. "Rupanya, kami harus lebih banyak berusaha, berdoa, dan bersabar," kata Surachmat. Ini persis seperti kata pepatah: manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan. Termasuk membuat sekolah itu bermutu, sehingga tak keder bersaing. Betul kan, Pak?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini