Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua gambar yang diklaim sebagai penderita penyakit cacar monyet karena virus Mpox diunggah oleh akun Facebook ini [arsip]. Konten tersebut memuat klaim bahwa anak-anak dilarang ke tempat umum untuk mencegah penularan Mpox.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Narasi konten tersebut yakni: “Tetap jaga kebersihan dan hindari hewan seperti anjing, kucing dan lain-lain. Ini virus model baru. Tetap waspada. Anak-anak jangan dibawa ke tempat umum atau rekreasi umum. Penanganan ini sudah pakai standar Covid-19, belum ada obatnya.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benarkah ini virus baru dengan pencegahan dan penanganan seperti pandemi COVID-19? Benarkah anak-anak tidak boleh dibawa ke tempat umum agar terhindar dari Mpox?
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa pencegahan dan penanganan wabah Mpox berbeda dengan COVID-19. Melarang anak-anak untuk pergi tempat umum, seperti tempat wisata, bukan langkah untuk menghindarkan anak-anak dari virus Mpox.
Menurut peneliti virus dari Universitas Airlangga, Dr. Arif Nur Muhammad Ansori, M.Si, virus Mpox bukanlah jenis virus baru karena telah lebih dulu ditemukan di wilayah Afrika, dibandingkan COVID-19 yang berkembang di akhir Desember 2019. Bentuk penularan Mpox juga berbeda dengan COVID-19. jelas keliru. Penularannya juga jauh berbeda dengan Covid-19. “Mpox sudah diketahui sejak lama dan sering ditemukan di wilayah Afrika,” kata Arif kepada Tempo, Selasa, 10 Desember 2024.
Pusat Pencegahan dan Penanganan Penyakit Amerika Serikat atau Centers for Disease Control and Prevention melansir, virus penyebab Mpox ditemukan pada tahun 1958 ketika dua wabah penyakit mirip cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian. Meskipun awalnya diberi nama "cacar monyet" sumber penyakit tersebut masih belum diketahui. Para ilmuwan menduga hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia (seperti monyet) mungkin mengandung virus tersebut dan menginfeksi manusia.
Kasus pertama mpox pada manusia tercatat pada tahun 1970 di wilayah yang sekarang menjadi Republik Demokratik Kongo. Pada tahun 2022, mpox menyebar ke seluruh dunia. Sebelumnya, kasus mpox di tempat lain jarang terjadi dan biasanya terkait dengan perjalanan atau hewan yang diimpor dari daerah endemik mpox.
Menurut Arif, klaim bahwa Mpox ditularkan oleh hewan peliharaan seperti anjing atau kucing juga tidak akurat. Sebab Mpox adalah penularan penyakit tersebut terjadi melalui kontak langsung dengan hewan liar yang terinfeksi seperti primata atau tikus, bukan melalui hewan peliharaan domestik yang ada di sekitar kita.
Selain itu, menurut Arif, cara pencegahan mpox dengan melarang anak-anak dibawa ke tempat umum adalah keliru. Menurut dia, penularan antar manusia terjadi melalui kontak erat dengan lesi kulit, cairan tubuh, atau benda yang terkontaminasi, bukan melalui udara atau interaksi dengan hewan peliharaan.
“Oleh karena itu, penting untuk tidak panik dan tetap mengikuti pedoman kesehatan yang tepat, seperti menjaga kebersihan tangan, mengenakan pelindung saat berinteraksi dengan orang yang terinfeksi, serta melaporkan kasus yang dicurigai kepada otoritas kesehatan setempat,” katanya.
Spesialis Dermato Venereologi dan Estetika RSPI Sulianti Saroso, dr. Ni Luh Putu Pitawati memaparkan, transmisi atau penularan virus cacar monyet atau mpox melalui kontak langsung dengan hewan maupun manusia yang terinfeksi bisa melalui benda yang terkontaminasi oleh virus tersebut. Ia menjelaskan penularan juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin menyebabkan mpox bawaan atau kontak erat selama dan setelah kelahiran. Sementara penularan melalui cairan ketuban, ASI atau darah belum diketahui pasti.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan fakta, Tim Cek Fakta Tempo menyimpulkan bahwa Mpox sebagai virus baru dan anak-anak dilarang dibawa ke tempat umum agar tidak tertular adalah keliru.
TIM CEK FAKTA TEMPO
Cek Fakta Tempo telah hadir selama lima tahun membantu publik menghadirkan informasi yang sesuai fakta, serta melawan misinformasi dan disinformasi. Kami membutuhkan masukan Anda agar cek fakta Tempo terus relevan menjawab kebutuhan pembaca serta menghadapi tantangan disinformasi yang semakin kompleks. Semoga Anda bisa meluangkan waktu selama 5 menit untuk mengisi survei pada tautan ini.
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]