Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebuah video beredar di Instagram [arsip] dan YouTube berisi klaim bahwa vaksin COVID-19 mengandung zat yang disebut luciferase. Zat ini disebut mirip GPS yang bisa menunjukkan lokasi orang yang telah divaksin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Video itu memperlihatkan wanita berdiri di balik sebuah podium yang berbicara soal vaksin COVID-19. Dia mengatakan, vaksin berbasis mRNA mengandung zat-zat yang dapat diterima oleh sistem imun atau sistem kekebalan tubuh termasuk mengandung luciferase yang juga mereka sebut SM-102.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, benarkah vaksin COVID-19 mengandung luciferase?
PEMERIKSAAN FAKTA
Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 tidak mengandung zat luciferase (SM-102). Dilansir The-scientist.com, dalam artikel yang ditulis Priyom Bose PhD, luciferase adalah sekelompok enzim penghasil bioluminesensi, atau sekelompok enzim yang mengoksidasi substrat yang dikenal sebagai luciferin untuk menghasilkan cahaya.
Dari penelusuran para ilmuwan, istilah luciferase pertama kali digunakan oleh ahli farmakologi Prancis Raphael Dubois pada abad ke-19. Namun, sesungguhnya bioluminesensi pada hewan-hewan yang mengeluarkan cahaya, telah diamati berabad-abad sebelumnya.
Namun, berdasarkan penelusuran media Voanews.com dan organisasi pemeriksa fakta Snopes.com, vaksin COVID-19 apapun jenisnya tidak menggunakan bahan luciferase. Narasi yang beredar merupakan teori konspirasi untuk mengajak komunitas beragama Kristen yang menganggap lucifer sebagai iblis untuk menolak vaksin.
Menyamakan SM-102 dengan luciferase juga tidak tepat karena keduanya berbeda. SM-102 adalah lipid atau senyawa organik atau berlemak yang tidak larut dalam air, berbeda dengan luciferase yang merupakan sekelompok enzim yang bisa mengeluarkan cahaya.
Daftar bahan pembuatan vaksin COVID-19 yang dipublikasikan University of Colorado Health, Pemerintah Kanada, dan Pemerintah Amerika Serikat, menyatakan tak ada bahan bernama luciferase. Sementara SM-102 hanya digunakan oleh Moderna dalam pembuatan vaksin COVID-19.
Narasi adanya kandungan luciferase dalam vaksin COVID-19 untuk menakut-nakuti umat Kristen agar menolak vaksinasi, ramai setelah dicuitkan koresponden Gedung Putih dari Newsmax, Emerald Robinson pada November 2021, sebagaimana dilaporkan Forbes.com dan Theconversation.com.
Robinson telah menghapus cuitannya, namun jejaknya masih tersimpan. Luciferase memang pernah digunakan untuk mengidentifikasi virus COVID-19, namun tidak dijadikan bahan untuk memproduksi vaksin COVID-19.
Tempo juga menelusuri sumber video yang beredar menggunakan layanan reverse image search dan pencarian dengan kata kunci dari mesin pencari Google. Ditemukan video asli dari klip yang beredar tersebut. Berikut hasil penelusurannya:
Verifikasi Video
Video yang beredar sesungguhnya adalah acara "Health & Freedom Conference" yang digelar di Colorado Springs, negara bagian Colorado, Amerika Serikat, pada September 2021, yang rekamannya dipublikasikan di One America News Network.
Acara itu digelar di bawah komando Michael Flynn, mantan penasihat keamanan Amerika Serikat yang terbukti berbohong dua kali terkait pekerjaannya, sebagaimana diberitakan BBC. Ia adalah orang dekat Donald Trump yang mendapat ampunan atas pelanggaran hukum yang dilakukannya tersebut.
KESIMPULAN
Verifikasi Tempo menyimpulkan bahwa narasi yang mengatakan vaksin Covid-19 mengandung luciferase atau luciferin adalah klaim yang keliru.
Selain itu, luciferase dan SM-102 yang ada dalam vaksin Covid-19 Moderna adalah dua zat yang berbeda.
TIM CEK FAKTA TEMPO
**Punya informasi atau klaim yang ingin Anda cek faktanya? Hubungi ChatBot kami. Anda juga bisa melayangkan kritik, keberatan, atau masukan untuk artikel Cek Fakta ini melalui email [email protected]