Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

5 Temuan Drone Emprit Soal Viral 'Klepon Tidak Islami' di Medsos

Viral postingan 'Kue Klepon Tidak Islami' memperlihatkan hal tampaknya sederhana mudah menyulut kegaduhan gara-gara residu Pilpres 2019.

24 Juli 2020 | 07.35 WIB

Ilustrasi Twitter.  REUTERS/Kacper Pempel
Perbesar
Ilustrasi Twitter. REUTERS/Kacper Pempel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Dunia maya sempat dihebohkan dengan unggahan gambar 'Kue Klepon Tidak Islami' yang membuat warganet di Twitter gempar dan bertanya-tanya mengapa kue tradisional klepon dianggap tak halal. Analis Drone Emprit dan Kernels Indonesia, Ismail Fahmi, membeberkan beberapa temuan menarik mengenai viralnya postingan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Penelusuran jejak digital dilakukan atas unggahan itu berlandaskan beberapa pertanyaan (research question). Di antaranya adalah bisakah mengetahui siapa yang pertama kali menyebarkan? Lalu, jika tidak, bisa tunjukkan siapa yang termakan meme ini, tutur mengamplifikasi, bahkan menambahkan sentimen yang membangun pro-kontra? Serta bagaimana netizen mengomentari viralnya postingan itu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berikut temuan dari penelusuran itu:

1. Sumber gambar

Melalui akun Twitternya @ismailfahmi menuliskan, dalam caption dituliskan seolah unggahan tersebut iklan orang jualan kurma, dengan membangun sentimen negatif kepada klepon. Jika benar ada usaha atau berjualan itu, Ismail berpendapat, foto tidak akan diambil tanpa izin.

Di dalam foto juga terdapat tulisan ‘Yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kamu’. Lengkap dengan nama dan logo toko bernama Abu Ikhwan Aziz.

“Yandex menemukan 2 foto yang mirip sekali. Salah satunya dari sebuah situs di Blogspot,” tulis Ismail, Rabu, 22 Juli 2020. Akun Blogspot tersebut bernama Yummy Corner. “TinEye menemukan 7 sumber yang mirip. Ternyata foto yang sama sudah digunakan di banyak situs.”

2. Tren klepon di media sosial

Drone Emprit mengambil data dari situs berita online, Twitter, Facebook Page, dan Instagram. Hasilnya, paling banyak diperoleh dari Twitter. “Tren pesat diTwitter terjadi mulai pukul 16.00, pada 21 Juli 2020,” kata Ismail.

Tapi tidak berarti dari Facebook sedikit. Menurutnya, keterbatasan akses menyebabkan data terbatas dari Facebook. Ismail juga menyebut percakapan di Facebook sudah ramai lebih dulu pada pagi, baru kemudian disusul pelan-pelan naik di Twitter sebelum pukul 10. 

Di Instagram, Drone Emprit menangkap postingan yang relevan dengan isu klepon pada pukul 02.09. “Berikutnya pelan-pelan mulai banyak postingan di Instagram ketika orang-orang sudah mulai berangkat kerja (jam 8 pagi),” tulis Ismail.

Salah satu yang cukup awal mengunggah di Instagram yang ditangkap Drone Emprit adalah dari akun @kerjabersama_2periode. Foto yang sama dengan yang di Facebook tersebut di beri keterangan: "Kadrun klo dibiarin makin ngelunjak, ...."

Postingan-postingan berikutnya memiliki nadanya serupa, yaitu menunjuk salah satu kelompok tertentu sebagai pembuat iklan tersebut. Sementara tren Awal di Twitter menurut Drone Emprit, data yang didapat postingan awal muncul pukul 05.40, dari akun @zsumarsono, lalu pukul 06:08 oleh @woelannnn, dan seterusnya hingga naik pesat pukul 10.27 oleh @jumianto_RK .

Dan social network analysis awal di Twitter, hingga pukul 10.00, peta percakapan di Twitter belum terlalu ramai, tapi sudah ada beberapa akun yang cukup infuensial. “Tak semuanya setuju dengan isi flyer klepon itu,” kata Ismail.

3. Influencer yang mengunggah

Di Twitter gambar tersebut diunggah pertama oleh @jr_kw19 (51 engagements), @jumianto_RK (39 engagements), @rahman_nashir (23 engagements), @mrsrachelin (13 engagements), dan @SammiSoh (13 engagements).

Cuitan paling banyak di retweet adalah dari akun @jr_kw19 yang membawa adat istiadat nusantara Vs hal yang islami. “Saya cek postingan sudah dihapus, ternyata API Twitter masih ngasih,” kata Ismail. Lalu @jumianto_RK juga sama menyebut soal adat istiadat dan budaya nusantara disini.

Untuk data sehari penuh, social network analysis memperlihatkan percakapan yang sangat ramai. Isu klepon ini tidak hanya menjadi isu mereka yang pro-kontra (residu pilpres), tapi juga akun-akun non blok.

Sementara top 5 Influencer soal klepon ini dimenangkan oleh akun bernama @Irenecutemom (6.534 engagements), @TretanMuslim (6.475 engagements), @andihiyat (2.587 engagements), @jawafess (2.421 engagements), dan @FiersaBesari (2.294 engagements).

4. Pro-kontra klepon tidak Islami

Pro-kontra awal dari postingan klepon tidak islami adalah tidak semua percaya bahwa unggahan itu benar. Lalu ada beberapa yang mencoba membangun klarifikasi seperti dari @pinotski yang membagikan klarifikasi bahwa foto tersebut diambil oleh @ditut pertama kali. 

Gambar flyer 'anti-klepon' ini ternyata cukup sukses mewarnai timeline twitter. “Mereka yang pro dan kontra sama-sama membagikan gambar yang sama. Ini memperlihatkan hal tampaknya sederhana tapi kontroversial dengan mudah akan menyulut kegaduhan,” tulis Ismail.

Hal yang sama juga bisa dilihat di Instagram, tapi ada banyak juga foto klepon betulan yang tidak ada hubungannya dengan flyer 'anti klepon' tersebut.

5. Pengaruh residu Pilpres 2019

Menurut Ismail, bagi mereka yang senang dengan isi flyer itu, keyword yang sering dituliskan adalah ‘kadrun’. Banyak yang percaya kalau kelompok ini yang membuat flyer. Sedangkan mereka yang curiga, kebanyakan mencari klarifikasi atau menuding kelompok lawannya yang membuat dan menggoreng sendiri.

Residu pemilihan presiden (pilpres) diduganya masih sangat kuat dan tercermin dari dampak postingan kelpon. Perolehan suara yang tak jauh terpaut bedanya, jelas membuat dua klaster pro-kontra yang relatif seimbang pendukungnya. “Ini tentu tidak mudah untuk dileburkan tanpa upaya serius. Setiap saat siap untuk saling 'serang’,” kata Ismail.

Ismail menambahkan, flyer yang menyentuh dan mengangkat isu-isu atau karakter sensitif dan khas dari salah satu kelompok, merupakan bahan bakar yang sangat murah dan mudah dibuat untuk memanaskan polarisasi kedua klaster residu pilpres tersebut.

“Dalam kondisi seperti ini, siapa yang mengedepankan akal, pikiran dan moral, serta yang pro NKR|, yang akan bisa membedakan mana yang benar dan salah. Lainnya akan mudah hanyut terbawa isu,” ujar Ismail.

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus