Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HARI itu sebuah kejutan membangunkan San Francisco. Bukan karena mobil kebakaran yang meraung-raung-kebiasaan yang sering terjadi di kota itu, sehari bisa sembilan kali. Tapi, pagi-pagi antrean sudah mengular hingga beberapa ratus meter dari Moscone Center, gedung konvensi terbesar kota itu. Ada sekitar 35 ribu orang yang menunggu seorang superstar berpidato. Me-reka berdiri dalam balutan udara yang bikin menggigil, dalam suhu 10 derajat Celsius.
Bintang yang ditunggu-tunggu itu adalah lelaki kurus dengan cambang dan kumis di wajahnya. Dia adalah orang terkaya di Negara Bagian California, Amerika Serikat. Lelaki itu juga raja software terkaya nomor dua di Amerika Serikat, setelah Bill Gates dari Microsoft. Dialah Lawrence J. Ellison, bos dari Oracle, pemasok software database dan aplikasi untuk perusahaan yang dua pekan lalu berbicara dalam acara Oracle OpenWorld di San Francisco.
Larry, begitu dia biasa dipanggil, memang sosok yang mengejutkan. Majalah Fortune menjuluki pria 61 tahun ini Pangeran dari San Mateo, karena kekayaannya. BusinessWeek menyebutnya Jenghis Khan-pahlawan Cina yang ter-kenal sebagai penakluk daerah-daerah di sekitar Nege-ri Tirai Bambu itu. Ellison dianggap punya reputasi mirip Jenghis Khan. Dalam setahun dia telah membeli enam per-usahaan software besar seperti PeopleSoft, JD Edwards, I-Flex, Retex, ProfitLogic, dan yang teranyar, dua pekan lalu, dia memborong Siebel System. Kesemua itu adalah perusahaan penyedia aplikasi untuk korporat seperti apli-kasi perbankan, sumber daya manusia, dan manajemen pelanggan atau customer relations management (CRM).
Untuk mengakuisisi enam pesaingnya itu, El-li--son telah mengeluar-kan se-kitar US$ 18 miliar- - (Rp 185 triliun). Ambisi pria eksentrik ini-pu-nya kapal mewah terpanjang di dunia yakni 24 meter, pe-sawat tempur, mobil balap Formula 1 Mclaren-, serta tak lulus kuliah-sejak pertama kali mendirikan Oracle pada 1977, sederhana: menjadi nomor satu. "Tahun ini penjualan diharapkan- bisa dua kali lipat dari sekarang atau mencapai US$ 30 miliar (sekitar Rp 309 triliun)," kata Ellison, yang siang itu tampil santai dengan celana jins dan kaus.
Gelombang akuisisi Oracle itu jelas mengancam SAP, konglomerat software dari Jerman. Hampir di tiap lini produk SAP bersaing dengan Oracle, mulai dari aplikasi- ke-uangan, sumber daya manusia, hingga manajemen pelanggan. Produk Oracle maupun SAP sama-sama ba-nyak dipakai oleh perusahaan di Indonesia. Chief Execu-tive Officer SAP Henning Kagermann menuturkan per-usahaannya tak grogi dengan serbuan Oracle. SAP, kata dia, telah menguasai pangsa pasar software korporat sejak 2001. Adapun Oracle ada di posisi nomor dua dengan pangsa pasar global separuh dari SAP. "Mengapa Ellison memborong perusahaan? Karena dia telah kehilangan pangsa pasar," ujarnya seperti dikutip BusinessWeek. "Dia ingin membeli pelanggan." Pertempuran dua gajah masih akan memanas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo