Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENERIMA gu---lung--an kertas be-r--------isi- ju-dul lagu, Widya Cas--tarena tampak ra-gu. Dari panggung, mojang 24 tahun asal Bandung itu berujar, ”Saya co-ba lagu melankolis. Ming-gu lalu saya membawakan la-gu riang.” Di gulungan kertas yang baru diterima-nya tersurat Maafkan Aku—lagu ciptaannya sendiri.
Widya bukan penyanyi -pro----fesional, tak juga kompo-nis-- sohor. Perempuan yang bi---a---sa dipanggil ”Bintang” cu------ma- finalis Cipta Lagu Po-pu---------ler (Cilapop), program TV7 bersama perusahaan re-kam-a-n Sony-BMG Indone-sia---.
Dalam acara yang di-ta-yang-kan sejak awal Septem-ber lalu itu, terjaring- 10 finalis pencipta lagu dan 10 penyanyi—yang di-wajibkan me--nyanyikan la-gu karya -pa-ra pendatang baru itu. -Se-tiap naik panggung, se-orang penyanyi memilih lagu secara acak. Kebetul-an, Bintang—juga Indra Perdana, 22 tahun—menjadi -finalis pencipta sekaligus penyanyi.
Cilapop merupakan reali-ty- show yang mengikutsertakan pu-blik- sebagai ju-ri dengan—seperti bi--asa-—mengirim-kan suara melalui pe-san pen-dek telepon seluler. Yang me-n-dapat SMS pa-ling sedikit, ya gugur. Tapi tontonan ini dikemas seolah-olah lebih berbobot, dengan menggabungkan ”cipta” dan ”nyanyi”.
Untuk para pencipta lagu, tantang-an-nya lumayan berat. Selain oleh pen-datang baru, karya mereka juga akan dinyanyikan biduan profesional seper-ti- Syaharani, Andi /Rif, Pinkan Mam-bo, T-Five, dan Tofu. Kelompok ini akan menyanyikan lagu yang juga dipilih acak, dengan interpretasi khas sang penyanyi.
Pada pekan berikutnya, giliran kelompok amatir tampil, bisa dengan meng--ekor gaya penyanyi pro atau mem--buat interpretasi sendiri. ”Se-tiap ming-gu ada penyanyi tereliminasi, tapi lagu hanya berubah naik turun pe-ringkatnya,” kata Panca Barisman, pe-nyelenggara Cilapop. Pada akhir-nya hanya ada tiga lagu yang akan direkam Sony.
Arranger lagu-lagu baru itu, Tohpati, punya tugas memberikan geliat dan pesona pada setiap tembang. Tentu setelah berdiskusi dengan pencipta-nya. Ketika ia membuat aransemen Pernah Kumiliki, karangan Lingga- Sumbada, 26 tahun, Tohpati meng-ubah lagu yang semula bergaya Melayu itu ke nada musik 1970-an, menjadi lebih rhythm & blues. ”Me-ngapa tidak?” katanya.
Aransemen baru juga ber-tu-juan memberikan pengetahuan bagi para pencipta lagu yang masih ”hijau” itu. ”Menginterpretasi lagu baru bagi penyanyi baru bukanlah hal mudah,” kata Sya-ha-rani, penyanyi bersuara jazzy yang membawakan Aku di Sampingmu, karya Den-ny I. Rumendi dan Indra.
Cilapop dirancang ber-be-da dari lomba menyanyi biasa. Tak juga, kata penye-leng-garanya, meniru ton---ton--an di luar negeri. ”Jarang ada acara mengangkat komposer,” kata Yovie Widiyanto-, pen-tolan grup Kahitna, yang sudah menulis lagu sejak 1989.
Pencarian bibit baru penu-lis- lagu, melalui lom-ba, me---mang sudah lama tak di-lakukan. Dulu, pada 1970-an, ada Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang diadakan radio Prambors. Nama James F. Sundah, Harry Sabar, Ingrid Widjanarko, dan Chris Manusama lahir dari ajang ini.
Sekarang, unsur ”pop”:- kemasan, komer-siali-sasi, dan sarana penyebaran, lebih kuat ke-tim-bang masa lalu. Perlu upaya lebih keras untuk benar-benar menemukan ”bintang”. Pasar jadi muara terak-hir, karena mereka juga harus mampu menembus industri rekaman. Se-perti kata Yovie, ”Bila pencipta itu bibit unggul, dia mampu melampaui satu sampai dua tahun berkreasi.”
Evieta Fadjar P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo