Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Aplikasi RedNote Semakin Diminati Menjelang Putusan Pelarangan TikTok di Amerika Serikat

Aplikasi asal Cina, RedNote, makin diminati menjelang putusan Mahkamah Agung pada 19 Januari 2025 soal pelarangan TikTok.

15 Januari 2025 | 13.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bendera AS dan logo TikTok terlihat melalui pecahan kaca dalam ilustrasi yang diambil pada 20 Maret 2024. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aplikasi media sosial RedNote atau Xiaohongshu menempati posisi pertama di App Store menjelang pelarangan TikTok di Amerika Serikat. Meski kedua aplikasi tersebut sama-sama berasal dari Cina, namun pengguna TikTok tampaknya mencari wadah komunitas baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengutip dari The Verge, banyak pengguna asal Amerika Serikat yang menyebut diri mereka ‘pengungsi TikTok’ dan mencari komunitas baru karena potensi larangan TikTok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Pengguna TikTok mungkin berbondong-bondong ke RedNote sekarang, tetapi larangan tersebut juga melibatkan aplikasi milik Cina lainnya, termasuk RedNote, WeChat, dan aplikasi lain yang dijalankan oleh ByteDance seperti Lemon8 dan CapCut,” tulis The Verge, Rabu, 15 Januari 2025.

RedNote diluncurkan pada 2013 sebagai aplikasi yang fokus pada perbelanjaan. Namun aplikasinya kemudian beralih menjadi salah satu media sosial yang mirip TikTok. Jumlah pengguna aktif bulanan aplikasi ini sekitar 300 juta, dan dalam dua hari terakhir jumlah penggunanya bertambah lebih dari 700 ribu.

Pemeirntah berencana melarang TikTok karena alasan keamanan data dan keamanan nasional. Mahkamah Agung Amerika Serikat akan membuat putusan soal pelarangan terhadap aplikasi tersebut pada 19 Januari 2025 mendatang.

Bulan lalu, TikTok mengajukan permohonan ke Mahkamah Agung agar aplikasi ini tetap bisa beroperasi. “Kami yakin Mahkamah Agung akan memutuskan bahwa pelarangan TikTok tidak konstitusional sehingga lebih dari 170 juta warga Amerika di platform kami dapat terus menjalankan hak kebebasan berbicara mereka,” tulis TikTok dalam keterangan tertulisnya, 19 Desember 2024 lalu.

TikTok menyebut pelarangan ini juga berpotensi mengancam usaha kecil dan membuat mereka kehilangan pendapatan total US$ 1 miliar. Pembuat konten juga berpotensi rugi akibat kehilangan pendapatan sekitar US$ 300 juta hanya dalam waktu satu bulan.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus