Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bulan madu itu cepat berakhir. Baru tiga bulan konsultan keuangan Goei Siaw Hong dimanjakan Internet jalur cepat yang disediakan Telkom Speedy, tapi kini dia harus menelan pil pahit. Bukan karena akses Internet jadi lelet, tapi lebih buruk dari itu: tagihan Internetnya membengkak luar biasa. Novemberlalu, misalnya, datang tagihan sampai Rp 1,5 juta. "Ini sudah nggak bener," keluh Goei.
Analis ekonomi yang pernah dinobatkan menjadi analis terbaik di Asia versi Asiamoney itu bukanlah orang yang selalu haus Internet, apalagi penggila teknologi yang rela duduk berjam-jam di depan komputer. Dia juga bukan pelahap game online seperti kebanyakan ABG (anak baru gede) yang kecanduan Ragnarok atau Nexia.
Yang dilakukan Goei dari kantor merangkap rumahnya itu saban hari cuma mengunyah berita ekonomi dari situs seperti Bloomberg, Financial Times, dan CNN Financial. Sejak empat bulan lalu, dia memang berlangganan Internet Speedy. Inilah layanan Internet kecepatan tinggi dari Telkom yang sangat laris.
Karena tak terlalu intensif memakai Internet, Goei sengaja memilih berlangganan paket Light Internet, salah satu paket termurah Speedy. Untuk pemakaian dengan kuota aliran data maksimal 500 megabyte, Goei hanya membayar Rp 300 ribu. Jika ada kelebihan pemakaian, tarifnya tergolong murah, yaitu Rp 1.200 per megabyte.
Tiga bulan pertama, semua berjalan lancar. Tagihan rata-rata yang harus dia bayar hanya Rp 350 ribu sebulan. Nah, masuk bulan keempat, kejutan tagihan Rp 1,5 juta itulah yang meluncur ke rumahnya. "Aneh, padahal, pada bulan itu saya sering ke luar kota, sehingga jarang memakai Internet di rumah," kata dia. Baru setelah bersitegang dengan petugas pembayaran di loket Telkom, tagihan itu dikorting menjadi hanya Rp 500 ribu.
Goei tergolong beruntung hanya ditodong Rp 1,5 juta. Ada yang lebih sial, yaitu Fayeris. Di sebuah milis, dia bercerita, tagihan Internetnya melejit ke angka Rp 8 juta. Baru setelah berkali-kali protes, Telkom mau menurunkan tagihan bulan November dan Desember menjadi masing-masing Rp 390 ribu.
Kekacauan tagihan itulah yang kini dialami ratusan pelanggan Speedy. Puluhan keluhan, bahkan caci-maki, bertebaran di forum Internet.
Belakangan ketahuan, biang kekacauan ini adalah tidak beresnya perangkat lunak penghitung di Telkom. Entah dengan alasan apa, untuk setiap koneksi menggunakan Speedy, Telkom melakukan pembulatan data Internet yang terpakai pada satuan 1 megabyte. Jadi, misalnya kita membuka halaman situs Tempo (www.tempointeraktif.com), seharusnya data yang terpakai hanya sekitar 150 kilobyte.
Nah, masalah akan muncul bila seusai membuka situs tadi, pelanggan keluar dari Internet dan mematikan modem. Bukannya ditagih untuk pemakaian sebanyak 150 kilobyte, begitu pelanggan malang itu menghidupkan modem lagi, Telkom sudah menghitung pemakaian dengan pembulatan 1 megabyte, alias enam kali dari pemakaian sesungguhnya. Ini sama persis jika seseorang berbicara di telepon hanya 20 detik, namun dia langsung dikenai pembulatan pemakaian pulsa selama 1 menit. Inilah yang membuat tagihan melonjak-lonjak seperti kuda kesurupan.
Kekacauan penagihan memang membuat banyak pelanggan patah arang. Padahal, secara teknologi, layanan Speedy sangat menjanjikan. Dengan layanan ini, pemakai Internet bisa mendapat kecepatan mengambil dan mengirim data hingga 512 kbps dan 64 kbps (kilobyte per detik). Dibanding kecepatan maksimal modem dial-up konvensional yang cuma 56 kbps, Speedy ibarat jalan tol yang bersanding dengan gang-gang sempit di kampung.
Kecepatan tinggi itu bisa terjadi karena Speedy menggunakan teknologi Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL). Kecepatan itu dicapai dengan teknologi memampatkan data secara digital dan dikirim dalam sinyal pembawa yang kecil. Melalui cara ini, data Internet bisa menumpang di kabel telepon biasa sehingga pelanggan tak perlu jaringan kabel baru. Iming-iming kecepatan tinggi inilah yang membuat banyak orang jatuh cinta. Maka, Speedy pun laris manis. Hanya dalam 11 bulan, jumlah pelanggan meningkat delapan kali lipat, dari 1.670 orang menjadi 8.000 pelanggan.
Sayangnya, ya itu tadi, kecanggihan teknologi tak diimbangi perangkat lunak penagihan yang memadai. Akibat tagihan yang melonjak-lonjak itu, beberapa pelanggan mengancam akan berhenti. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) malah menimbang-nimbang langkah untuk melakukan class action terhadap Telkom.
Untuk soal itu, lihatlah pengalaman Godot Praesta. Pada Oktober dan November dia terkena tagihan Rp 2.958.000 dan Desember ini sebesar Rp 8.347.260. "Syok berat ketika menerima tagihan. Pendapatan sebulan saya saja tak sampai segitu," ujar desainer grafis lepas itu dalam situs pribadinya, http://godot.blogspot.com.
Dalam lembar penagihan itu, Godot menemukan banyak catatan aneh bin ajaib. Misalnya, hanya dalam hitungan menit, tepatnya dari 10:54:56 ke 10:55:01 ada penarikan data 2.372 megabyte atau 2,3 gigabyte lebih.
Mengunduh data sebesar 2,3 gigabyte (setara 1.388 disket) dalam waktu satu menit adalah muskil. Dengan kecepatan maksimum Speedy yang 512 kilobyte per detik, mestinya dalam 60 detik data yang bisa diambil maksimal 30.720 kilobyte atau cuma 0,03 gigabyte. Lalu dari mana Telkom bisa mendapatkan angka 2,3 gigabyte? Petugas yang dia datangi tak bisa menjelaskan.
Keanehan lain yang ditemukan Godot adalah adanya catatan pengambilan data 32 megabyte dalam waktu 3 atau 5 detik secara berulang-ulang. Ini terjadi 42 kali hanya dalam satu hari, yakni pada 23 November 2004. Dan untuk akses aneh ini, Godot harus membayar Rp 38.400 x 42 alias Rp 1,6 juta.
Tapi, di tengah kemalangan, ada pula yang menangguk untung. Ini terjadi pada Bambang, pemilik warung Internet di daerah Petukangan, Jakarta Selatan. Menurut catatan di Plasa.comsitus milik Telkom yang dilengkapi "meteran" pemakaian Speedywarnetnya sudah memakai data hingga 18 gigabyte. Harusnya, untuk pemakaian data sebanyak itu, dia membayar di atas Rp 2 juta. Nyatanya, tagihannya cuma Rp 880 ribu. "Saya kaget, dong," ujar pelanggan yang mengambil paket 2 gigabyte per bulan itu.
Telkom sendiri sudah mengakui kesalahan penghitungan ini. "Memang ada pembulatan dalam sistem tagihan yang lama. Kami mohon maaf," kata Rinto Dwihartomo, Manajer Humas Telkom Divisi Regional II Jakarta. Ia menjanjikan, per Januari depan, sistem penagihan akan disempurnakan.
Burhan Sholihin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo